KEBERANIAN UNTUK BERSAKSI
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati marilah kita menggunakan waktu sejenak untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Sabtu, 26/08/2017
Kisah Para Rasul 4:29 (TB) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.
Acts 4:29 (RSV) And now, Lord, look upon their threats, and grant to thy servants to speak thy word with all boldness,
Jika ketakutan telah hilang maka yang tinggal hanyalah keberanian.
Ungkapan di atas sangat tepat menggambarkan pengalaman gereja mula-mula, mereka telah kehilangan rasa takut atas segala penganiayaan, pengejaran dan penindasan. Dapat kita bayangkan para rasul dan gereja mula-mula berasal dari kalangan sederhana namun harus berhadapan dengan soko guru dan rabbi yang dihormati kalangan Yahudi. Mereka adalah rakyat biasa namun harus berhadapan dengan tentara pemerintah Romawi yang sangat ditakuti. Namun lihatlah sekalipun mereka dari kalangan sederhana, tapi Petrus berkotbah luar biasa dikalangan tua-tua, guru dan rabbi-rabbi Yahudi? Sekalipun jemaat berasal dari rakyat jelata namun mereka tidak takut dan tak mundur sedikit pun atas tekanan dan senjata tentara Romawi? Itulah pengalaman rasul dan jemaat mula-mula yang terus diancam, dikejar dan dianiaya.
Apa yang membuat mereka memiliki energi yang begitu kuat tanpa rasa takut, jawabnya adalah doa. Mereka berdoa menyerahkan apa yang terjadi pada hidup mereka; pasrah dan percaya kepada Tuhan atas segala keadaan. Lihat doa rasul Petrus: "Ya Tuhan lihatlah mereka mengancam kami". Segala ancaman, tekanan dan segala sesuatu yang terjadi disampaikan kepada Tuhan. Mereka tidak berdoa untuk menyingkirkan segala masalah dan tekanan, tetapi berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan dalam menjalani kesusahan agar mampu memberitakan Injil, menyaksikan Yesus Kristus lewat pola hidup mereka.
Mungkin kita pernah mendengar kisah Dietrich Boenhoeffer melawan Nazi. Dalam berbagai kesempatan sahabatnya mengajak agar keluar dari Jerman menyeberang ke USA, bahkan tiket perjalanannya sudah dipersiapkan sahabat-sahabatnya. Namun dia, menolaknya dan tetap tinggal di Jerman. Akhirnya dia ditangkap tentara, dipenjarakan dan dihukum mati oleh Nazi. Hal yang mendasarinya adalah Kisah 4:29 ini bahwa murid sejati Tuhan Yesus bukanlah berdoa agar tidak ada masalah, tetapi berdoa agar kuat menghadapi masalah. Dalam visinya kematiannya tidak akan diratapi dengan duka, tetapi bersyukur atas kasih dan kerahiman Allah.
“… Hidup lamaku penuh dengan kebaikan Allah, dan dosa-dosaku ditutupi oleh kasih penuh pengampunan dari Kristus yang tersalib. Aku sangat berterima kasih kepada pribadi-pribadi yang telah kujumpai, dan aku hanya berharap bahwa mereka tidak pernah akan berdukacita atas diriku, akan tetapi bahwa mereka juga akan senantiasa merasa pasti dan berterima kasih penuh syukur atas kerahiman dan pengampunan Allah (Surat kepada Eberhard Bethge, 23 Agustus 1944)
Itulah mahalnya seorang murid (the cost of disciple) harus memikul salib
Sahabat yang baik hati! Inilah hidup orang beriman. Beriman bukan berarti hidup tanpa masalah dan hambatan, namun berdoa agar memiliki spirit atau kekuatan dalam menjalani semua tantangan dan hambatan. Demikianlah hendaknya kita masing-masing jangan minta agar tidak ada masalah, karena diminta atau tidak diminta kita akan selalu bersinggungan masalah. Dalam segala pergumulan itu semua berdoalah memohon kekuatan dari Tuhan agar Tuhan menguatkan kita menghadapi tantangan dan keberanian menyaksikan Yesus Kristus.
#pdt nekson m sjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar