https://www.facebook.com/216559085082832/posts/6137941476277867/?sfnsn=wiwspmo
Kotbah Minggu XV Stlh TRINITATIS
Minggu, 12 September 2021
Nas: Markus 8:31-38
*BERHIKMAT DAN MENGIKUT YESUS*
Selamat hari minggu! Sahabat yang baik hati selembut apapun seseorang pasti pernah marah. Marah adalah sikap emosional seseorang karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan keadaan. Artinya marah muncul karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mungkin setelah membaca nas kotbah Minggu ini, kita berpikir, bahwa Yesus yang begitu lembut dalam mengajar murid dan orang banyak pernah juga marah. Apalagi dicatat oleh Injil Markus ini dalam ayat 33 disebutkan: "Ia memarahi Petrus". Berarti benar-benar Yesus marah terhadap Petrus.
*1. Yesus marah?*
Yesus yang digambarkan oleh kitab Injil sangat lembut dalam hidupnya pernah marah. Yesus pernah menjungkirbalikkan meja-meja para penukar uang di Bait Allah, bait Allah yang seharusnya rumah doa telah berubah menjadi tempat transaksi bisnis para kaum agama. Cerita Yesus mensucikan Bait Allah dituliskan dalam Matius, Markas dan Lukas
Selain kisah mensucikan Bait Allah, kata "marah" ini juga dua kali dipakai oleh penulis Injil Markus kepada sikap Yesus. Pertama adalah nas kotbah kita Minggu ini. Yesus memarahi Petrus. Kenapa sampai memarahi Petrus, coba dibaca lagi ayat 31-33. Setelah Yesus memberitahukan penderitaanNya dihadapan Farisi dan Ahli Taurat, maka Petrus menarik Yesus kesamping dan menegorNya. Sikap Petrus ini membuat Yesus marah karena tidak seharusnya demikian. Petrus sebagai seorang murid seharusnya memahami apa yang dimaksudkan oleh Yesus namun Petrus justru menegor Yesus. Markus 8:33 (TB) Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Kedua, kita temukan dalam Markus 10:41 (TB) Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.
Yesus memarahi Yakobus dan Yohanes karena meminta kepada Yesus bahwa ketika Yesus memasuki tahtanya agar ditempatkan di kanan dan di kiri Yesus, permintaan mereka ini selain tidak memahami apa yang diajarkan Yesus, tetapi telah membuat pertikaian dan keretakan diantara kedua belas murid.
Marah sering dikonotasikan negatif, itu benar apalagi jika seseorang marah dengan alasan yang tidak tepat. Seseorang yang cukup beralasan marah sebenarnya masih bisa dilakukan menghindari kemarahan. Namun ada saatnya marah sebagai suatu tindakan untuk keadaan yang lebih baik. Menyampaikan kemarahan dengan hikmat agar keadaan buruk, sikap buruk dan perilaku buruk berubah kepada yang baik dan dikehendaki oleh Tuhan.
Sebagaimana Thema kotbah minggu ini, bagaimana anak-anak Tuhan tetap berhikmat di dalam Yesus Kristus dalam menghadapi segala situasi dan keadaan. Ada orang yang tenggelam dan larut oleh keadaan. Ada yang marah besar atas keadaan namun tidak merubah keadaan. Kotbah Minggu ini mengubah sikap dan keadaan secara berhikmat untuk tujuan yang lebih mulia yaitu upah kemenangan iman bagi orang yang mendahulukan Kerajaan Allah.
*2. Apa gunanya memiliki seluruh bumi namun kehilangan nyawanya?*
Apa gunanya seseorang memiliki dunia ini tapi kehilangan nyawanya? Ini kotbah yang mengubah cara pandang kita akan dunia ini.
- Ada banyak orang berlelah dan bekerja keras demi uang hingga mengabaikan kesehatannya. Yang terjadi uang yang dia kumpulkan tak cukup untuk membiayai perobatannya.
- Ada orang yang bekerja keras, berjerih juang dan lembur kerja demi mengumpulkan uang agar keluarganya bahagia. Namun dengan sikap demikian telah terjadi kegersangan dalam keluarga, istri dan anak-anak tidak pernah menikmati kebersamaan dengan keluarganya.
- Ada orang yang bekerja keras dan berjerih juang mengumpulkan uang agar dapat menikmati makanan-makanan yang paling enak yang tersedia. Tetapi setelah mendapatkan uang dia tidak dapat menikmati apapun karena penyakit: diabet, gula, kolestrol, darah tinggi dll.
- Ada orang yang ingin mendalami Agama dengan menghapalkan ayat-ayat kitab Suci, rajin sembahyang dan segala kegiatan agama dengan tujuan agar lebih dengan dengan Tuhan. Mendalami kitab suci dengan maksud dekat kepada Tuhan, Tapi sangat sayang mereka yang mengakui lebih dekat kepada Tuhan namun semakin menjauhi Tuhan dan membenci sesama. Inilah fenomena penganut kaum agama yang radikal.
- Ada orang yang giat mencapai puncak karier dalam pekerjaan dan bisnis dengan tujuan agar dihormati dan diakui oleh orang masyarakat, namun setelah sampai dipuncak karier malah terjadi sebaliknya dibenci orang lain karena jabatannya tidak amanah, tetapi menjadi kesombongan dan kekuasaan.
Tentu masih banyak lagi contoh-contoh yang nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua pemandangan dan pengalaman ini menjadi renungan yang berharga bagi kita.
Yesus mengingatkan dalam Markus 8:36 (TB) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.
Yesus mengingatkan kita semua, jangan sampai karena tujuan pragmatis, keuntungan sesaat kita kehilangan hak yang paling berharga dalam hidup ini. Ada orang yang menggadaikan imannya karena jabatan, ada orang yang menggadaikan imannya karena posisi dll. Apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, mati jalani dengan iman dan iman yang kokoh akan memberikan kemenangan bagi kita.
*3. Tetaplah Mengikut Yesus dengan kerendahan hati*
Sebagai pengikut Yesus tetaplah sebagai seorang murid, jangan berubah menjadi seorang yang menggurui apalag seperti Petrus yang menegor Yesus yang sangat baik dan berhikmat? Siapakah aku (Who am I) suatu pelajaran dasar menjadi pengikut Yesus harus terus mengoreksi diri akan eksistensi Kuta dihadapan Tuhan. Kita bersyukur dijàdikàn sebagai murid, dijadikannya kita sebagai anak-anakNya dan dijadikan sebagai pewaris kerajaan Allah. Inilah yang harus kita syukur danntetap rendah hati.
Markus 8:34 (TB) Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Kita semua dipanggil untuk menjadi murid Yesus. Undangan ini terbuka bukan merupakan suatu paksaan. Ini yang harus penting dicatat bahwa dalam sejarah penyebaran kekristenan tidak ada pemaksaan apalagi dengan perang. Sekalipun tidak dipaksa seharusnya pilihan untuk mengikut Yesus sesungguhnya mutlak karena tujuan akhirnya adalah tujuan yang hakiki dalam diri setiap orang yaitu keselamatan ada dalam Yesus Kristus.
Apakah asas dasar dari mengikut Yesus?
Disini ada tiga azas yang kita kutip:
a. Menyangkal diri
Menyangkal diri dalam bahawa Inggris "let him deny himdelf", terjemahannya adalah biarlah dia melawan diri sendiri. Melawan diri sendiri adalah pekerjaan yang paling sulit. Di dalam diri manusia ada ego, ego ini berisi tentang banyak hal keinginan diri, hawa nafsu dan ekspektasi akan hidup kita sendiri. Manusia bekerja keras bahkan mengambil keputusan yang radikal sekalipun mau demi mencapai keinginan sendiri. Namun barang siapa hendak mengikut Yesus harus mau melawan dirinya sendiri, melawan keinginannya sendiri, ekspektasi yang berorientasi pada diri sendiri diubah 180 derajat menjadi berpusat dan berorientasi kepada Kristus. Menyangkal diri adalah pekerjaan yang mengubah orientasi hidupnya yang berpusat pada ego (diri) kepada theos (Tuhan),
Meyangkal diri berarti pengorbanan, mau mengorbankan hak dan miliknya sendiri dipersembahkan demi kehendak Allah. Menyangkal diri bersri mau mengutamakan orang lain. Menyangkal diri juga adalah tindakan mengosongkan diri sebagaimana Kristus yang mengosongkan diri (Fil 2:7-8). Wujud pribadi yabg mengosongkan doro adalah merendahkan diri.
b. Memikul Salib
Mengikit Yesus bersedia memilkul salib. Kita semua memiliki beban yang harus dipikul. Seberat apapun beban yang salam hidup harus dipikul dengan penuh tanghung-jawab hingga setia sampai akhir. Ini menunjukkan suatu tugas berat bagi seorang yang murid Yesus memiliki tanggung jawab dan hidup setia. Berani memikuk tanggung jawab yang besar sekalipun memiliki resiko.
Setiap orang percaya memiliki salub dannkuk masing-masing yang dbebankan Tuhan baginkita. Pikullah dengan penuh tanggunjawab. Memikul salib bukan seringan seorang menenteng rantang nasi sebagai bekal serapannya di ladang. Memikul salib bukan seperti seorang officer atau pekerja kantoran yang menenteng tas dengan gagah. Tetapi memikul salib adalah mengerjakan kehidupan atau passion yang ditetap pada diri kita masing-masing dengan penuh syukur dan tanggung jawab.
Memikul salib tarmaktub juga di dalamnya ketaatan. Taat sampai mati seperti Kristus taat sampai mati di kayu salib. Berat memang, kita dari diri sendiri tidak akan kuat melakukannya, namuntugas ini hanya mampunkita lakukan karena dimampukan Yesus. Di dalam Yesus kuk yang kita pikul menjadi ringan (Band Mat 11:28)
c. Mengikut Yesus
Kemana pun Yesus mengajar, selalu banyak yang mengikutinya. Jika kita searching motivasi mengikut Yesus kebanyakan hanya untuk memenuhi kepentingan diri: kesembuhan, ingin melihat tanda dan mujizat (kepuasan mata), mendengar kotbah yang enak dan lebut di dengar dan ada pula yang mengikut Yesus hanya ingin mendapat makan apalagi setelah Yesus melakukan mujizat dengan memberi makan 5000 orang dengan dua ikan dan lima roti.
Mengikut Yesus bisa juga kita ibaratkan seperti mengikut jejak. Seseorang yang berjalan di depan dan kita mengikuti dari belakang. Kemana Yesus pergi.kesitunkita ikut. Jalan mana yang dipilih Yesus, itu jugalah yang kita ikut. Menjadi pengikut Yesus berarti kita mengikuti tekanan yang Yesus berikan dalam perkataan, perbuatan , pengajaran dan pengorbanan.
Diakhir kotbah ini kita diingatkan akan sikap Petrus yang menghindar dari jalan salib. Jangan ikut cara pikir Petrus dalam kotbah ini, tetapi kita semua mau meneladani Yesus. Kita semua melalui kotbah Minggu ini diingatkan untuk memikul salib masing-masing.
Selamat hari Minggu dan Tuhan memberkati!
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak