FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Jumat, 29 Desember 2023
SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA:
(merobek - menjahit, berdiam - bicara)
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untum berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan
Pengkhotbah 3:7 (TB) ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
Ecclesiastes 3:7 (UKJV) A time to rend, and a time to sew; a time to keep silence, and a time to speak;
Segala sesuatu ada waktunya, itu benar suatu nasihat dari sang Pengkotbah yang harus terus dimaknai dalam kehidupan ini. Segala sesuatu ada waktunya mengajak kita untuk dapat merenungkan sejenak bagaimana manusia memperlakukan waktu dalam beraktifitas.
Pengkotbah pada renungan harian ini. Apalagi nas ini di penghujung tahun, hanya tinggal tiga hari lagi kita di tahun 2023 ini. Pengkotbah mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita mempergunakan waktu sepanjang tahun ini. Pengalaman Pengkotbah ini mengajak kita melakukan refleksi dalam kehoduoan kita masing-masing.
Pengkhotbah 3:10-11 (TB) Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Bagaimana kita memperlakukan waktu dalam bekerja dan beraktifitas. Tentu setiap orang memiliki sikap pribadi yang unik. Namun ada dua hal ekstrim tang hendak dikoreksi oleh Pengkotbah dalam mempergunakan waktu:
Pertama: ada orang yang begitu ambisius, dia mengejar keinginannya hingga melakukan ini dan itu. Waktu akan segera habis dan dia harus berjuang dan berusaha, melelahkan bahkan menyiksa dirinya dengan berbagai target dan impian yang hendak digapai. Namun kenyataannya tidak semua dapat meraih apa yang dicita-citakan; ada diantaranya yang gagal, ada yang melenceng dan ada yang meraihnya namun setelah meraihnya dia tidak menemukan kebahagiaan pada hidupnya. Inilah yang disebutkan oleh Pengkotbah ini "kehampaan" atau kesiasiaan. Sekalipun sudah mengejar kesana ke mari, semua hanya untuk melelahkan diri dan kesiasiaan. Padahal jika direnungkan dalam meraih itu telah banyak yang dikorbankan. Memgorbankan waktu, materi, keluarga dan apa yang dimilikinya. Ada manusia begitu ambisius, melelahkan diri bahkan mengorbankan persahabatan demi mencapai keinginan diri, padahal apa yang dicapainya tidak memberikan kebahagiaan pada hidupnya justru kehilangan banyak hal dalam hidupnya.
Kedua, ada orang yang memahami hidup telah diatur oleh Tuhan, rejeki itu datang dengan sendirinya dan ditentukan oleh Tuhan yang kuasa sehingga tidak perlu untuk upaya ini dan itu. Orang seperti ini slow dan santai seolah rejeki itu ada sepenuhnya pada yang kuasa. Ekstrimnya pandangan ini tidak ada ambisi, biarlah waktu yang menentukan. Didorong tidak tergerak, dimotivasi tidak bergairah, dia seolah mengharapkan nasib ini ditentukan oleh waktu.
Pandangan ini kita sebutlah adalah "pesimisme yang passif". Dia tidak ada upaya dari dirinya sendiri untuk mengubah keadaan namun menjalani keadaan. Sikap seperti ini hendak diingatkan oleh Pengkotbah. Hidup ini adalah kesempatan untuk bekerja. Kita diberi waktu dan kesempatan serta kemampuan untuk melakukan sesuatu. Tuhan memberi kita akal dan pikiran yang harus dipergunakan dalam mengubah keadaan
Dengan demikian dengan dua aktifitas yang diingatkan oleh pengkotbah dalam renungan ini, merobek dan menjahit , berdiam diri dan berbicara. Pengkotbah menasihati orang ambisius dan pesimis passif di dalam hidup ini. Menasihati yang ambisius: menggapai hidup yang lebih baik adalah baik namun jangan korbankan kebahagiaan. Demikian halnya dengan orang yang pesimis passif hidup ini bergerak dan Tuhan hendak memanggil kita untuk menghadirkan kebaikan.
Nasihat ini sangat penting karena ada saatnya merobek dan ada saatnya menjahit. Ada saatnya berdiam dan ada saatnya untuk bicara. Ini suatu hal yang harus kita renungan ingatlah saat merobek atau menjahit tujuannya untuk membangun kebaikàn. Ada baiknya diam saat menghadapi orang dan ada saat bicara untuk memperbaiki keadaan. baik. Demikianlah aktifitas lainnya yang disebutkan oleh Pengkotbah dari ayat 1-10 ini.
Sahabatku, Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin
Salam: Pdt Nekson M. Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar