KASIH TERHADAP ALLAH NYATA PADA KASIH TERHADAP SESAMA (Mateus 22:34-46)
3
Selamat Hari Minggu! Firman Tuhan minggu membuka pemahaman yang benar tentang kehidupan beragama. Bukankah telah banyak komunitas agama atau kelompok aliran agama tertentu menyanjung agama atau Tuhannya sedemikian tinggi tetapi melupakan kepeduliannya sesama manusia? Bukankah telah banyak aliran-aliran keagamaan sangat fanatik atas nama ketaatan dan keyakinan kepada Tuhan meniadakan nilai-nilai kemanusiaan. Issue krusial yang melelahkan dunia saat ini adalah munculnya arus keagamaan radikal hingga teroris. Atas nama agama dan menegakkan keyakinan agama telah merusak kehidupan manusia dengan aksi teror, serangan boom dan berbagai sikap intoleran dalam kehidupan sosial masyarakat.
Sahabat yang baik hati! Yesus mengajarkan peran agama dalam kotbah ini. Pemenuhan dari seluruh perintah Tuhan bagi kaum beragama adalah kasih terhadap Allah sepadan kasih kepada sesama. Kasih kita kepada Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita harus nyata di dalam praksis kasih terhadap sesama. Apa yang diajarkan oleh Yesus ini mengubah cara berpikir aliran keagamaan yang menggangap diri paling benar (Farisi) dan menganggap diri paling murni (Saduki). Ajaran keagamaan paling benar dan paling murni adalah ketika cinta kasih kita kepada Allah, nyata dalam cinta kasih kita kepada sesama.
1. Membungkem aliran keagamaan ekstreem
Dalam kotbah minggu ini dua kelompok agama yang merasa diri paling murni, paling benar dan paling dekat kepada Tuhan akhirnya bungkam dan terdiam setelah mendengar jawaban Yesus yang menyentuh essensi keberagamaan.
Dalam kotbah minggu ini dua kelompok agama yang merasa diri paling murni, paling benar dan paling dekat kepada Tuhan akhirnya bungkam dan terdiam setelah mendengar jawaban Yesus yang menyentuh essensi keberagamaan.
- Kaum Saduki, suatu kelompok agama Yahudi yang menekankan pemurnian hidup dengan ketaatan penuh kepada Taurat Musa. Mereka tidak mengakui penambahan-penambahan tradisi Yahudi, seperti tambahan-tambahan hukum dan peraturan yang ditambahkan setelah Musa. Bagi Saduki ini keimanan harus murni (purify) oleh sebab itu Taurat yang mereka akui hanya kelima Taurat Musa. Kelompok ini lahir dari imam Zadok, dan aliran ini terus menyuarakan pemurniakan keagamaan. Semacam kaum puritanisme di kalangan Kristen demikianlah Saduki ini dikalangan Yudaisme. Mereka tidak mengakui kebangkitan setelah kebangkitan. Kaum Saduki ini adalah kaum aristokrat dan imam-imam (pemimpin keagamaan) yang banyak dipengaruhi pandangan filsafat Yunani. Saduki menolak segala bentuk pergerakan politik Yahudi yang membebaskan diri dari Romawi. Pembebasan hanya akan didapatkab berdasarkan pada kemurnian umat Allah melakukan Taurat. Yesus sendiri telah membungkemkan Saduki ini atas ketidak yakinan mereka tentang kebangkitan. Argumentasi mereka menolak kebangkitan adalah analogi sesat perkawinan siapakah suami dari seorang janda dalam kehidupan kekal jika dalam hidupnya dia kawin setelah saudaranya meninggal digantikan saudaranya yang lain hingga saudaranya yang ke tujuh (baca 22:23-29)? Yesus menjawab Saduki dalam Kerajaan Sorga bukanlah kawin mengawinkan.
- Farisi adalah kaum teras keagamaan kalangan Yahudi, banyak diantara mereka adalah imam, rabbi, ahli taurat dan pemimpin. Bagi Farisi ketaatan terhadap Taurat adalah segalanya. Manusia dipanggil, dibentuk menjadi umat Allah menjadi umat yang taat terhadap perintah Allah. Ketaatan perintah Allah ditunjukkan dengan ketaatan untuk memenuhi segala tuntutan hukum Taurat. Karena ketaatan terhadap Taurat, Farisi cenderung menekankan Taurat sebagai teks-teks, bukan sebagai manusia yang dinamis.
Pandangan Farise yang demikian membuat mereka mengukur segala aktifitas keagamaan dari butir-butir teks keagamaan (baca Taurat); segala tindakan boleh hanya atas nama teks, dan manusia harus taat pada larangan teks. Itulah sebabnya Farisi menafsirkan Taurat secara harafiah. Apa yang tertulis dalam Taurat harus dipenuhi dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Sikap demikian semakin mendorong Farisi menjadi hakim terhadap sesamanya: mengukur setiap perilaku apakah seseorang telah melakukannya menurut Taurat. Bahkan demi melengkapi ketaatan manusia melakukan perintah Allah, Taurat ditambahkan lewat peraturan-peraturan tertentu. Yesus sangat berbeda dengan Farisi melihat peran agama dalam kehiduoan manusia yang dapat kita baca dalam Matius 5:17-43. Bahkan ketika Farisi mengkritik Yesus dengan murid-muridnya yang memetik bulir gandum pada Sabath, Yesus menohok Farisi: Markus 2:27 (TB) Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.
Dengan pernyataan ini Yesus hendak menekankan bahwa Taurat dan peraturan keagamaan adalah untuk pembebasan dan kesejahteraan umat manusia.
2. Hukum yang pertama dan terutama
Hidup beragama berpusat pada Allah. Hidup yang berpusat kepada Allah adalah bentuk ibadah (pengabdian) totalitas manusia terhadap Allah. Yesus berkata: Matius 22:37, 43 (TB) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Hidup beragama berpusat pada Allah. Hidup yang berpusat kepada Allah adalah bentuk ibadah (pengabdian) totalitas manusia terhadap Allah. Yesus berkata: Matius 22:37, 43 (TB) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Penekanan terhadap mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi telah disampaikan sejak pemberian Taurat kepada umat Israel. (Baca Ulangan 6:5). Bukan hanya itu menurut Kredo Bangsa Israel mereka harus mewariskan pengajaran ini secara turun temurun. Setiap orang tua harus melatih dan mendidik anak-anak mereka untuk tetap mengasihi Allah.
Tokoh Marthin Luther dalam.mendefiniskan makna 10 Perintaj Allah selalu berulang-ulang menekankan bahwa pusat seluruh hukum Taurat adalah agar kita lebih taat, lebih takut dan lebih mengasihi Allah dari segala yang ada. Jadi Allah adalah pusat totalitas hidup manusia.
3. Mengasihi Allah Nyata Pada Kasih Terhadap Sesama.
Inilah kelebihan ajaran Yesus, hubungan manusia bukanlah hanya vertikal antara Manusia - Tuhan, tetapi kasih terhadap Tuhan nya dalam kasih terhadap sesama. Bahkan Rasul Yohanes mengatakan:
1 Yohanes 4:20 (TB) Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Inilah kelebihan ajaran Yesus, hubungan manusia bukanlah hanya vertikal antara Manusia - Tuhan, tetapi kasih terhadap Tuhan nya dalam kasih terhadap sesama. Bahkan Rasul Yohanes mengatakan:
1 Yohanes 4:20 (TB) Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Apa yang disampaikan rasul Yohanes perlu menjadi perenungan mendalam bagi orang percaya. Bagaimana mungkin kita mengaku mengasihi Allah sementara saudaranya yang dilihatnya tidak dikasihi. Dari kotbah minggu ini mengajarkan kepada kita bahwa Kasih terhadap Allah dibuktikan denga bagaimana relasinya terhadap sesamanya.
Tak seorang pun sanggup mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan akal budi. Tak seornag pun manusia mampu mengasislhi sesamanya saleperti dirinya sendiri karena dosa. Syukur kepada Allah karena pengorbanan Yesus hukum Taurat digenapi. Benar penjelasan Paulus mengenai Yesus adalah penggenapan Hukum Taurat. Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah kasih, memulihkan hubungan vertikal (manusia -Allah) dan hubungan horisontal (manusia terhadap sesamanya).
Kasih harus mengalir dari diri setiap orang percaya sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas kasih Allah yang besar yang memberikan keselamatan bagi kita.
Salam Reformasi
#pdt nekson m sjuntak
#pdt nekson m sjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar