Rabu, 22 Februari 2023

MENYAKSIKAN YESUS KRISTUS RAJA YANG MAHA MULIA (2 Petrus 1:16-20)

 KOTBAH MINGGU ESTHOMIHI, 19 Februari 2023

Nas: 2 Petrus 1:16-20
*MENYAKSIKAN YESUS KRISTUS RAJA YANG MAHA MULIA*
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, dalam konsep berpikir kita kemuliaan adalah puncak kejayaan. Bagaimana seseorang mencapai puncak kemuliaan? Seorang raja bermahkotakan kerajaan pasti dipilih dari pangeran pewaris kerajaan. Dalam dunia olah raga kemuliaan dimiliki oleh sang juara atau sang "the champion" yang mengalahkan lawan-lawannya mulai dari babak awal hingga final akhirnya mereka naik di atas panggung dan mengangkat piala kehormatan. Dalam kehidupan sehari-hari kehormatan bisa diperoleh melalui keberhasilan, prestasi dan kesuksesan. Tak heran orang mau berlelah, bekerja keras demi kejayaan atau kesuksesan. Benar ada ungkapan "No pain no gain", tak mungkin ada kemenangan tanpa jerih juang sekalipun harus menderita. Prinsip seperti itulah hendaknya ada dalam setiap orang untuk mau berjerih kuah dalam hidup ini
Sahabat yang baik hati! Demikian dalam kotbah minggu ini, rasul Petrus memberikan pengajaran yang berharga tentang iman Kristen. Dibalik penderitaan yang dialami gereja mula-mula, mereka percaya akan ada kemenangan dan mewarisi hehidupan yang kekal. Kristus sendirilah aka. Datang dalam kemuliaanNya dan semua orang percaya harus tetap berpenghasilan.
Gereja mula-mula menghadapi banyak tantangan dikejar i, dianiaya dan tidak sedikit yang mati martyr. Bukan hanya itu ada juga guru-guru palsu dengan berbagai ajarannya yang menghasut. Mereka bersuaha mengacaukan iman jemaat agar berbalik dari Kristus. Ibarat sekarang, mereka menyebarkan hoax agar orang meragukan kebesaran Yesus Kristus menyelamatkan dunia. Namun para rasul tanggap dan sikap untuk meneguhkan dan meyakinkan jemaat mula-mula. Tidak ada alasan untuk meragukan kebenaran tentang Yesus Kristus, karena mereka adalah saksi sama, yang masih mendengar sendiri tentang pernyataan Allah dan bagaimanapun aku Yesus mati, bangkit dan naik ke Sorga.
Pertanyaan sekarang adalah bagaimana mereka tetap percaya kepada Yesus Kristus dan bertahan dari setiap penderitaan serta tangguh atas berbagai ajaran-ajaran palsu. Disini rasul Petrus memberikan penjelasan yang sangat penting untuk tetap berdiri kokoh dalam pengajaran rasul.
*1. Dasar iman: Saksi mata*
Hal pertama yang diyakinkan oleh rasul Petrus dalam kotbah imi adalah bahwa dasar iman orang Kristen adalah percaya kepada Yesus. Cerita tentang Yesus Kristus bukanlah dongeng atau cerita yang dibuat-buat. Pelayanan Yesus adalah nyata dalam sejarah. Yesus mengajar, berkotbah, melayani serta menyembuhkan berbagai penyakit. Atas semua pelayanan Yesus ada banyak saksi mata i, diantaranya adalah para rasul sendiri. Kisah tentang Yesus adalah kebenaran, tidak ada yang perlu diragukan.
Jika ada saksi mata atas suatu kejadian mengapa harus goyah oleh rupa-rupa ajaran yang belum tentu benar? Disinilah diajak agar jemaat mula-mula tetap berdiri teguh diatas dasar pengajaran para rasul.
2 Petrus 1:16 (TB) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.
Sejalan dengan itu Paulus juga pernah memberikan penjelasan tentang Injil yang diberitakan oleh para rasul, bukanlah yang mereka terima dari manusia tetapi dari Kristus itu sendiri. Galatia 1:11-12 (TB) Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
*2. Kemuliaan Kristus:*
Hal kedua yang dijelaskan oleh rasul Petrus adalah kemuliaan Kristus Benarkan Yesus itu telah menerima mahkota kemuliaan?
Sebenarnya hal ini telah dapat dijawab dengan peristiwa Yesus Naik ke Sorga. Murid-murid sendiri menjadi saksi mata atas peristiwa itu Allah sendiri yang menyatakan: Inilah AnakKu yang Kukasihi kepadanya lah Aku berkenan.'
Disini rasul Petrus memberikan testimoni bahwa kemuliaan Kristus itu telah mereka saksikan sediri saat mereka berada di atas bukit. peristiwa itu dapat kita baca dalam Matius 17:2-4 (TB) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Bagi Petrus sendiri ini merupakan peristiwa Yesus dimuliakan diatas bukit yang sangat mengagumkan sampai-sampai dia meminta agar mereka berkemah disitu. Namun Yesus menolak karena murid harus bergerak untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi.
Konteks kedua dalam PB tentang pernyataan: Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan. Hal ini terjadi saat Yesus dibaptis. langit terbuka dan Yohanes sendiri melihat langit terbuka dan Roh Tuhan turun berupa burung merpati dan suara yang berseru: Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan. (Lih. Mat 3:17; 12:18, Markus 1:11, Lukas 3:22)
Kemuliaan Kristus itu menjadi garansi bagi orang percaya, kelak kita juga ikut bersama dalam kemuliaan Kristus dalam kerajaanNya.
*3. Kitab suci dan pertolongan Roh Kudus*
Hal ketiga dari kotbah Minggu ini, agar kita membaca dan mencintai Alkitab. HKBP Hingga saat ini terus mencetak Almanak, didalamnya ada ayat harian bacaan pagi dan bacaan malam. Tujuan pengadaan Almanak adalah agar jemaat mencintaiKitab Suci. Dengan mendengar Firman melalui bacaan-bacaan yang disediakan iman bertumbuh.
Manfaat membaca Firman Tuhan disebutkan dalam 2 Timotius 3:16-17 (TB) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Dengan demikian Firman Tuhan sangat bermanfaat baginorang percaya. Karena itu kita harus mencintai kitab suci. Rasul Petrus mengingatkan agar tidak salah memahami Alkitab dan menafsirkan sendiri kitab suci menurut pikiran dan kemauan sendiri. Banyaknya.muncul aharan-ajaran palus bidaat dan sekte-sekte dalam gereja karena menafsirkan Alkitan menurut pikiran sendiri. Makan untuk menghindari diri rasul.Paulus mengingatkan dalam 2 Petrus 1:20-21 (TB) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,
sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Rasul.Petrus mengingatkan tidak boleh seenaknya menafsirkan Alkitab, nubuatan-nubuatan dalam kita suci ditaksir-taksir menurut keinginan sendiri. Bagi Rasul Petrus di dalam iman harus ditambahkan pengetahuan. Baca 2 Petrus 1:5 (TB) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
Mempelajari kitab suci tidak boleh menafsirkannya dengan keinginan sendiri. Apa jadinya jika masing-masing menafsirkan kitab suci menurut keinginan sendiri? Dampaknya adalah bukan kehendak kitab suci yang diajarkan namun idiologi dan keinginan si penafsir. Jika masing-masing menafsirkan kitab suci menurut keinginan sendiri yang terjadi membenarkan diri dan menafikan yang lain.
Disinilah sejak awal tasul Petrus mengingatkan gereja bahwa dalam menafsirkan Alkitab harus memilikk dasar hermeneutis yang dapat dipertanggung jawabkan secara iman dan didasarkan pada tujuan pemberitaan Alkitab itu sendiri. Penafsir Alkitab harus menggali makna teks di dalam konteksnya. Tugas penafsir selanjutnya adalah bagaimana merelevankan pesan teks pada konteks kita kini. Sehingga Alkitab menyinari dan memberikan pesan-pesan barharga bagi kehidupan kita masa kini. Jadi sekalipun ribuan tahun silam teks-teks Alkitab dituliskan, tetapi relevan bagi masyarakat di masa kini.
Sahabat yang baik hati! Dalam perjalanan sejarah gereja, telah banyak muncul bidaat atau sekte yang menafisrkan Alkitab dari satu sudut pandang tertentu sehingga tersesat. Menonjolkan ayat tertentu yang disukai, namun mengabaikan teks lain. Bahkan bahaya paling berbahaya dalam agam bukanlah dari luar agama, tetapi dari agama itu sendiri yang menafsirkan Alkitab menurut pemahaman sendiri sebagaimana munculnya berbagai aliran fundamental di dalam agama. Membenarkan diri dan menyesatkan yang lain.
Dari kotbah minggu ini kita disegarkan kembali untuk berdiri kokoh dan tidak goyah beriman dan percaya kepada Tesus. Yesus Kristus adalah Anak Allah, yang telah menyelesaikan missi di dunia ini hingga mati di kayu salib. Allah meninggikan Yesus sebagaimana disampaikan oleh Paulus dalam Filipi 2:8-11 (TB) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Tugas kita saat ini adalah bagaimana kita memberitakan dan menyaksikan Yesus Kristus agar semua orang percaya ikut menjadi pewaris Kerajaan Allah.
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

KEBAHAGIAAN ORANG YANG MENURUTI TAURAT TUHAN (Mamur 119:1-8)

 Kotbah Minggu Sexagesima, 60 Hari Sebelum Paskah

Nas: Mazmur 119:1-8
KEBAHAGIAAN ORANG YANG MENURUTI TAURAT TUHAN
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, tujuan orang beriman adalah untuk memperoleh kebahagiaan; bahagia di dunia ini dan kebahagia kekal di kehidupan setelah kematian. Kebahagiaan seperti itulah yang kita temukan dalam ajaran Alkitab. Allah memberikan kebahagiaan bagi kita di dunia ini dengan melakukan Firman. Allah melalui Yesus Kristus memberikan kebahagiaan yang abadi bagi kita melalui pengorbananNya di kayu salib. Dengan iman dan percaya kepada Yesus kita menjadi pewaris kerajaan Allah. Didalam Yesus Kristus kita telah dijadikan sebagai anak-anak Allah. Sebagai anak kita adalah pewaris kehidupan yang kekal.
Firman Tuhan adalah penuntun hidup bagi orang percaya. Sama seperti bangsa Israel yang dituntun selama 40 tahun di padang gurun. Sebagai penuntun hidup mereka diberi taurat atau perintah Tuhan melalui Musa di Gunung Sinai. Perintah itulah yang menuntun mereka sampai ke tanah perjanjian.
Bahagia orang yang menuruti taurat Tuhan itulah yang dijelaskan di dalam Mazmur 119. Mazmur ini adalah pasal yang paling panjang hingga sampai 176 ayat. Selain pasal terpanjang, Mazmur 119 sangat indah karena disusun dengan rapi secara alphabetis. Kiindahan Mazmur 119 ini tampak pada tulisan asli Ibrani karena disusun alphabetis berdasarkat abzad huruf Ibrani mulai dari Alef - ( אַ ) sampai huruf "Tau" ( תַּ). Setiap Alpabet disusun 8 bait syair indah yang di mulai dari Alef, setelah itu delapan ayat berikutnya Gimmel dan seterusnya sampai huruf terakhir Ibrani adalah Tau. Jumlah huruf Ibrani adalah 22 huruf kali 8 ayat bersrti 176 ayat. Artinya Mazmur 119 ini disusun suatu nyanyian indah dan didalamnya ada pengajaran iman orang percaya dimulai hurus A delapan baris syair, kemudian dilanjutkan huruf B delapan bait syair demikian sampai Z. Semuanya rangkaian isi bait syair Mazmur 119 menekankan bahwa seluruh alphabetis dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk memuji dan memuliakan Allah. Semua huruf-huruf yang menjadi kata, kata membentuk kalimat dan kalimat itu menjelaskan suatu kisah kehidupan bahagia di dalam Tuhan. Itulah Mazmur 119 kebahagiaan orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Sekarang baiklah kita petik pelajaran. Yang berharga dari kotbah ini dalam kehidupan kita.
1. Terlindungi dari perbuatan negatip:
Jika kita baca ayat 1 sampai ayat 8, setidaknya ada 4 hal yang kita peroleh, yakni: terlindungi dari hal negatip.
a. tidak tercela (ay 1), orang yang mengetahui dan melakukan perintah Tuhan tentu tidak akan tercela, karena yahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana kehendak Allah dan apa yang bukan. Hidup di dalam Firman Tuhan membuat kita dituntun untuk menunjukkan moralitas yang baik, beretika dan bermartabat
b. tidak melakukan kejahatan (ay 3), Firman menuntun kita melakukan kebaikan, seperti kotbah minggu lalu dari Yakobus bahwa kita harus menjadi pelaku firman. Menjadi pelaku firman hidupnya terfokus untuk menghasilkan buah yang baik dan dampak yang positip bagi orang lain. Firman Tuhan mengajarkan kebaikan dan jika hidup kita diisi oleh kebaikan maka hal yang dipikirkan adalah bagaimana menghasilkan kebaikan. Dengan demikian benar apa yang disampaikan oleh kotbah ini orang yang menuruti Taurat Tuhan akan terhindar dari perbuatan jahat.
c. tidak mendapat malu (ay 6)
Hal pertama yang terjadi saat manusia jatuh dalam dosa adalah malu. Bacalah kisah Adam di Taman Eden (kej 3), saat mereka jatuh dalam dosa dengan melanggar perintah Tuhan maka Adam bersembunyi dan menghindar dari panggilan Tuhan. Ketika Tuhan memanggil Adam dan jawabnya adalah dia takut dan telanjang maka bersembunyi. Kenapa harus bersembunyi tentu karena aku malu.
Demikianlah orang yang tidak taat perintah Tuhan akan mendapat malu karena perbuatannya, namun orang yang hidup dijalan Tuhan dan melakukan perintahNya tidak akan mendapat malu.
d. tidak ditinggalkan Tuhan (ay 😎. Orang yang melakukan Firman Tuhan akan tetap dalam penyertaanNya. Memang kita minta atau tidak kita minta Allah senantiasa menyertai karwna Allah itu Immanuel. Makna khusus ayat 8 ini adalah bahwa Allah tidak akan meninggalkan orang yang menuruti FirmanNya. Tuhan tidak membiarkan orang yang memelihara Firman dalam kesusahan. Dalam susah dan senang, dalam dan suka, dalam bergumul dan berjuang Allah hadir untuk memberikan apa yang kita butuhkan.
2. Tetap segar dan berbuah
Bahagia yang orang yang melakukan Taurat Tuhan sebenarnya diawali di dalam Mazmur 1:1-3 (TB) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Sebaliknya pohon yang jauh dari sumber air akan layu. Bukannya berbuah tetapi kering tidak ada kehidupan. Hanya tinggal menunggu waktu untuk dibakar hangus.
Orang yang tinggal di dalam Firman seperti pohon ditepi aliran air. Pohon di tepi aliran sungai akan tetap tumbuh segar. Sekalipun kemarau dia tetap hijau dan berbuah pada musimnya. Kuncinya adalah sumber air.
Satu lagi, Yesus berkata: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yohanes 7:38
Jadi bukan hanya menerima manfaat dari Firman Tuhan tetapi akan berdampak dan berbuah bagi orang lain. Benar kebahahiaan orang percaya saat hidupnya bisa berguna dan berbagi dengan orang lain
3. Bersyukur dan berpegang teguh pada perintahNya
Dalam Ayat 7 ditekankan, oramg yang menaati taurat Tuhan akan senantiasa bersyulur kepada Tuhan. Mazmur 119:7-8 (TB) Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.
Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.
Sikap bersyukur adalah dimana seseorang menyadari apa yang terjadi merupakan perbuatan Allah dan apa yang ada dalam hidupnya merupakan pemberian Allah. Karena itu hidupnya jauh dari sungutsungut.
Lukas 11:28 (TB) Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Selamat hari minggu dan Tuhan memberkati!
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

MENJADI PELAKU FIRMAN DAN IBADAH YANG TAK BERCACAT (Jakobus 1:22-25)

 Kotbah Minggu Septuagesima (70 Hari Sebelum Paskah), Minggu 5 Februari 2023

Nas: Jakobus 1:22-25
MENJADI PELAKU FIRMAN DAN IBADAH YANG TAK BERCACAT
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, sumber kehiduoan orang percaya adalah Firman Tuhan. Yesus berkata: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Baca Mat 4:4). Orang percaya membutuhkan roti namun hidup dari makanan rohani yaitu Firman Tuhan sebegai sumber kehidupan.
Sejalan dengan itu, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam motto penyebaran Firman Tuhan dengan mencetak menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa serta didistribusikan dengan semboyan: "Alkitab Sumber Hidup". Melalui LAI seluruh suku-suku bangsa dapat membaca dan mengetahui Alkitab.
Bagi Yakobus, membaca dan mendengar Firman Tuhan tidak cukup. Orang percaya harus menjadi pelaku Firman. Inilah praxis kehidupan yang dibangun oleh rasul Yakobus. Dia orang yang praktical (yang mempraktekkan apa yang diyakini benar dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini hendak mendidik bahwa kekristenan bukan hanya tataran teoritis, bukan hanya tataran meyakini atau mengakui (confessio) tetapi harus sampai kepada praxis yaitu pelaku Firman. Orang yang hanya mendengar tetapi tidak melakukannya dikatakan bunyi kosong yang tak berarti. Bagi Paulus oleh dalam1 Korint 13:1 dst menjelaskan bahwa bukti pelaku Firman adalah hidup di dalam kasih. 1 Korintus 13:1-3 (TB) "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku."
Mendengar Firman Tuhan adalah hal mulia karena dengan mendengar Firman Tuhan kita mengetahui kehendak Allah. Paulus dalam Roma 10:17 (TB) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Lebih jauh dari sekedar mendengar korltbah ini mendorong bahwa Omorang yang percaya harus menghidupi dan melakukan Firman. Sebagaimana ditekankan oleh rasul Yakobus dalam Minggu ini, orang percaya harus menjadi pelaku Firman.
1. Melihat wajah di cermin
Bagi Rasul Yakobus, orang percaya harus menjadi pelaku Firman bukan hanya pendengar. Seseorang menangkap dan memahami sesuatu bisa melalui pendengaran, penglihatan dan tindakan. Menurut penelitian kemampuan seseorang memahami sesuatu memiliki tingkatan:
- mendengar 30%
- melihat 40%
- tindakan dengan melakukan atau memperagakannya 60%
Demikiankah orang percaya tidak cukup hanya mendengarkan saja, tetapi harus menjadi orang yang menghidupi dan mempraktekkan kebenaran Firman dalam Hidupnya.
Menurut Yakobus orang yang hanya mendengar Firman dan tidak melakukannya ibarat seseorang melihat wajah cermin. Saat di depan cermin dia melihat wajahnya dan ada imajinasi menggambarkan wajahnya saat balik dari cermin imajinasi gambar itu hilang dan kabur. Jadi tidak ada kepastian bahwa dirinya mengngat dan memastikan gambar wajahnya.
Firman Tuhan itu pasti dan ridak boleh samar apalagi kabur. Firman Tuhan adalah pasti dan untuk memastikannya harua didengar, direnjngkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain, praxis hidup orang percaya disinari oleh Firman Tuhan.
Atau mungkin ibarat seorang menimba air dari sumur namun timba yang digunakan adalah timba yang bocor. Maka berapa kali pun dia mengambil air tempayan airnya tidak pernah terisi. Demikian orang yang hanya mendengar namun tidak melakukannya.
2. Bahagia orang pelaku Firman
Hal kedua dalam kotbah Minggu ini ditekankan bahwa bahagia orang percaya adalah menjadi pelaku Firman. Yesus menyampaikan kepada murid bahwa kebahagiaan orang percaya adalah mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Dalam Lukas 11:28 (TB) Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Hal ini juga telah disampaikan dalam Mazmur 1:2 (TB) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Hal yang ditekankan disini adalah kebahagiaan orang percaya adalah melakukan kebaiakan. Perbuatan baik bukanlah suatu paksaan atau sesuatu yang dilakukan karena tertekan. Kebahagiaan orang percaya melakukan kebaikan dengan penuh sukacita, suka rela dan tulus hati.
Jika orang percaya melakukan kebaikan karena terpaksa itu bukanlah buah iman. Jika orang percaya melakukan kebaikan dengan berharap akan mendapat balas yang baik itu adalah bisnis usual - atau kebaikan yang transaksional. Kotbah ini menekankan bahwa orang percaya adalah melakukan kebaikan dengan penuh sukacita. Melakukan perbuatan baik menjadi habit (kebiasaan hidup) yang melekat pada diri orang percaya.
3. Ibadah yang murni dan tak bercacat
Pada bahagian ketiga ini, Yakobus memberikan penjelasan makna ibadah yang lebih luas. Bagi Rasul Yakobus ibadah bukanlah hanya ritus: doa, nyanyi dan pujian bagi rasul Yakobus Ibadah yang lebih luas adalah pengabdian diri di tengah-tengah masyarakat dengan tidak bercacat. Beribadah bukan hanya berdiam diri dihadapan Allah (coram deo), duduk bersila dan bersemedi. Saat seseorang menjaga mulut agar tidak keluar kata-kata yang tidak berkenan bagi Tuhan merupakan ibadah. Apalah artinya memiliki jam doa, khusuk dalam waktu tertentu tetapi usai doa atau semedi keluar kata-kata kasar, bohong dan yang melukai orang lain.
Bagi rasul Yakobus Ibadah yang murid dan tidak bercacat adalah saat seseorang mengekang mulut dari kata-kata yang tidak berkenan kepada Tuhan dan kerelaan untuk mempersembahkan hidunya berguna dan menopang bagi orang lain. Yakobus 1:27 (TB) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Sahabat yang baik hati, mendengar Firman Tuhan menumbuhlan iman. Iman yang bertumbuh akan tampak pada buah-buah pekerjaan yang baik atau dengan kata lain menjadi pelaku-pelaku Firman. Kebahagiaan orang percaya adalah bahagia dan bersukacita melakukan kebaikan. Tuhan memberkati kita dan memelihara hidup kita agar tidak bercacacat sampai.kedatangan Kristus ledua kali di dunia ini. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
No photo description available.
All reactions:
Emmy Ambarita, Sarma Ramaida and 38 others

ALLAH SUMBER KEKUATAN DAN HIKMAT (Ayub 12:13-25)

