https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0356C5KGNRhBKx3MSJMQTPvuF2UD33smmFDfLpjVjSydbpkeRTTajyVYMFcBSosZyVl&id=100063523332048&sfnsn=wiwspwa
KOTBAH MINGGU VII SETELAH TRINITATIS
Nas: Yakobus 3:13-18
*ORANG BERHIKMAT TAMPAK DARI CARA HIDUPNYA*
Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, dalam salah satu kebutuhan mendasar dalam menjalani hidup ini adalah hikmat. Hikmat penting untuk menuntun manusia kepada kebenaran dan terhindar dari berbagai jerat kejahatan. Lengkapnya saya kutip pemgertian hikmat dalam Amsal 1:2-4 (TB) untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda —
Hikmat sangat dibutuhkan manusia, ibarat terang dalam menempuh suatu perjalanan. Apalagi jalan yang kita jalani terkadang seperti berjalan di zona yang sulit dimengerti. Ibarat orang buta melangkahkan jalannya, maka satu-satunya petunjuk baginya adalah tongkat pendeteksi. Sehingga jejak demi jejak yang dia langkahkan tidak membuag jatuh di jalan yang gelap.
Salah satu ciri kekristenan yang dijelaskan oleh rasul Yakobus adalah hidup praktis dan tidak muluk-muluk. Beragama itu sederhana, beriman tidak hanya omongan doang tetapi disertai perbuatan. Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. (Yak 2:20,26). Bagi rasul Yakobus mendengar dan mendalami firman baik itu menambah iman namun harus sampai menjadi pelaku firman (Yak 1:22). Inilah ciri khas dari teologi rasul Yakobus. Mempermudah orang Kristen memahami imannya dan perilaku dan cara hidupnya. Jika banyak ornag memberikan ajaran-ajaran yang mempesona, Rasul Jakobus memberikan nasihat untuk membedakan mana hikmat Sorgawi mana duniawi, mana yang baik dan mana yang jahat.
Rasul Yakobus menjelaskan bahwa orang percaya menjalaninhiduonya dengan cara yang bersumber dari hikmat sorgawi. 3:17-18 (TB) Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
Hikmat dari atas bersumber dari Allah yang mendatangkan damai sejahtera dan kebaikan bagi manusia, namun hikmat dari bawah bersumber dari si jahat, iri hati dan kedagingan manusia yang mendatangkan kegaduhan dan pertengkaran.
*1. Mari bercermin: apakah kita sudah berhikmat?*
Ada di kalangan jemaat yang merasa hidupnya lebih berhikmat, berakal budi dan lebih bijak namun sangat aneh mereka memegahkan diri. Bagi Jakobus ini bukanlah suatu hikmat karena orang yang berhikmat tidaklah memegahkan diri tetapi lahir dari kelemahlembutan. Yakobus 3:13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
Berhikmat atau tidaknya kita ditentukan oleh cara hidup kita. Maka menentukannya adalah bercermin dengan melihat kedalam diri sendiri. Kotbah minggu ini menjadi cermin, yang akan menampakkan dua hal. Hikmat duniawi atau sorgawi. Sebelum bercermin menurut kotbah ini maka dua hal yang harus kita ingat. Pertama jika cermin kotbah ini menunjukkan gambar buruk, maka tak usah malu, tetapi datanglah kepada Tuhan, Dia senantiasa berkenan memperbaiki hidup kita. Kedua, kala cermin kotbah ini menunjukkan gambar yang baik, cara hidup kita yang sudah baik, peliharalah dan tetaplah meminta pertolongan Roh Kudus untuk menjalani kehidupan ini dengan hikmat.
*2. Hikmat dari bawah - merusak kehidupan:*
Hukmat dari bawah adalah berasal dari sijahat, yang terus mendorong keinginan daging dan keegoisan manusia. Tujuannya adalah pemuasan diri, pujian diri hingga kesombongan diri. Narasi Alkitab telah meruntuhkan kesombongan: jayuhnya manusia kedalam.dosa karena ingin sama dengan manusia, gagalnya pembangunan menara Babel karena kesemobongan manusia, tenggelamnya Raja Firaun karena keegoisan untuk tetap menindas bani Israel. Narasi Alkita hadir untuk membawa damai sejahtera menghentikan dosa dan hikmat duniawi yang merusak kehidupan sesama umat manusia.
