Jumat, 24 September 2021

EMPHATI DAN SEPERASAAN

 https://www.facebook.com/216559085082832/posts/6211925482212799/?sfnsn=wiwspmo

FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Sabtu, 25 September 2021


*EMPATI DAN SEPERASAAN*


Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.


Roma 12:15 (TB)  Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! 


Romans 12:15 (RWV)  Rejoice with them that rejoice, and weep with them that weep.


Seperasaan mungkin satu sikap yang paling sulit dilakukan oleh orang di jaman now. Bukan berarti tidak ada, ada namun mungkin sangat minor atau langkah untuk ditemukan. Lihatlah fakta bahwa orang yang sudah tinggal satu rumah saja seperti suami isteri, adek kakak, ayah anak masih banyak yang belum menyatu. Suami tidak mau mengerti akan isterinya dan sebaliknya. Anak kakak tidak ada yang mengalah dan anak sering menyakiti orang tua. Tetap bersama ya, namun apakah sudah seperasaan: sama-sama menanggung beban dalam penderitaan dan sama-sama tersenyum saat ada suka cita.


Saat saya melayani di daerah desa, ada banyak ayah makan di Lapo dengan lauk yang sedia, namun di rumah istri dan anak-anak makan apa adanya. Itu hanya contoh kecil saja, masih banyak dalam komunitas terkecil sering tidak terjadi empatik dan sepwlerasaan. 


Sulitnya ada sikap seperasaan tentu karena manusia itu mengejar ego. Manusia ingin dimengerti tapi tak mau mengerti. Hanya ingin dipahami tanpa mau memahami. Hanya ingin dihormati dan dihargai tanpa terlebih dahulu menghargai dan menghormati orang lain dan dikasihi tanpa mau mengasihi. Saat terjadi perbedaan jangankan ada seperasaan, yang terjadi adalah SMS: senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.


Syukurlah sikap hati manusia di jaman now disapa oleh kelembutan Firman Tuhan. Orang yang terpanggil menghayati imannya di dalam Yesus Kristus justru harus ada empati dan seperasaan. Orang percaya merasakan kesusahan dan kesulitan orang lain. Memberi bantuan dan pertolongan sebisa mungkin agar orang lain terlepas dari beban hidupnya yang menekan. Saat ada sukacita ikut merasakan sukacita, bahagia bersama dan orang lain dianggap menjadi mitra yang menolong dia merasakan suka cita.


Jaman ini terus memacu kita untuk menggapai keinginan, dan disitulah meningkat ego dan mengejar kebahagiaan diri sendiri. Ironisnya demi mencapai kebahagiaan sendiri rela mengorbankan orang lain. Firman ini menyapa kita, dalam segala tindakan orang percaya hendaklah ada empatik dan seperasaan, mengerti dan memahami orang lain dalam segala keadaan yang dialaminya.


Dengan adanya seperasaan ini, gereja mula-mula menjadi komunitas yang kuat. Beban sama dipikul, ringan sama dijinjing. Tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi karena semua anggota komunitas merasakan apa yang dirasakan orang lain. Itulah kommunion: suatu komunitas dimana semua orang merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam suratnya ke Korintus Paulus memakai istilah komunitas orang percaya sebagai tubuh Kristus. Ibarat tubuh, jikala anggota tubuh satu sakit maka anggota tubuh yang lain merasakannya. Tak pernah mata berkata itu buka urusanku saat kaki terantu. Justru sakitnya di hati dan air mata keluar dari mata dan tangan pun mengelus dan mengulurkan tangannya (Baca 1 Kor 12:12dyb).  Komunitas yang berbagi dan menekankan hidup bersama yang harmoni. Seberat apapun penderitaan yang dialami oleh gereja mula-mula, seperasaan menjadi sumber kekuatan yang tiada batas melampaihi kepahitan.


Sahabatku! Di jaman yang kompetitif ini dan semua menuju pada sektor ego maaing-masing saat ini diajak untuk seperasaan bukti kepedulian terhadap orang lain. 


Salam dari penulis: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...