 Kotbah Minggu IV Setelah Ephipanias,

Minggu 29 Januari 2023
Nas: Ayub 12:13-25
ALLAH SUMBER KEKUATAN DAN HIKMAT
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, saat kita lemah dan seolah tak berdaya apakah yang muncul dalam benak anda? Mungkin ada hang mengalahkan diri bahwa semua ini terjadi karena kesalahanku, atau mungkin ada juga orang semua ini karena ulah orang lain dan terus mencari kambing hitam.
Sahabat yang baik hati, jika ada membebani jangan terus menyalahkan diri sendiri karena yang terjadi belum tentu karena kesalahan kita. Jangan terus mencari kambing hitam untuk dipersalahkan karena kita sendirilah yang membuat kita mau jatuh atau bangun.
Memang, secara umum orang sering memahami dan meyakini rumus tabur tuai ini dalam menelisik ziarah kehidupan. Nasihat ini memang benar untuk menasihati kita menjauhkan diri dari perbuatan jahat atau fasik pandangan seperti itu sangat benar dan tepat. Namun tidak semua apa yang terjadi merupakan buah dari apa yang dikerjakan. Dalam melihat penderitaan yang dialami seseorang kita mesti hati-hati; karena tidak semua orang yang mengalami penderitaan merupakan buah dari perbuatan atau akibat dosa dan kesalahannya sendiri. Ada kalanya penderitaan yang dialami seseorang bukan karena kesalahan sendiri namun agar kehendak Tuhan nyata atas kehidupan seseorang. Inilah kehadiran kitab Ayub. Ayub menderita bukan karena kesalahannyadia seorang yang baik hati, saleh dan tidak melakukan apa yang melanggar perintah Tuhan. Penderitaan terjadi sebagai ujian kehidupan, yang teruji akan memperoleh kemenangan yang tak teruji tidak setia dan meninggalkan Tuhan. Kitab Ayub memberikan hikmat pemgajaran bahwa penderitaan yang terjadi harus dijalani dengan tabah, karena Tuhan akan memberi kekuatan dan kemenangan diakhir jalan.
Kotbah Minggu ini merupakan jawaban para sahabat Ayub yakni: (Elifas, Bildad, Zofar, Elihul) khusus dalam pasal 12 merupakan jawaban Ayub terhadap Elifas. Elifas beranggapan bahwa apa yang menimpa Ayub adalah suatu kehendak Allah. Elifas menganjurkan agar Ayub mengoreksi diiri, tak mungkin Tuhan mendatangkan derita kalau bukan ada kesalahan Ayub. Itulah theisme yang dibangun oleh Elifas; Tuhan benar dalam segala tindakannya, penderitaan adalah akibat dosa. Ayub telah menjawab bahwa tidak ada kesalahan yang dibuatnya. Memgapa harus menanggung semua derita ini. Benar Ayub percaya bahwa Tuhan itu bijaksana dan maha kuasa apapun keoutusanNya tidak ada yang dapat menunda apalagi membatalkannya. Tuhan maha kuasa dan bijak sana.
Selanjutnya Elifas menasihatkan agar Ayub memeriksa lagi apakab betul Ayub sungguh-sungguh tak bersalah dalam hidupnya sehingga harus mengalami derita yang tak terkatakan ini. Elifas yakin bahwa jika kita mencari Tuhan dan berseru kepadaNya Tuhan pasti menolong. Tuhan itu maha kuasa dan tak akan membiarkan orang dikasihiNya menderita. Tuhan penuh kuasa dan mampu melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di mata kita. Apa yang disampaikan oleh Elifas ini benar adanya dan itu dapat kita lihat dalam perjalanan kehidupan umat Allah. Ketika mereka sengsara dan ditindas bangsa asing mereka berseru-seru memohon pertolongan Tuhan. Tuhan pun mendengar doa umatNya dan mengutus para hambaNya membebaskan umatNya. (Band Musa dan Hakim-hakim).
1. Ayub: percaya kepada kemahakuasaan Tuhan.
Ayub menerima bahwa kita harus percaya akan kemahakuasaan Allah dan senantiasa mencari Tuhan. Dan dalam penderitaannya itu pula Ayub mencari Tuhan. Jalan Tuhan sungguh jauh tak terselami, kita tidak dapat memastikan apa rencana Tuhan dalam hidup ini sebagaimana dialami oleh Ayub. Namun waktu akan menjawab apa rencana Tuhan dalam setiap masalah membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Namun hal menilai penderitaan Ayub sungguh tidak berterima karena penderitaan Ayub bukanlah karena kutuk atau balasan Tuhan atas dosa dan pelanggarannya. Ayub sungguh tak bersalah, namun Ayub juga menunjukkan selain tidak bersalah dia tetap setia kepada Tuhan. Dalam penderitaannya Ayub masih mencari Tuhan. Ayub percaya akan kemahakuasaan Tuhan dalam hidup manusia termasuk ketika menjalani penderitaan. Penderitaan itu ada karena kehendak Tuhan, dalam keluh yang terdalam bukan menyesali Tuhan, namun menyesali diri kenapa harus lahir ke dunia ini (3:1dst)
Seorang Rabbi Yahudi bernama Harold Khusner menulis buku yang sangat terkenal: WHEN BAD THINGS HAPPEN TO GOOD PEOPLE. Ini pengalamannya melepaskan anaknya yang menderita sakit langka satu dari sejuta kasus penyakit. Anaknya Aaron harus meninggal di usia 14 tahun. Apa dosa anak seusia itu sehingga harus mengalami sakit genetik yang langkah? Anjuran Harold Khusner dalam buku ini: kita tidak menentukan hidup ini bahagia atau menderita, tugas kita adalah menjalani kehidupan yang ditentukan Tuhan. Tuhan sendiri menentukan akhir dari perjalanan hidup kita. Dalam setiap penderitaan dan pergumulan benar kita harus mencari kehendak Allah, apa rencana Tuhan dalam segala apa yang kita alami.
2. Jangan Menghakimi:
Apa yang terjadi dalam kehidupan manusia bukanlah perhitungan mate matis atau seperti menentukan hitam dan putih. Hitam salah, putih suci atau menang. Namun ada misteri kehidupan yang harus kita jalani yang membuat kita berpasrah pada yang kuasa Tuhan. Mengapa ada orang jahat berjaya dan seolah Tuhan tak menghardiknya? Sedangkan ada juga orang baik ditimpa kemalangan yang beruntun?
Ayub mengupas penderitaan orang baik bukanlah hukuman Tuhan atas kesalahan, namun ada kalanya penderitaan menimpa orang baik agar kehendak Allah nyata. When bad things happen to good people, ketika hal buruk terjadi pada orang baik menjadi kisah menarik menikmati perjalanan hidup Ayub. Dengan kisah Ayub, tugas kita bukan menimbang siapa yang salah, namun setia dalam menjalani penderiaan. Tuhan akan hadir dan memberikan jawaban bagi orang yang setia menjalani penderitaan. Ayub adalah orang yang baik, jujur dan hidup bergaul dengan Tuhan. Ayub 1:1 (TB) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Awalnya Ayub menjalani hidup dengan banyak berkat, namun kisah buruk pun dialaminya, dalam satu kejadian dia kehilangan seluruh ternak, ladang dan anak-anaknya. Dia sakit, kulitnya melepuh, satu persatu sahabat-sahabatnya pun meninggalkan dia dan menyalahkannya. Penderitaan yang banyak seperti itu tak mungkin Tuhan salah, masa orang baik diberi hukuman seberat ini?
Pebderitaan Ayub bukanlah sebagai hukuman Tuhan atau buah dari dosa dan keslahannya. Jika Ayub menderita itu adalah ujian. Dengan kehadiran kitab Ayub manusia merenungkan, saat bahagia berkat, saat penderitaan adalah hukuman, sama sekali tidak. Tuhan dapat berkarya melalui penderitaan yang dialami menghadikan sukacita dan bahagia. Maka dalam bahagia dan derita manusia tidak boleh menghakimi. Tugas kita adalah menelisik kehidupan ini dengan menekuni kehendak Tuhan.
3. Setia dan percaya kepada kemahakuasaan Tuhan.
Satu permintaan Ayub, janganlah menghakimi hal buruk yang terjadi. Penderitaan yang dialami belum tentu sebagai kesalahan atau hukuman Tuhan. Tuhan maha bijaksana dan tak mungkin Tuhan salah dalam memutuskan suatu perkara. Hikmat Allah harus direnungkan dan tidak satupun pikiran manusia yang dapat menentukan benar tidaknya keputusan Tuhan.
Tuhan berkuasa dan berdaulat atas apa yang akan terjadi, karena Dialah yang memiliki bumi dan segala isinya. Tuhan berkuasa atas apa yang terjadi dan akan terjadi pada bangsa-bangsa. Tuhan juga yang membuat keputusan dikalangan bangsawan, raja-raja, imam dan segala lapisan warga. Segalanya ditentukanNya menurut pertimbanganNya. Tak ada kuasa apapun yang dapat mebatalkan keoutusan Tuhan. Apa yang dikatakanNya jadi, maka segala sesuatu jadi.
Apa yang menjadi keputusan Tuhan suatu realitas yang harus diterima dan dijalani. Bagi Ayub keputusan Tuhan harus dijalani dengan setia dan percaya bahwa keputusan Tuhan adalah yang
terbaik
.
Ayub menjalani penderitaan dengan setia dan percaya. Hal inilah yang membawa dia lulus dari ujian. Ayub menerima dua kali lipat dari milik sebelumnya. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

KEKUATAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN (1 Korintus 1:10-18)

 Kotbah Minggu III Setelah Trinitatis

Minggu, 22 Januari 2023
Nas: 1 Korintus 1:10-18
KEKUATAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN
Selamat hari minggu! Sahabat yang baik hati: "bersama kita bisa,", demikian semboyan yang sering kita dengar tentang dahsyatnya kebersamaan. Hal itu telah dibuktikan dalam sejarah perjuangan Indonesia dengan semboyan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Masyarakat Indonesia tidak dapat meraih kemerdekaannnya tanpa persatuan dan kesatuan.
Masyarakat Batak memahami bahwa kebersamaan adalah kekuatan yang besar, hal itu diungkapkan dalam "aek godang aek laut, dos ni roha sibaen na saut" (dos ninroha berarti seia sekata hal itu membuat pekerjaan seberat apapun dapat selesai). Satu lagi ungkapan: "tampakna do tajomna rim ni tahi do gogona" (kebersamaan adalah ketajaman dan kekuatan serta pelerjaan menjadi ringan). Tentu masih banyak lagi ungkapan yang dapat kita temukan untuk menjelaskan bahwa kebersamaan adalah kekuatan yang sangat besar.
Sebaliknya lawan kebersamaan adalah perpecahan. Dalam suatu komunitas sosial jika mereka tercerai berai atau terpecah belah akan rapuh, sulit bekerjasama dan akan saling menjatuhkan. Masing-masing kelompok membangun ego, menggangap diri lebih baik dari yang lain dan saling mencurigai yang satu dengan lainnya. Akhirnya apapun rencana baik akan selalu dicurigai dan akan dipatahkan kelompok lain.
Paulus dalam Jemaat Korintus menasihati jemaat yang hidup dalam sentimen kelompok yang tidak membangun. Jemaat Korintus telah sampai kepada gerbang perpecahan. Persekutuan jemaat terpecah belah kepada kelompok masing masing yang mengidolakan pemberita Injil. Ada kelompok Paulus, Kelompok Apolos dan kelompok Kefas. Dalam kelompok tersebut mereka membangun fanatisme masing-masing, ada yang sudah membandingkan yang satu dengan yang lain, mengembangkan kelompok diri lebih utama dari yang lain. Akhirnya tertanam menyombongkan diri dan merendahkan kelompok lain. Padahal mereka satu gereja, ibadah yang sama dan hidup dalam satu persekutuan yang sama yaitu jemaat Korintus. Keterpecahan demikian tidak mencerminkan persekutuan gerejawi. Persekutuan gerejawi harus satu yang dibangun di atas Kristus (baca 1 Kor 3:11).
Dalam kotbah minggu ini, Paulus menekankan bahwa kebersamaan dalam persekutuan gereja adalah keharusan, karena gereja adalah tubuh Kristus. Sekalipun ada banyak hal yang dapat dijadikan perbedaan antara yang satu dengan yang lain, namun perbedaan dipersatukan di dalam Kristus. Gereja dibangun diatas satu landasan iman dan gereja ada untuk satu tujuan pemberitaan Injil sebagaimana amanat Tuhan Yesus kepada rasul.
Dalam kotbah minggu ini diingatkan jika jemaat terpecah belah dan hidup dalam kelompok-kelompok yang menekankan ego sektoral bukanlah cerminanan gereja. Perpecahan hanya akan merugikan jemaat itu sendiri. Seperti tubuh yang tercabik-cabik. Bagi Paulus gereja adalah tubuh Kristus, semua anggota tubuh yang berbeda adalah satu kesatuan yang utuh yang diperintah oleh kepala. Demikian gereja ada banyak anggota yang berbeda tugas dan fungsi namun satu kesatuan yang utuh dan Kristus sebagai kepala gereja.
Kesatuan dan kebersamaan dalam persekutuan jemaat akan menjadi kekuatan yang besar dalam melaksanakan missi gereja. Semakin erat bersatu semakin banyak pula yang dapat dikerjakan. Kesatuan dan kebersamaan dalam jemaat menyadarkan kita akan arti kepedulian, apa yang terjadi dalam satu anggota tubuh turut dirasakan oleh semua. Jika anggota tubuh yang satu sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya. Sebaliknya keterpecahan akan membuat gereja tidak berdaya menjalankan missi. Sentimen yang menonjolkan fanatisme kelompok hanya berupa kesombongan yang membawa kehancuran dan tidak adanya kepedulian. Akhirnya amanat missi agung yang diterima oleh gereja tidak dapat dilaksanakan.
Dengan demikian, baiklah kita ambil pesan Firman Tuhan dalam kotbah minggu ini dalam jehidupan kita.
1. Seia sekata, erat bersatu dan sehati sepikir
1 Korintus 1:10 (TB) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
Perbedaan akan selalu ada karena memang Allah menciptakan manusia dan ciptaannya berbeda. Dalam satu keluarga saja, satu ayah, dikandung dan dilahirkan dari ibu yang sama mereka pasti berbeda. Demikian juga dalam masyarakat, dalam lingkungan kerja dan dalam.persekutuan jemaat. Perbwdaan jangan dijadikan sumber perpecahan, namun harus menjadi sumber keberagaman. Beragam membuat kaya karena apa yang ada pada orang lain belum tentu ada pada kita. Biarlah keunikan masing-masing menjadi sumber kekayaan dalam persekutuan gereja.
Tantangan pasti ada, namun manusia diberi karunia yang melimpah. Manusia diberi akal untuk berpikir dan memahami pikiran orang lain. Selain itu manusia memiliki hati, di dalam hati setiap orang mampu menimbang apa yang baik dan buruk dan mengelola perasaan orang lain sehingga akan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Akal dan hati manusia yang digerakkan oleh kebersamaan membuat manusia mampu seia sekata, erat bersatu dalam mengemban tugas gerejawi serta sehati sepikir dalam melihat visi bersama.
Paulus merakit kebersamaan di dalam Korintus dengan suatu sintesa. Paulus mengelaborasi semua kelompok berharga karena Kristus bahwa yang satu dengan yang lain sangat berharga dan ada kesinambungan. Paulus menabur, Apolos menyiram namun Kristuslah yang memberikan pertumbuhan.
1 Korintus 3:6-8 (TB) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
Kesatuan dan kebersamaan membuat kita semua berharga dimata Tuhan.
2. Tugas: memberitakan Injil
1 Korintus 1:17 (TB) Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.
Untuk apa kita bergereja? Pertanyaan ini ditanyakan oleh Paulus untuk mengetuk hati yang menonjolkan fanatisme kelompok. Apakah untuk membanggakan diri atau membangun tembok pemisah antara kelompok yang satu dengan yang lain?
Paulus menegaskan bahwa Kristus hadir untuk satu missi yaitu mewartakan kabar baik. Kita yang telah menerima keselamatan diberi amanat untuk mewartakan kabar baik kepada semua orang, ke segala bangsa, ke seluruh ciptaan dari Yerusalem sampai ke ujung bumi (Matius 28:18-20, Markus 16:15 dan Kisa 1:8)
Dengan menekankan tugas gereja memberitakan InjilPaulus hendak menyapa, jemaat yang berkonflik di Korint bahwa Injil tidak boleh hanya berhenti di Korintus tetapi oleh jemaat Korintus Injil harus menyebar sampai ke ujung bumi.