Manusia yang hidup menurut hikmat dari bawah tidak sanggup melihat orang berhasil atau membangun kebaikan. Ibarat mata yang sakit melihat mata hari. Mata yang sakit namun mata hari sisalahkan yang silau. Demikianlah cara hidup orang yang berjalan menurut hikmat duniawi. Itulah sebabnya Yakobus menyampaikan dimana ada iri hati dan kemegahan dan mementingkan diri sendiri di situ akan lahir dan berkembang kegaduhan, kekacauan dan segala perbuatan jahat. Yakobus 3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Pesan kotbah mengingatkan kita agar hati-hati terhadap bibit iri hati dlm diri. Iri hati menghasilkan kebencian, kebencian melahirkan untuk meleyapkan orang akhirnya jatuh dalam berbagai dosa dan perbuatan jahat. Pengalaman seperti itulah yang terjadi pada diri Saul yang iri pada Daud. Saul awalnya hanya mendengar nyanyian kaum perempuan yang memuji kepahlawanan Daud mengalahkan Goliat, sang manusia raksasa. 1 Samuel 18:7 (TB) dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."
Nyanyian itu membuat hati Saul iri, iri hatinya menimbulkan dendam dan kebencian, dendam dan lebencian memunculkan pertentangan dan pertentangan menimbulkan sikap untuk membunuh dan meleyapkan orang Daud. Itulah bahanya iro hati dalam diri manusia. Dendam yang dierami akan menetaskan perseteruan dan permusuhan yang merusak hubungan manusia dengan sesamanya.
*3. Membangun kehidupan dengan damai - hikmat dari atas:*
Mari jadikan nilai-nilai dibawah ini menjadi habit (kebiasaan) hidup kita, yaitu:
Yakobus 3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
Hikmat dari atas adalah hikmat yang bersumber dari Allah yang berorientasi pada kehendak Allah. Hikmat membuahkan sifat-sifat positif di dalam diri seseorang. Dalam renungan hari ini disebut beberapak karakter; murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Jika kita baca semua itu tentu hikmat dari atas menempa kita menjadi pribadi yang memiliki integritas dan hidup diatas prinsip untuk berdasarkan kebenaran, membuahkan kebaikan dan mengadakan damai sejahtera.
Hikmat dari atas adalah kualitas moral manusia yang mencari kedamaian dan kesejahteraan manusia yang bersumber dari nilai-nilai dari atas. Orang yang berhikmat akan tampak dari cara hidupnya yang mementingkan kehendak Allah dan penuh damai
Dari apa yang dijelaskan di atas orang percaya harus membentuk diri memiliki karakter positip dan membangun serta buah manis bagi masyarakat lingkungan sekitar. Sebagaimana Yesus bersabda: dari buahnyalah kamu mengenal pohon. Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik. Demikian hal hikmat dari atas ini menjadi indikator bagi kita mengenali pribadi kita sendiri. Pribadi yang baik hati yang dipandu okeh hikmat dari atas akan selalu berusaha mengadakan damai bagindirinya sendiri, keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat.
Di dalam hidup ini kita harus semakin jeli terhadap labelisasi agama, labelisasi halal dan labelisasi simbol-simbol keagamaan yang terkadang dipakai untuk membenarkan kejahatan, memelihara kebohongan dan kemunafikan. Ada saja orang yang mengatasnamakan kebenaran, atas nama agama, atas nama Tuhan namun perlakuannya jauh dari nilai-nilai keagamaan mereka hidup kejam, bengis dan songong seolah sati-satunya pemilik kebenaran dan penentu kunci sorga. Hikmat dari atas sebagaimana disebutkan oleh Yakobus membuka mata kita bahwa hikmat dari atas didasar kehendak Allah, hidup dalam kebenaran tetapi penuh damai dan jauh dari kekejaman serta membangun kehidupan.
Sahabat yang baik hati, mari periksa diri kita dan sekitar kita? Apakah barisan anda dalam hikmat dari atas? Jika belum Firman Tuhan hari ini mengajak kita bersama berjalan di jalan Tuhan yang dituntun hikmat dari atas. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar