https://www.facebook.com/216559085082832/posts/7667045023367497/?sfnsn=wiwspmo
KOTBAH MINGGU I SETELAH TRINITATIS
Minggu, 19 Juni 2022, Galatia 3:23-29
*ANAK-ANAK ALLAH KARENA IMAN DI DALAM YESUS KRISTUS*
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, dalam catatan saya, nas kotbah ini merupakan Evangelium pada kotbah awal tahun 2015 lalu yang menekankan tentang Kesatuan Jemaat.
Penekanan pentingnya kesatuan (hasadaon) merupakan potensi dan kekuatan. Kekuatan kesatuan ini banyak pula diungkapkan oleh beberapa istilah yang akrab kita kenal baik bhs Indonesia maupun dalam Bahasa Batak, misalnya: "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", "aek godang aek laut, dos ni roha si baen na saut". Dari ungkapan ini kesatuan hanya ada jika ada hati yang terbuka untuk membuka diri dan menghargai orang lain. Yang pasti kita sudah berbeda, entah apapun bisa kita buat bahwa kita sungguh berbeda bahkan jauh berbeda dengan orang lain. Namun dalam berbagai perbedaan itu ada hal yang dapat menyatukan kita.
Kotbah minggu ini membuka mata hatinkita kesatuan itu merupakan anugsrah di dalam Yesua Kristus. Jika oleh hukum Taurat, Yahudi dan non Yahudi dibedakan namun didalam Yssus Kristus dipersatukan. Jika Yahudi membedakan dirinya sebagai anak-anak Abraham, umat pilihan Allah dan bangsa yang diberkati, maka di dalam Yesus Kristus kita menjadi satu, yaitu anak-anak Allah.
*1. Hidup oleh anugerah, ditebus dari kuk Hukum Taurat*
Paulus dalam Kotbah minggu ini menjelaskan bahwa Kristus telah menggenapi hukum Taurat. Taurat tidak menyelamatkan, tetapi melalui Taurat kita mengenal kehendak Allah, apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan. Hukum Taurat berisi perintah tentang apa yang seharusnya kita lakukan. Dengan memelihara hukum Taurat umat Allah memiliki etika hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan memberikan hukum Taurat saat Israel dibentuk dalam perjalanan menuju Kanaan. Perjakanan selama 40 tahun inilah, Israel dibentuk menjadi umat Allah yang memiliki norma kehidupan sebagai umat dan membedakan mereka dengan bangsa-bangsa.
Hukum Taurat ibarat cermin, seseorang di depan cermin akan melihat dirinya sendiri apa adanya. Cermin akan menunjukkan wajah asli kita dan memperlihatkan apa yang ada. Demikianlah manusia dihadapan hukum Taurat melihat diri, didalamnya ada pelanggaran dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan contoh cermin ini kita mengatahui bahwa hukum Taurat membuat kita mengenal dosa. Pengenalan akan dosa akan membimbing kita kepada anugerah. Hal ini terjadi karena sanksi pelanggaran adalah hukuman dan upah dosa maut. Allah yang penuh kasih tidak menghakimi setimpal dengan pelanggaran kita. Oleh kasihnya yang besar, Allah menyelamatkan kita dengan mengutus Yesus Kristus. Kristus telah menebus kita dari pelanggaran dan dosa. Hukum Taurat nukanlah jalan keselamatan tetapai pembimbing sampai kepenuhan dan penggenapan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Ibarat seorang pengasuh akan memiliki peran yang kuat membimbing seseorang anak sampai akil baik.
Hukum Taurat mengandung janji, barang siapa yang memelihara hukum Taurat siang dan malam akan diberkati. Tetapi kenyataannya tak seorang pun yang dapat melakukan hukum Taurat. Sebab didalam Taurat umat Allah berjanji dihadapan Allah untuk setia melakukan Taurat, namun barang siapa yang tidak setia akan kena hukuman. Disebutkan dalam Ulangan 27:26 (TB) Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!" (baca Gal 3:10)
Kasih Allah di dalam Yesus Kristus telah menebus kita dari hukum Taurat dan menjadikannkita anak-anak Allah. Galatia 3:10 (TB) Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."
*2. Kristus mempersatukan*
Galatia 3:28 (TB) Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Kristus telah menebus kita tanpa membeda-bedakan status sosial, suku bangsa dan jender. Di dalam Yesus Kristus kita sama di hadapan Allah. Di dalam surat Galatia ini Paulus menjelaskan segala perbedaan dalam persekutuan kita semua sama di dalam Kristus. Kristus telah membuat kita menjadi Anak Allah, sehingga kita menyebut Abba. Di dalam Kristus , Allah adalah Bapa kita dan kita adalah anak2Nya tampa membedakan latar belakang, suku, status sosial dan identitas lain.
Keampuhan menjadi satu di dalam Kristus bukanlah pekerjaan mudah, karena paham2 konstruksi budaya manusia yang membedakan diri pada dikotomi "kami" dengan "mereka". Kami dan mereka adalah getto atau tembok pemisah antara kami dan mereka. Kami adalah ekslusif dan superior dan dalam pandangan kami, mereka adalah orang asing. Komunitas kami dan mereka akan menghambat proses persatuan dan kesatuan dalam jemaat. Kami selalu berorientasi akan superioritas diri dan idiologi superioritas diri ini memunculkan prasangka merendahkan orang lain. Kristus adalah perdamaian yang meruntuhkan pemisah kami dan mereka menjadikan suatu istila KITA. Kita adalah dimana kami dan mereka bersatu.