Tugas gereja bukan mengagungkan baptisan Apollos, atau pengajaran Paulus atau peraturan Kefas. Gereja harus memberitakan kabar baik bagi semua orang.
Disini Paukus hendak menekankan bahwa Gereja harus beranjak dari *Kristen doktrinal* kepada *Kristen praxis*. Gereja memang harus didasarkan pada ajaran Alkitab, yang tidak bertentangan dengan Injil. Gereja harus dibangun dalam rumusan iman yang benar berdasarkan alkitab. Namun gereja *Gereja yang doktrinal* adalah gereja yang hanya menekankan pada doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran, dan rumusan-rumusan atau formula-formula konfessi dan membuat orang hidup bergereja yang kaku. Paulus disini menyinggung soal baptisan. Gereja bisa berdebat tentang arti baptisan apakah dioercik atau diselam, baptis anak atau baptis dewasa. Semuanya bisa membangun dasar-dasar alkitabnya teyapi kalau dasar pemikiran berbeda apakah harus menyesatkan yang satu dengan lainnya? Bagi Paulus tujuan baptisan dalam praktek hidup orang beriman jauh lebih penting.
Itukah sebabnya Paulus menekankan gereja harus melakukan tugas pemberitaan Injil. Disini Paulus menekankan *Gereja yang praxis*. Gereja praxis adalah gereja yang mewartakan perbuatan dan kasih di tengah-tengah dunia yang bergumul. Gereja ikut terlibat dalam missi, gereja ikut berjuang membebaskan jemaat dari berbagai penderitaan yang mereka alami di dunia ini.
3. Injil kekuatan Allah yang menyelamatkan.
1 Korintus 1:18 (TB) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Paulus dalam ayat 18 kembali menyoroti perbedaan yang tajam di antara kelompok-kelompok yang ada di Korint. Perbedaan mereka bukan hanya latar belakang pemberita Injil hang mereka tonjolkan, tetapi juga latar belakang sosial mereka karena jemaat korintus ada yang berlatar belakang Yahudi, ada Yunani dan mungkin suku bangsa lain sebagai perantau di Korint.
*a. Yunani: mencari hikmat dunia*
Bagi kalangan Yunani salib adalah kebodohan, bagaimana seseorang mau rela mati demi orang lain? Kaum Yunani adalah tipe orang yang mengagungkan pengetahuan. Telah banyak lahir pemikir-pemikir besar dari kalangan Yunani. Bukan hanya ahli filsafat, tetapi memang mereka ahli berpidato meyampaikan gagasan yang dapat diterima akal. Pintar menyampaikan ide yang mempesona dan mempengaruhi orang banyak. Maka bagi mereka dari ilmu pengetahuan sungguh tak masuk akal salib sebagai jalan keselamatan. Itu merupakan suatu kebodohan. Bagaimana mungkin orang memperoleh keselamatan dari seseorang yang tidak dapat menyelamatkan diri dari kayu salib. Maka bodohlah orang yang mempercayai hal semacam itu.
Paulus memberikan pemikiran yang sangat menarik juga yang cerdas, pikiran manusia tak akan mampu menangkap rancangan Allah dari logika, tetapi harus dilandaskan pada iman.
1 Korintus 1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.
*b. Yahudi: salib batu sandungan*
Kaum Yahudi merupakan salah satu penganut agama yang tegolong paling taat di antara penganut agama-agama di dunia. Bagi mereka pemberitaan salib itu adalah suatu batu sandungan. Sebagai mana kita ketahui bahwa orang Yahudi telah lama menantikan Mesias sebagaimana dijanjikan sejak Perjanjian Lama. Mesias adalah Anak Allah yang membebaskan bangsa Israel dari tirani bangsa asing, memiliki kuasa dan raja adil dan perkasa dalam peperangan. Sejak Yesus hadir di tengah-tengah Yahudi, mereka terus cari tanda untuk membuktikan apakah Yesus itu Mesias atau bukan. Yohanes Pembabtis sendiri masih ragu, sampai mengutus muridnya untuk menanyakannya. Lukas 7:19 (TB) ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Dari berbagai pelayanan yang dilakukan Yesus: mengajar, berkotbah dan menyembuhkan, sebenarnya mereka takjub dan mengakui tidak ada orang yang melakukan hal sebesar seperti itu kalau tidak dari kuasa Allah. Tetapi kematian di kayu salib adalah batu sandungan, suatu keputusan mahkamah agama atas pelanggaran seseorang.
Konsep Mesias yang mereka nantikan adalah raja yang perkasa yang membebaskan umatNya dari tirani kekuasaan. Maka tak mungkin itu dari seorang yang disalibkan. Bagi seorang Yahudi, salib adalah batu sandungan sebagaimana tertulis dalam Ulangan 21:22, "Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang.
c. Orang Percaya: salib kekuatan dan hikmat Allah*
Bagi Paulus menalar pikiran Allah dari perfektif manusia memang adalah kebodohan 1 Korintus 1:18 (TB) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Tetapi bagi orang percaya pemberitaan tentang salib adalah hikmat dan kekuatan Allah. Paulus meyingkapkan hikmat dibalik peristiwa salib. Peristiwa salib adalah pemenuhan kasih Allah; memulihkan hubungan manusia dengan Allah (hubungan vertikal). Salib memulihkan hubungan manusia dengan sesamanya (hubungan horisontal). Dengan demikian benar ajaran Yesus tentang kasih. Matius 22:39-40 (TB) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Pemberitaan tentang salib adalah hikmat dan kekuatan Allah. Dari mana kita mengukur suatu kekuatan? Umumnya kekuatan diukur dari kemampuan mengalahkan musuh. Seperti seorang pahlawan yang heroik, semakin banyak musuh yang dikalahkan semakin kuatlah seseorang. Namun pertanyaan siapakah lawan terkuat yang dihadapi manusia? Lawan terbesar manusia bukanlah musuh tetapi mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan diri sendiri adalah pengorbanan. Inilah kekuatan Allah yang ditunjukkan di salib sebagai pengorbanan. Bagi Paulus, salib itu kuat menegur setiap orang untuk melihat diri sendiri, mengoreksi diri dan bertobat dari sikap yang selama ini mengorbankan orang lain. Saat ini memulai dengan perubahan dari dalam diri sendiri. Kekuatan terbesar dalam diri seseorang adalah kemampuan mengalahkan diri sendiri. Itulah pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus di kayu salib.
Dari bahagian ketiga dalam kotbah ini kita diajak untuk lebih menonjolkan hikmat dari pada kebodohan. Orang yang menonjolkan fanatisme kelompok, dengan argumentasi akal dan pikiran yang membangun pemisah dengan yang lain adalah kebodohan. Namun sekecil apapun yang dapat kita lakukan dalam membangun kebersamaan, menuju seia sekata dan sehati sepikir dalam membangun tubub Kristus adalah hikmat Allah. Semua orang percaya yang hidup dalam.persekutuan orang percaya bersama-sama menahlukkan diri dalam pikiran dan hikmat Allah yang menyelamatkan.
Sahabatku, Tuhan memberkati kita semua dan diberi kekuatan dalam melakukan FirmanNya.
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...