Selasa, 09 Agustus 2022

KEPATUHAN MEMBAWA BERKAT

 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0jHJmU1VcunCZaTpopbkRmq5osBRx3QA1pCmHqETxiX7yDiy1KEz8zb5m9vd6BQ2Nl&id=100063523332048

FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Selasa, 9 Agustus 2022


*KEPATUHAN MEMBAWA BERKAT*


Selamat pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.


1 Rajaraja 17:16 (TB): ”Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia."


1 Kings 17:16 (KJV): "And the barrel of meal wasted not, neither did the cruse of oil fail, according to the word of the LORD, which he spake by Elijah."


Nas hari ini dilatarbelakangi masa kekeringan yang dihadapi bangsa Israel di zaman Raja Ahab sebagai hukuman atas ketidaktaatan mereka kepada Allah. Nabi Elia menubuatkan selama 3,5 tahun tidak akan turun embun atau hujan, sungai-sungai kering sehingga terjadi kelaparan.  Atas perintah Tuhan, Elia menemui seorang janda sangat miskin di Sarfat. Sekalipun tinggal segenggam tepung padanya yang hanya cukup untuk makan terakhirnya dengan anaknya, namun ia mematuhi permintaan Elia untuk memberinya minum, dan membuatkan lebih dulu sepotong roti untuk Elia. Secara logika, permintaan Elia sungguh berat dan tidak masuk akal; meminta air kepada seorang janda di tengah kekeringan panjang dan roti di tengah kelaparan! Bahkan sang janda tengah nyaris putus asa dan kehilangan harapan hidup. Ia sudah berfikir bahwa setelah dia dan anaknya makan roti terakhirnya, mereka akan mati. Namun janda itu percaya kepada Allah dan firman-Nya melalui nabi Elia, membuat ia menukarkan hal yang pasti untuk yang tidak pasti; yang tampak untuk yang tidak tampak. Allah melihat iman, kepatuhan, dan pengorbanan janda itu, sehingga tergenapilah firman yang disampaikan Elia. Janda yang percaya dan patuh itu bukan hanya menerima mukjizat berkat jasmani dari Allah, tapi juga ia menerima berkat rohani. Sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan: “Imanmu menyelamatkan engkau”. Dia dan anaknya tetap hidup terpelihara di tengah-tengah kelaparan seluruh negeri!


Sahabat yang baik,  dalam pengertian rohani, kepatuhan adalah melakukan kehendak Allah. Pertanyaan mendasarnya adalah, mengapa kita harus mematuhi firman Allah? Apakah karena takut hukuman jika tidak patuh, atau ingin memperoleh berkat yang lebih besar dalam hidup ini, atau lainnya? Ataukah karena mengasihi Tuhan dan ingin melayani-Nya? Memang ada banyak alasan untuk patuh, antara lain: merupakan tindakan ibadah umat percaya kepada Allah; sebagai respon rasa bersyukur atas kasih karunia-Nya; bukti perbuatan iman dan cintakasih atas kebaikan-Nya. Dengan demikian, kepatuhan merupakan bukti iman yang harus dinyatakan setiap orang percaya dalam persekutuannya dengan Tuhan. Sebaliknya, ketidakpatuhan dipastikan membuahkan dosa dan kematian kekal. Namun, melakukan kepatuhan tentu tidaklah mudah, karena banyak tantangannya baik itu godaan dalam kondisi senang, apalagi ketika diperhadapkan dengan pergumulan hidup dalam artian mengalami ragam derita hidup. Kadangkala, Tuhan mengizinkan penderitaan menimpa umat percaya dengan tujuan untuk melihat sejauhmana umat-Nya itu akan tetap taat, setia serta patuh melakukan segala yang difirmankan-Nya. Tak bisa disangkal bahwa aspek kepatuhan iman merupakan ujian besar di sepanjang sejarah kehidupan umat percaya. Dan Yesus Kristuslah teladan kepatuhan yang sempurna terhadap Allah Bapa.


Sahabat, menuruti perintah Tuhan seyogyanya menjadi pola hidup setiap Kristiani sejati. Oleh karenanya, ketika diperhadapkan dengan ujian iman, hendaknya kita tetap patuh kepada firman-Nya. Kita imani janji Tuhan dalam 1Korintus 10:13: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." Artinya, Tuhan pada hakikatnya menginginkan kita lulus melewati setiap ujian yang merupakan proses pengajaran dan penggemblengan iman serta pembaruan hidup menuju keserupaan dengan gambar Allah. Di samping itu juga sebagai wahana membimbing kita untuk lebih bersandar kepada belas kasihan-Nya dan kian berpegang teguh kepada janji-janji firman-Nya. Lihatlah contoh kepatuhan Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang memilih patuh kepada Tuhan sekalipun nyawa taruhannya, daripada menuruti perintah raja Nebukadnezar untuk menyembah patung. Ganjaran dari kemenangan perjuangan kepatuhan adalah berkat kebahagiaan dari Allah. Ada ungkapan mengatakan: “sengsara membawa nikmat” artinya, di balik penderitaan yang dialami seseorang ketika menjalaninya dengan kesabaran, ketekunan demi kepatuhan iman, maka ia akan memperoleh kelimpahan berkat dari Tuhan, serta karunia kehidupan kekal dalam Kerajaan-Nya. Seperti dikatakan dalam Yohanes 8:51: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”


Sahabat, mari kita belajar dari janda Sarfat yang percaya akan firman Tuhan sekaligus patuh melakukannya serta rela memberi dari kekurangannya. Tuhan berjanji akan memberkati serta memelihara hidup orang yang patuh kepada perintah, peraturan dan ketetapan-ketetapan-Nya. Melangkah dan berjalanlah dalam kepatuhan iman selaku pewaris Kerajaan Sorga. Janji pemeliharaan Allah akan menjadi milik kita sampai tiba saatnya ajal menjemput. Setiap umat percaya perlu menyatakan komitmennya atas undangan Yesus yang berseru: “Mari, ikutlah Aku, sangkallah dirimu dan pikullah salibmu!" (Mark 8:34); apakah kita bersedia untuk patuh? Tuhan memberkati!  


Salam Tim 12: TEM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...