Selasa, 07 Juni 2022

KEMARAHAN YANG TAK BERALASAN

 FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Jumat, 3 Juni 2022


KEMARAHAN YANG TAK BERALASAN


Selamat Pagi! Sahabatbyang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan


Yunus 4:4 (TB)  Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?" 


Jonah 4:4 (UKJV)  Then said the LORD, Do you well to be angry? 


Siapapun orangnya pasti pernah marah, marah adalah bahagian dari ekpressi emosi seseorang. Namun tingkat kemarahan itu berbeda-beda, tergantung pada alasan atau faktor yang membuat seseorang marah. Kemarahan biasanya timbul saat apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Sehingga muncul reaksi yang diungkapkan dalam marah.

Orang bisa memaklumi seseorang marah saat tahu keadaan yang dialami, namun sebaliknya agak aneh rasanya jika seseorang marah tanpa alasan yang logis. 


Dalam renungan hari ini, Tuhan menasihati Yunus yang marah karena murka Tuhan tidak jadi atas kota Ninive. Sebagaimana kita gahu, Yunus ke kota Ninive melalui pengalaman pahit, dibuang ke laut dan didalam perut ikan selama tiga hari karena menolak memberitahukan hukuman kepada Kota Ninive. Setelah pengalaman di Perut ikat, Yunus pergi dan memberitahukan murka Allah kepada kota Ninive bahw Tuhan akan menunggangbalikkan kota itu karena dosa dan kejahatan. Atas peringatan nabi Yunus kota Ninive bertobat, mulai dari raja hingga rakyat jelata memohon pengampunan dan Tuhan pun mengasihani kota Ninive, murka Allah ditangguhkan. Atas keputusan Tuhan yang membatalkan murka Tuhan kepada Ninive, Yunus marah, seolah lelah dia sampai ke kota Ninive sia-sia? Disinilah kekeliruan Yunus, bukankah dia sebaliknya bersyukur karena murka Tuhan atas Ninive dibatalkan, ratusan ribu penduduk kita Ninive dapat diselamatkan. 


Renungan pagi merupakan sapaan Tuhan untuk menjernihkan pikiran Yunus yang dilingkupi kemarahan. Jika kita baca keseluruhan pasal 4, Yunus menunjukkan kemarahannya atas ketetapan Allah yang mengasihi Ninive. Dia mengeluarkan unek-uneknya dan ketidakpuasan atas ketetapan Allah yang demikian. Sekalipun dalam doanya ada pengakuan bahwa Tuhan pengasih, penyayang dan panjang sabar serta melimpah kasih setia. Namun ada kejengkelan, kalau toh Ninive tak dihukum mengapa dia harus berlelah bahkan membuat jalan hidupnya sengsara hingga sampai di Ninive memberitakan hukuman Tuhan. Yunus kurang berterima atas keputusan Allah yang membatalkan hukuman kepada Ninive, dan atas kemarahannya itu Yunus meminta agar Tuhan mencabut nyawanya, karena lebih baginya mati dari pada hidup.


Secara theologis Yunus mengetahui Allah tidak menghendaki kematian orang fasik, Tuhan berkehendak agar orang jahat bertobat dan berbalik dari kejahatannya kepada Allah (Yehezkiel 33 dan Maz 103). Inilah tujuan yang utama, yaitu kasih Allah pada Ninive karena mereka mau berbalik. Kalau Allah mengasihi Ninive, kenapa Yunus marah? Ada beberapa yang dapat kita catat mengapa Yunus marah, Pertama dia sudah lelah dan dengan pergumulan khusus sampai ke Ninive memberitakan hukuman, tapi Allah menyesal dan menghentikan rencana hukuman pada Ninive. Seolah2 hanya membuat lelah Yuñus. Keputusan Allah ini beralasan karena mereka mau bertobat. Dari sini sebenarnya Yunus tidak beralasan untuk marah. Kedua, kalau hukuman dibatalkan seolah nubuatan hukuman tidak benar, ini pertarungan kebenaran nubuatan dari seorwng nabi Yunus berhadapan dengan Ninive. Hal ini juga masih dapat dijelaskan bahwa Tuhan menyesal dan mengubah rencanaNya. Kemarahan Tuhan berubah menjadi kasih karena pertobatan. Jadi pertarungan kebenaran bukan soal benar tidaknya nubuatan tetapi nyatanya kasih Allah atas Ninive. KEBENARAN YANG UTAMA ADALAH Allah mengasihi bangsa lain. Jadi lelah Yunus sebenarnya telah berbuahkan kebaikan bagi Ninive yang bertobat atas ancaman hukuman. Inilah yang dikehendaki oleh Allah. Ketiga, pandangan ekslusif Yunus atas bangsa-bangsa2. Bisa saja benar bahwa Yunus memahami eklusivisme, dimana Allah mengasihi umatNya dan menghukum bangsa-bangsa. Dalam pandangan Yudaisme pemahaman seperti ini sangat kental hanya Israel yang disebut dengan umat kesayakan (neum YHWH) sedangkan bangsa-bangsa (goyim) adalah umat yang tidak mengenal Allah. Disinilah perubahan pemahaman teologis dari ekslusif ke inklusif, Allah mengasihi umat Ninive karena mereka bertobat. Allah tidak hanya mengasihi umat Israel, tetapi juga mengasihi bangsa-bangsa yang menginsafi kesalahan dan kejahatannya.


Kemarahan Yunus ini dijawab Tuhan dengan suatu pengalaman berarti bagi Yunus, ketika dia berteduh di pohon jarak. Sedikit mengobati hati yang jengkel dan agak terhibur karena pohon jarak bertumbuh dan menaungi Yunus dari teriknya matahari, namun keesokan harinya atas penentuan Allah datanglah seekor ulat yang menggerek pohon jarak itu hinga layu. Hal ini membuat Yunus semakin marah, bahkan pantas marah seumur hidup atas segala kejengkelan yang dialaminya. Namun Tuhan menjawab: " kamu sayang sama pohon jarak untuk sedikit pun tidak pernah berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula, bagaimana tidak Aku akan sayang pada Ninive..." (4,10-11)


Sahabat yang baik hati, kemarahan Yunus yang tidak beralasan mengingatkan kita bahwa dalam hidup sehari-hari kita sering memandang persoalan dari kacamata kita, memaksakan kehendak pribadi sampai marah-marah. Padahal jika kita kaji lebih luas dan lebih jauh kita baru sadar begitu cerobohnya kita dalam kemarahan kita. Makanya jangan marah tanpa alasan, kemarahan yang sangat beralasan sekalipun harus kita pendamkan dalam hati. Sikap daminjauh lebih utama ketimbang marah-marah. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESATUAN DAN KEPEDULIAN JEMAAT

  Kotbah Minggu III Setelah Ephipanias Minggu, 26 Januari 2025 Ev. 1 Korintus 12:12-20 KESATUAN DAN KEPEDULIAN JEMAAT Selamat Hari Minggu! S...