FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Kamis, 30 Juni 2022
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
JANJI PEMULIHAN OLEH TUHAN
Selamat pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
Yeremia 30:20 (TB): ”Anak-anak mereka akan seperti dahulu kala, dan perkumpulan mereka akan tinggal tetap di hadapan-Ku; Aku akan menghukum semua orang yang menindas mereka.”
Jeremiah 30:20 (KJV): "Their children also shall be as aforetime, and their congregation shall be established before me, and I will punish all that oppress them .”
Sahabat yang baik hati.
Pemberontakan bangsa Israel dengan kerap kali melawan Tuhan yang mendukakan-Nya, menyebabkan Allah dalam murka-Nya menghukum umat-Nya itu menjadi tawanan bangsa Babel, dijadikan budak yang membuat mereka sangat menderita selama 70 tahun. Penghukuman berat dari Tuhan berupa pembuangan itu merupakan bentuk pendisiplinan yang sangat keras dari Allah kepada umat pilihan-Nya yang tegar tengkuk itu. Namun dalam kasih kemurahan-Nya melalui nubuat nabi Yeremia dalam bacaan hari ini, Allah menawarkan harapan bagi bangsa Israel dengan berjanji akan membebaskan mereka dan kembali ke negeri mereka. Suatu janji anugerah pemulihan bahwa umat pilihan Allah itu tidak akan musnah; suatu sisa umat Israel akan tetap ada dan melalui mereka Allah akan melaksanakan kehendak-Nya bagi dunia yang tergenapi dengan kedatangan Yesus Sang Mesias ke dunia.
Sahabat yang baik! Belajar dari pengalaman bangsa Israel di atas, kita umat Allah masa kini perlu melakukan perenungan atau kontemplasi diri: apakah juga kita sering memberontak, melarikan diri menjauhi Tuhan dan merasakan hubungan dengan Tuhan renggang, seperti halnya dilakukan umat Israel? Apakah itu lewat dosa-dosa pemberontakan kita dengan perzinahan rohani yang mempertuhankan isi dunia ini, atau dosa nafsu kedagingan, atau akibat luka derita yang silih berganti sehingga kita memutuskan hubungan doa-doa kepada-Nya, atau lain sebagainya. Kecenderungan umum manusia yang mengalami sakit rohaniah akan mudah sekali untuk marah, membenci, mendendam, sakit hati, kecewa dan putus asa, serta berpikir negatif, menjadikan malas beribadah dan bersekutu dengan Tuhan, malas memuji Tuhan dan malas mensyukuri berkat yang ada, bahkan hidupnya hanya dipenuhi keluhan dan persungutan. Hal itu berimplikasi kepada ketidakmampuan merasakan kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang tetap tak pernah berubah sehingga kita masih ada seperti sekarang ini! Tentunya tidaklah berarti bahwa mengikut dan taat kepada Yesus Kristus menjadi garansi bebas dari pergumulan atau penderitaan hidup. Mari kita tengok kehidupan orang-orang taat akan Tuhan namun mengalami pergumulan hidup yang hebat, contohnya: Ayub, dan juga Paulus setelah pertobatannya!
Sahabat, hari ini kita diingatkan bahwa jika kita telah atau sedang menjauh dari Tuhan, kita masih diberi kesempatan untuk datang kembali kepada-Nya: bertobat dan siap menerima pendisiplinan-Nya! Allah adalah Bapa kita yang Maha Pengasih, Maha Pemurah serta Maha Pengampun yang panjang sabar dan penuh belas kasihan. Kita harus pula menyadari bahwa Allah mempunyai pengharapan yang tinggi kepada kita agar kita menjadi sempurna dan kudus sehingga dilayakkan menerima kemuliaan dan berdiam di hadirat-Nya. Sejalan dengan itu, dalam menghadapi lika-liku pergumulan hidup kristiani kita, Ayub 5:17-18 mengingatkan: "Sesungguhnya berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula."
Dengan demikian, jika kita mau memenuhi pengharapan tinggi Allah Bapa kita, maka kita harus bersedia menerima dan untuk introspeksi diri menyelaraskan hidup kita menuju kedewasaan iman penuh. Dalam artian, tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Untuk mewujudkannya, Dia akan mendisiplinkan anak-anak-Nya yang melakukan kesalahan dan dosa. Memang Allah mengasihi umat-Nya, tetapi Allah juga tidak akan pernah membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Paulus mengatakan bahwa "Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak" (Ibr.12:6). Penghajaran atau pendisiplinan Tuhan memiliki setidaknya 3 tujuan: Pertama, untuk mendorong kita bertobat; Kedua, untuk menguduskan kita, dan Ketiga, untuk mengarahkan kita kembali ke jalan yang dikehendaki Allah, suatu jalan yang terbaik.
Sahabat yang baik! Mungkin kita saat ini merasakan sedang mengalami pendisiplinan Tuhan untuk memulihkan kehidupan kita, apakah lewat penghukuman, teguran, pergumulah hidup, atau bentuk pengajaran lainnya sebagai proses pendewasaan iman kita. Seyogyanya kita bersikap positif berpegang pada filosofi yang ketika memandang sebuah gelas berisi air setengahnya, yaitu: tetap bersyukur dengan memperoleh gelas dengan isi setengah; tidak mengkeluh-kesahkan dan bersungut-sungut pempersoalkan mengapa kosong setengah. Sebagai anak-anak Tuhan, janganlah kita menolak didikan dan kasih sayang-Nya, tapi teruslah berharap dan percaya akan kebaikan-Nya. Karena ketika Ia menghukum, maka Ia juga yang akan membalut luka dan memeluk serta menuntun kita. Dia berjanji tidak akan meninggalkan umat-Nya sepanjang kita terus berpaut dalam persekutuan intim dengan-Nya. Pertobatan memang merupakan hal yang tak bisa ditawar-tawar sebagai prasyarat pengampunan dosa dan pemulihan agar beroleh kasih karunia-Nya. Ingatlah seruan Wahyu 3:19: “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” Belas kasihan dan janji pemulihan-Nya dari dulu sampai sekarang tetap sama.
Sahabatku, Tuhan memberkati Saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin.
Salam: Tim Renungan 12 (TEM).