Minggu, 26 Juni 2022

PENDERITAAN BERUJUNG MANIS

 Kotbah Minggu II Steleh Trinitatis

Minggu, 26 Juni 2022

Nas: Ruth 1:7-17


PENDERITAAN BERUJUNG MANIS

Rencana Tuhan Yang Tidak Terselami Dalam Hidup Ruth


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, apapun yang terjadi dalam hidup ini jalanilah di dalam iman. Tuhan memberikan akal dan pikiran serta potensi dalam hidup ini untuk dipergunakan dalam menjalani dan menghadapi kehidupan. Jikalau tiba pada saat tertentu dimana pikiran logis kita tidak mampu menerima suatu kenyataan hidup jangan berputus asa, masih ada satu hal yang dapat kita andalkan yaitu iman. Di dalam iman kita percaya ada Tuhan perancang kehidupan ini. Hidup ini bukan ditenrukan oleh manusia tetapi pada Tuhan. Penderitaan bukanlah sesuatu yang harus selalu ditangisi dan disesali, namun dijalani dengan kesabaran, ketekunan dan pengharapan. Demikianlah kisah hidup Ruth yang memiliki mertua bernama Naomi. 


Kitab Rut berisi kisah yang sangat mengharukan, namun penuh makna dan tercatat dalam sejarah bangsa Israel. Ada satu keluarga bernama Elimelek isterinya bernama Naomi hendak mengadu nasib pergi merantau ke tanah Moab. Mereka telah menjual segala miliknya di Bethlehem dan tinggal di Moab. Mereka punya anak bermama Mahlon dan Kilion, kedua anaknya ini menikah dengan perempuan Moab, yang satu bernama Orpa dan satunya Rut. Maksud hati memperbaiki kehidupan, namun kenyataan lain. Mereka terpuruk  habis dan dirundung kesedihan di negeri asing. Elimelek meninggal dan tak lama kemudian kedua anaknya Mahlon dan Kilion pun meninggal sebelum memiliki anak. Habis dan apes, pahit dan sungguh tak terkatakan.


Saya merenungkan perjalanan hidup keluarga Naomi setelah suami dan anak-anaknya meninggal dengan membuat tiga tipe cara berpikir menghadapi kepahitan hidup, 


1. Rasional yang membebaskan dari Naomi

Tidak habis pikir penderitaan yang terjadi, pahit dan sungguh tak dapat lagi berkata apapun. Kedua anaknya meninggal tanpa keturunan. Dalam hukum Levirat Yahudi,  mantu milik dari kaumnya. Maka mantu itu dapat dinikahkan dengan kaum terdekat dengan keluarga Naomi. Setelah suami dan kedua anaknya meninggal, bertahan dirantau tidak mungkin lagi. Naomi kehilangan segalanya dan dengan pikiran logis dia berbicara dengan baik dan membebaskan dua mantunya yaitu Orpha dan Ruth untuk.kembali kaumnya. Secara logis tidak mjngkin lagi Naomi untuk memperoleh anak  sementara kaumnya terdekatnya tiada di tanah perantauan. 


Maka Naomi membuat keputusan untuk membebaskan keduan mantunya itu. Naomi tidak menahan kedua mantunya itu hidup dalam asuhan dan tanggungannya, namun memberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup menurut yang mereka inginkan. Naomi seorang mertua yang moderat dan siap menerima kenyataan apapun sikap kedua mantunya itu akan menerima dengan lapang dada, karena toh tidak ada lagi yang dapat dilakukan oleh Naomi untuk memperbaiki kehidupan mereka. Mereka menangis dan pemuh air mata meratap kepedihan. 


Naomi memberkati Orpha saat memilih meninggalkan Naomi. Naomi juga menghargai keputusan Ruth yang berjanji mengikut Naomi. Naomi pun membawa Ruth kebali ke kampung halamannya di Bethlehem dan menolong apa yang bisa dilakukannya terhadap Ruth.


2. Orpha: berpikir logis dan pragmatis

Setelah Naomi memberikan kebebasan kepada kedua mantunya, Orpha memilih pulang ke bangsanya yakni Moab. Keputusan Orpha ini menuruti saya adalah keputusan yang rasional. Dia menerima alur berpikir Naomi, siapa tahu dengan kembalinya ke Moab Orpha mendapat kesempatan untuk hidup lebih baik, hidup bahagia dan mendapatkan suami dan keturunan. 


Inilah dasar kita menyebutkan bahwa Orpha tipe yang rasional, sekalipun sedih dia menuruti logika berpikir mertuanya dan dia pun meninggalkan mertuanya dan kembali ke Moab. Naomi memberkati Orpha pulang ke negerinya Moab. 


Namun bagaimana kisah kehidupan Orpha tidak ada lagi beritanya, hilang dalam sejarah. Ceritanya pendek dan tidak terulis dalam sejarah. Cerita tentang Orpha dengan keputusan rasionalnya hilang ditelan waktu. 


3. Ruth berpikir logis disertai, kasih, ketaatan dan iman. 


Berbeda dengan Ruth, Ruth lebih dari sekedar berpikir rasional, namun didalamnya ada kasih, ketaatan dan iman. Kasih karena dia tidak tega meninggalkan mertuanya sendirian atau sebatang kara tanpa ada penolong. Taat karena ada komitmen dan janji kemanapun mertuanya pergi kesitu dia pergi. Di dalamnya ada iman, karena dia mengakui Allah Israel Allah yang disembah Naomi menjadi Allah yang disembah dan dituruti oleh Ruth.  


Ruth seorang yang memiliki budi baik dan hati yang tulus, tak tega meninggalkan mertuanya sebatang kara. Didorong oleh rasa kasih yang tulus Ruth berjanji: kemana Naomi pergi kesitu dia pergi, selengkapnya dikatakan. 

Rut 1:16-17 (TB)  Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; 

di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"


Apa yang didapatkan Ruth setelah menjalani kehidupan yang pahit, kemiskinan dan penderitaan dijalaninya dengan taat. Dalam cerita berikutnya setelah kembali ke Bethlehem Tuhan menunjukkan Boaz sebagai penolong baginya. Boas sangat prihatin akan hidup Ruth dan Naoimi hingga menyampaikan pesan agar Ruth dapat mengumpulkan bulir-bulir gandum yang tercecer menjadi sumber hidupnya. Meprihatinanan Boas bukan hanya disitu, dia mencari keturunan terdekat dengan Elimelekh yang berhak memperisteri Ruth menurut hukum Perkawinan Yahudi, namun tidak.  Boas akhirnya menikahi Ruth.  


Berjumpa dengan Boas, hidup Ruth pun berubah manis, bukan hanya itu dari rahim Ruth yang sekalipun orang Moab tetapi menjadi ibu yang melahirkan catatan sejarah besar dalam bangsa Israel. Catatan sejarah itu dituliskan oleh kitab Matius silsilah Raja Daud dan Tuhan Yesus. Matius 1:5-6 (TB)  Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, 

Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, 


Hidup yang pahit menempa Ruth melahirkan leturunan yang melahirkan raja besar bagi bangsa Israel dan dalam silsilah berikutnya menjadi raja-raja di Yehuda sampai kepada Tuhan Yesus sang Yuruselamat.


Pengalaman Ruth ini mengajarkan makna kehidupan yang sangat berharga. Masa pahit bisa saja terjadi, namun jangan sampai berputus asa. Saat Tuhan berkehendak bukan saja dapat mengubah yang pahit dengan manis, tetapi dari kehidupan yang hina sekalipun dapat melahir keturunan yang bersahaja dan mulia. 


Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati!


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN FIRMAN

 Kotbah Minggu I Setelah Ephipanias Minggu, 12 Januari 2025 Ev. Kisah Rasul 8:14-25 DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN FIRMAN Selamat Hari Minggu! Sa...