Marilah identifikasi beberapa hal yang membuat kami dan mereka:
a. Yahudi dan Yunani: karakteristik keduanya sungguh berbeda. Yahudi merasa diri umat Pilihan, mereka adalah umat yang diberkati, kepada mereka Tuhan menyampaikan Firman dan Taurat dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam kehidupan religiusnya Yahudi adalah orang yang paling saleh, karena semua gerak kehidupan diatur oleh Taurat dan fianggap sebagai ibadah. Sebagai umat Pilihan Tuhan mereka menaatinya dan menganggap diri sebagai orang yang paling saleh dari seluruh umat manusia. Dalam pandangan demikian pemahaman terhadap orang lain adalah umat lain adalah bukan pilhan, tidak diberkati dan tidak saleh. Orang lain dianggap bukan umat Tuhan dan tidak mengenal Allah, nahis, kotor dan takmpantas memperoleh keselamatan. Kesalehan mereka menjadi suatu paham superioritas diri lebih saleh dan lebih kudus dari orang lain atau umat manapun dan tak pantas menjadi satu meja dalam jamuan kudus.
Yunani berbeda lagi, mereka peyanjung rasionalitas. Hal yang tak masuk akal bagi mereka adalah kebodohan. Bahkan keselamatan melalui salib dianggap kebodohan. Paham ini mendorong mereka lebih berhikmat sementara umat lain sebagai kebodohan. Bagi Yunani puncak pencapaian hikmat adalah pengetahuan. Baik Yahudi dan ayunani penyanjung kehebatan diri.
PAULUS dalam Galatia merakit kesatuan dari Yahudi yang merasa paling saleh dan Yunani paling berhikmat satu di dalam Kristus.
b. Hamba atau Orang Merdeka
Syukurlah perbudakan dan rasisme telah dihapuskan demi kesamaan dan kesetaraan umat manusia. Pada jaman Alkitab hal ini sangat berbeda dan tak akan mungkin budak dan tuan dianggap sama. Budak adalah budak, sedang tuan adalah tuan. Hamba tak memiliki hak untuk merdeka, dan tuanlah pemegang hak kemerdekaan mereka. Budak dan tuan sudah dianggap kodrat. Tak mungkin bagi budak menyebut dirinya sama dengan tuan atau sebaliknya. Budaya baru di dalam orang yang perdaya di dalam Kristus membuat mereka satu di dalam Kristus: sama2 yang ditebus dan dimateraikan oleh baptisan yang satu itu. Inilah suatu kekuatan Kristus yang meruntuhkan pemisah yang sangat keras dijamannnya sehingga dapat menerima satu dengan yang lain sebagai saudara.
Seperti nyanyian Marthin Luther King Jr: we shall overcome, we shall over come. Di dalam Kristus kita melampauhi semua hal yang memisahkan kami dan mereka.
c. Lakilaki atau Perempuan
Jaman alkitab disebut jaman yang sangat besar pengaruh patriakhis, lakilaki dianggap lebih kuat, lebih utama dan segala kelebihannya ketimbang perempuan. Sementara perempuan diangap lemah dan segala keterbatasannya. Dalam pandangan ini Paulus melihat ada suatu kekuatan di dalam Kristus yang tidak membedakan atau mengutamakan lakilaki dari perempuan. Kotbah ini menjadi suatu titik keberangkatan pemahaman kita akan kesamaan lakilaki dan perempuan dalam status, sosial dan peran dalam masyarakat. Baik lakilaki dan perempuan adalah kodrat ilahi dalam diri manusia yang menjalankan fungsi sesuai dengan kehendak Allah.
*3. Kita semua anak-anak Abraham, umat pilihan yang diberkati.*
Galatia 3:29 (TB) Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.
Abraham adalah baoak dari segala orang percaya.
Dalam pandangan Yudaisme, hanya Yahudilah yang diberkati karena mereka adalah anak-anak Abraham. Anak-anak Abraham, Ishal dan Yakub, yang dibentuk menjadi satu bangsa, yaitu Israel. Samaria saudaranya dari keturunan Yakub tidak dianggap sebagai umat yang diberkati karena tidak setia memelihara Hukum Taurat.
Apa yang dijelaskan Paulus dalam surat Galatia ini semakin menegaskan bahwa anak-anak Abraham sehara lahiriah tidak otomatis menerima anugerah. Anugerah kita terima di dalam iman percaya kepada Yesus Kristus. Jika Yahudi adalah anak-anak Abraham secara lahiria, maka.didalam Yesus Kristus, oleh iman percaya kita adalah keturunan Abraham. Jika Yahudi memiliki tanda lahiriah mwlalui sunat, maka orang percaya menjadi Anak-anak Abraham melalui baptisan.
Sahabat yang baik hati!
Ada banyak hal yang dapat kita identifikasi yang membuat kita berbeda dengan orang lain. Ajakan firman di Tuhan sepanjang tahun ini yang diprogramkan sebagai Tahun Perempuan untuk bersamasama merakit kebersamaan. Mari identifikasi hal-hal yang dapat membuat kita lebih erat bersatu di dalam Kristus. Perbedaan adalah anugerah Tuhan, orang beriman hal2 yang berbeda dalam setiap identifikasi dapat melihat dan merakit kebersamaan dan kesatuan dan persekutuan. Kata "kami" dan "mereka" yang membuat kita berpisah dari sesama, Kristus memampukan kami dan mereka menjadi KITA.
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar