Kamis, 05 Desember 2019

SIAPA YANG HENDAK TERUTAMA? JADILAH PELAYAN BAGI SESAMANYA

SIAPA YANG HENDAK TERUTAMA? JADILAH PELAYAN BAGI SESAMANYA Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah gunakan wakti di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Jumat, 06/12/2019 Markus 9:35 (TB) Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Mark 9:35 (RWV) And he sat down, and called the twelve, and saith to them, If any man desireth to be first, the same shall be last of all, and servant of all. Dalam diri setiap orang pasti ada yang namanya perasaan lebih dari orang lain. Itu wajar, namun jika perasaan itu berlebihan, apalagi sampai pada sikap merendahkan orang lain karena menganggap diri lebih itu adalah penyakit kejiwaan yang dapat berdampak buruk bagi diriya sendiri, sulit menerima keadaan dan jarang menghargai orang lain. Perasaan lebih dari yang lainnya juga perbah terjadi pada murid-murid. Dalam perjalanan bersama Tuhan Yesus dari Galilea ke Kapernaum, ada diantara mereka berdiskusi siapa yang terbesar dan terutama di kalangan murid. Diskusi ini telah mengundang perhatian Tuhan Yesus sampai-sampai menanyakan kepada murid-murid: "apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" (Markus 9:33). Kesempatan demikian dipakai Tuhan Yesus untuk memberikan pengajaran bahwa barang siapa yang ingin lebih terdahulu dan terutama diantara sesamanya ada syarat yang harus dilakukan, yaitu: menjadi hamba atau pelayan bagi sesama dan jadilah orang yang mendahulukan orang lain. Siapa yang terbesar di kalangan murid, nampaknya telah menjadikan pertikaian di kalangan murid. Jika kita perhatikan dalam Markus 10, ada reaksi kemarahan dari murid-murid lainnya ketika Yakobus dan Yohanes meminta sesuatu kepada Yesus: yakni, kelak dalam KerajaanNya agar diijinkan mendapat jabatan terbesar: satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kirinya. Mendengar itu murid-murid lainnya marah dan menjadi titik rawan di kalangan para murid. Markus 10:41 (TB) Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Yesus sangat paham perasaan murid-murid yang lain, karena sipapun orang pasti berlomba menjadi orang terdekat, berlomba menjadi orang nomor satu dan terbaik dan tidak suka menjadi orang pinggiran atau di kulit luar saja. Selain menyadari titik rawan ini Yesus juga paham betul letak kesalahan permintaan Yakobus da Yohanes, karena dalam Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus bukan sama seperti kerajaan dunia ini, menjadikan panglima terdekat, orang-orang terdekat dan berlomba menjadi nomor satu dengan kuasa dan kekerasan. Tidaklah demikian dengan Kerajaan Allah. Yesus mengajarkan: siapa yang mau terbesar harus bersedia menjadi hamba. Menjadi yang terbesar adalah siapa yang mau melayani. Karena anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mark 10:45) Bersedia menjadi hamba yang melayani orang lain jaman ini sangat penting. Ibarat seorang hamba terhadap tuannya, maka siapa yang terbesar harus bersedia mengosongkan diri dan mau melayani orang lain. Jadi siapa yang terbeamsar adalah kesediaan mengosongkan diri dan bersedia melayani orang lain. Ini sungguh terbalik dari keinginan setiap orang, menjadi terbesar umumnya bertujuan agar banyak orang yang melayaninya. Namun inilah kelebihan Yesus sang Guru Agung menawarkan moralitas baru bagi umat manusia. Siapa yang terbesar bukan berlomba menjadi mental tuan yang dilayani atau memiliki kemampuan menundukkan orang lain sebanyak-banyaknya tetapi tetapi berlomba menjadi hamba yang melayani orang lain. Sahabat yang baik hati! Renungan di pagi hari ini memberikan arah baru akan karakter pribadi yang luhur bagi kita. Siapa terbesar jadilah pelayan bagi sesama. Pemimpin besar bukanlah ditentukan kemampuannya mencapai puncak kepemimpinan, tetapi sejauh mana jabatan yang dipimpinnya untuk melayani orang lain. Kepemimpinan inilah yang kita kenal dengan kepemimpinan hamba - humble leadership. Pemimpin besar bukan seorang yang memiliki kemampuan untuk memaksa orang lain mencapai tujuan, tetapi kesediaan merendahkan diri menjadi pelayan bagi sesamanya. Sahabatku, Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...