https://www.facebook.com/216559085082832/posts/7544958348909499/?sfnsn=wiwspmo
FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Rabu, 25 Mei 2022
*TIDAK TAWAR HATI MESKI LAHIRIAH MEROSOT*
Selamat pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
2 Korintus 4:16 (TB)" Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."
2 Corinthians 4:16 "For which cause we faint not; but though our outward man perish, yet the inward man is renewed day by day."
Kesehatan tubuh lahiriah setiap orang lambat laun pasti akan semakin merosot, sakit-sakitan dan menjadi tua seirama dengan bertambahnya usia. Itu siklus hidup yang tak terbantahkan dan tak terhindarkan oleh siapapun. Banyak orang yang mengalaminya menjadi tawar hati membuat semangatnya melemah, menjadi sosok "negative thingking", pesmistis dan kehilangan gairah hidup. Hal tersebut justru semakin mempercepat rontoknya tubuh lahiriah yang pada gilirannya bisa pula memengaruhi manusia batiniah (jiwa dan roh). Menghadapi fenomena tersebut, maka sikap tidak tawar hati merupakan kunci rahasia untuk membangun semangat hidup umat percaya baik secara psikologis maupun mental terutama dalam kaitan tugas panggilan pelayanan kita di Kerajaan Allah. Tapi bukanlah berarti bahwa kesehatan badaniah tidak perlu.
Pernyataan sikap tegas Rasul Paulus dalam nas hari ini yang memprioritaskan dan fokus mengutamakan kemuliaan rohaniah daripada penderitaan badaniahnya, hendaknya memotivasi iman percaya kita untuk merindukan kemuliaan Kristus. Dalam Kolose 3:4 dikatakan: “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Itu sebabnya kemuliaan itu begitu berharga melebihi apa pun di dunia ini termasuk penderitaan jasmani. Itu pula lah pengharapan Kristiani kita di alam perantauan ini yang memang secara mata jasmani tidak kelihatan namun sifatnya adalah kekal. Sebaliknya, hal-hal yang kelihatan sifatnya seperti kekayaan, kehebatan dan ketenaran diri adalah sementara dan semu, yang pasti akan berlalu seperti debu yang diterbangkan angin.
Lalu pertanyaan kritisnya adalah, apa yang seharusnya kita perbuat agar kita tidak menjadi tawar hati? Ketika Yosua yang tawar hati diperintahkan Tuhan untuk memimpin umat Israel merebut tanah perjanjian Kanaan, Tuhan berfirman: "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan Allahmu menyertai engkau ke manapun engkau pergi" (Yos.1:9). Artinya, kita juga identik berada di medan peperangan untuk merebut kesehatan hidup rohaniah yang tidak perlu tawar hati, sekalipun tubuh badaniah kita menuju kepada keringkihan dan ketidakberdayaan dimakan usia dan zaman. Kita pegang janji Tuhan yang akan menyertai umatNya yang taat dan setia kepada ketetapan dan perintahNya. Janji penyertaan berkat Tuhan dinyatakan dalam kehidupan banyak tokoh Alkitab yang tidak mengenal kata tawar hati pada saat mengalami kesesakan penderitaan, yaitu: Yusuf yang tidak tawar hati meski ragam masalah melanda hidupnya; Ayub yang tidak tawar hati ketika persoalan berat menerpanya; Daniel yang tidak tawar hati ketika imannya diuji ditengah bangsa yang tak mengenal Allah; Ester yang tidak tawar hati saat bangsanya hendak dibasmi.
Sahabat yang baik, kita mutlak perlu beriman teguh kepada Kristus Yesus Sang Sumber Kehidupan sambil terus berjuang mengendalikan sifat kedagingan kita. Sisa hidup saat ini adalah kesempatan emas yang masih Allah anugerahkan untuk kita pergunakan sebaik mungkin bagi kemuliaan nama-Nya. Kehidupan umat percaya tidak dijanjikan akan terus mulus. Sukacita dan penderitaan atau pergumulan hidup akan terus datang silih berganti. Persoalannya hanya terletak pada bagaimana kita menyikapinya secara iman. Penderitaan yang kita alami di zaman kini tidak ada apa-apanya dibanding yang dialami Rasul Paulus selama pelayanannya, namun ia tetap kuat dan tidak tawar hati karena ia fokus pada apa yang tak kelihatan, yang bersifat kekal. Ia yakin bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm.8:28). Pada momen itulah keimanan dan kesetiaan kita mengalami proses penempaan sekaligus teruji, apakah berkadar emas murni atau bercampur pasir. Sebab itu dalam menjalani kehidupan ini seyogyanya jangan terpaku kepada iming-iming duniawi ini, karena itu semua pasti akan berlalu diterpa angin. Sifatnya hanya sementara, paling 50, 60, 70, atau 80-an tahun, dan kalaupun semua itu kita punyai, belum tentu bisa dinikmati dalam damai sejahtera Allah. Jadi, kita jangan terbuai hanya mendandani manusia lahiriah saja, tetapi perhiasan kita haruslah manusia batiniah yang tersembunyi. Itulah yang harus kita pelihara dengan berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Yesus Kristus agar berbuah Roh yang lebat (Kol.2:6-7; Gal.5:22-23).
Sahabat yang baik! Dalam menapaki kehidupan ini janganlah terpana pada apa yang fana dan kelihatan, melainkan fokus pada yang kekal. Sekalipun tubuh jasmaniah kita melemah, tapi kita dapat melatih manusia rohaniah kita untuk terus diperbarui dari hari lepas hari, sehingga tetap segar, bersukacita dalam damai sejahtera, serta berpengharapan di dalam Tuhan. Oleh karena itu mari untuk tidak tawar hati dalam menghadapi kemerosotan manusia lahiriah kita. Kita diingatkan firman Tuhan lewat Amsal 17:22: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Bahkan Alkitab menyerukan: "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagimu" (1Tes.5:16). Tetaplah berjalan dengan iman yang teguh sambil terus memohonkan kuasa Roh Kudus untuk senantiasa membaharui jiwa dan roh kita. Tuhan memberkati!
Salam: Tim Renungan 12 (TEM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar