Sabtu, 25 Mei 2024

KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH TUHAN

 Kotbah Minggu Trinitatis, 

Minggu, 26 Mei 2024

Ev. Yesaya 6:1-8




KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH TUHAN

Manusia yang nazis bibir melihat Kekudusan Allah


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, tidak terasa waktu berlalu, kita telah memasuki Minggu Trinitatis. Di dalam minggu Trinitatis umumnya gereja menghantarkan kita tentang karya keselamatan Allah lengkap: Allah Pencipta langit dan bumi dan segala isinya, Karya Allah di dalam Yesus Kristus penyelamat dan Allah di dalam Roh Kudus menyertai orang percaya sampai maranatha. Selanjutnya minggu-minggu setelah Trinitatis gereja menjalani pelayanannya melalui pekerjaan dan perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Artinya pada minggu-minggu Trinitatis orang Percaya menyaksikan perbuatan Allah di dunia ini. 


Kotbah pada minggu ini tertulis pada Yesaya 6:1-8 tentang penglihatan Yesaya di bait Suci. Sebenarnya perikop ini semestinya harus dibaca keseluruhan sehingga kita dapat memahami keseluruhan, yaitu: penglihatan, pemanggilan, pengudusan dan pengutusan. Keempat proses ini dialami oleh Yesaya dalam mempersiapkan diri menjadi nabi di tengah-tengah umat Israel. 


Yesaya mencatat bahwa pemanggilannya menjadi nabi yaitu pada tahun kematian raja Uzia. Uzia sering juga disebut Azaria ((2 Tah 26) dan kepemimpinan raja Uzia membawa kemakmuran bagi Yehuda, beberapa kali memenangkan perlawanan terhadap bangsa asing dan keuntungan politik luar negeri jaman Uzia adalah kerajaan Asyur semakin merosot. Uzia menjadi raja atas Yehuda menggantikan Amazia, setelah ayahnya terbunuh dia naik tahta. Dalam catatan kitab Raja-raja dan Tawarikh ada suatu yang sangat hati-hati diberitahukan karena Uzia mengalami kusta. Kusta ini dianggap sebagai suatu kutukan karena Uzia memberanikan diri mengambil kuban ukupan (2 Taw 26:19). Raja Uzia menderita kusta sampai kematiannya. Bagi kaum Yehuda seorang kusta dianggap sebagai orang yang terkutuk dan diasingkan dari masyarakat umum. Dalam keadaan demikian dapat kita bayangkan bagiamana perbincangan di tengah-tengah masyarakat akan kenyataan yang menimpa raja.


Tahun Kematian raja Uzia inilah sesuatu yang menarik dalam pemanggilan Yesaya. Apalagi pemanggilan Yesaya ini dikontraskan dengan suatu penglihatan, yaitu: melihat Tuhan yang maha kudus didampingi oleh para malaikat Tuhan. Nyanyian malaikat yang berseru: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan." Tema kekudusan ini penting, dengan kaitannya dengan kusta Uzia. Kusta yang dianggap nazis, kutukan dan mesti diasingkan dari masyarakat, umat Tuhan, umat Tuhan umat yang seharusnya mengalami dan meneladani kekudusan Allah. Jadi konteks pemanggilan Yesaya dengan nyanyian para malaikat ini ini yang menyerukan kudus, kudus, kuduslah Tuhan adalah merupakan tugas dan missi yang juga diemban oleh Yesaya. Yesaya tampil sebagai nabi di tengah-tengah umatnya yang telah berbalik dan meninggalkan Tuhan. Mungkin bagi mereka telah menjadi biasa hidup dalam kenajisan,raja yang semestinya teladan dalam kehidupan masyarakat namun jauh dari apa yang diharapkan. 


Baiklah kita menpelajari pesan Tuhan dari kotbah Minggu ini yang dapat kita refleksikan dalam tugas dan pengabdian kita masa kini.


1. Manusia yang najis bibir melihat keludusan Allah

Inilah penglihatan (visi) Yesaya, dalam kenajisan umat dan segala dosa pelanggarannya, bergema nyanyian kekudusan Allah. Yehuda adalah umat Allah yang maha kudus, yang telah dipanggil dan menjadi umat kepunyaan Allah, Sebagai umat kepunyaan Allah yang maha kudus semestinya mereka menurut hukum dan perintah Allah sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan yang maha kudus. Namun kenyataannya umat berda dalam keadaan yang jauh dari kehendak Allah, pemimpin mereka kena kusta. Panggilan kekudusan ini sangat penting dalam kontek umat yang dipimpin oleh raja yang dianggap tidak tahir. Allah hadir dan berkenan mentahirkan umat-Nya. Seperti Yesaya sebelum diutus oleh Tuhan, Yesasa terlebih dahulu mentahirkan Yesasa baru kemudian diutus untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat Israel. 


Yesaya 6:6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.

6:7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."


Tuhan yang maha kudus, berkenan mengampuni dan menguduskan umat yang mau berbalik dan bertobat, meninggalkan jalannya yang nazis kepada panggilan hidup yang kudus. Panggilan hidup kudus terus bergema bagi orang yang percaya kepada Allah. Tuhan tidak membiarkan umatNya ditelan oleh pelanggarannya, namun kita dipanggil dan dikuduskan oleh kuasa darah Yesus Kristus.


Inilah peran nabiah yang ditunjukkan oleh nabi Yesaya, dalam dunia yang semakin jauh dari Tuhan, Yesaya hadur melihat kekudusan Allah. Pe glihatan Yesaya tidak kabur atau bahkan buta oleh aktifitas dunia sekitarnya yang semakin jauh dari Tuhan. Yesus melihat kekudusan Tuhan dan menfalami maksud Tuhan atas kehidupan umatNya.


2. Dipanggil dan dikuduskan Tuhan

Setelah melihat kekudusan Allah, Yesaya spontan sadar akan ketidaklayakannya dihadapan yang maha kudus. Bukan hanya ketidaklayakan pribadi Yesaya, namun Yesaya berada di tengah-tengah yang nazis bibir. 


Setiap Allah menampakkan diri pada hambanya tentu ada missi yang hendak disampaikan oleh Allah. Allah hendak memakai menyampaikan .aksud Allah. Namjn Yesaya menyadari keberadaan dirinya yang tidak layak dihadapan yang maha kudus. 

Maka Tuhan pun bertindak, melalui malaikatnya dan mentahirkan Yesaya. 


Yesaya 6:6-7 (TB) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.

Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." 


Apa yang mau kita lihat disini, Allah tidak menghendaki umatNya binasa dalam segala pelanggaranNya. Allah bertindak, karena Allah mengasihi umatNya dan memanggil hambaNya untuk menyampaikan rencana Allah atas umatNya yaitu pengampunan atas segala pelanggaran dan dosa mereka. 

Serafim membawa bara api dari mezbah sebagai simbol dsri ti dakan Allah untuk mengampuni dosa dan perbuatan. Bara disini bukanlah untuk membakar atau menghanguskan tetapi untuk menyembuhkan. Tindakan Serafim ini hendak menjelaskan Allah sendiri menghapuskan pelanggaran dan mengampuni dosa-dosa lidah. 


Makna pengampunan ini sangat penting dihayati, agar setiap orang percaya tidak semakin menjauh dari Tuhan tetapi semakin dekat kepada Tuhan. Tidak ada dosa yang terlalu besar, karena sebesar apapun dosa dan pelanggaran kita selalu terbuka pengampunan. Yesaya 1:18 (TB) Marilah, baiklah kita beperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. 


Pengampunan ini yang membuat kita memiliki harapan baru, manusia yang seharusnya menerima hukuman tetapi memperoleh anugerah. Namun anugerah yang diterima harus diterima dengan rasa syukur tanggungjawab. 


3. Diutus dan diperlengkapi


Ada sejumlah persoalan besar yang terjsdi ditengah-tengah umat Allah. Situasi politik gang menentu khususnya tekanan Assyur atas Yehuda. Disisi lain ada juga desakan kepada raja Yehuda agar membentuk koalisi menghadapi Assyur. Dalam situasi politik demikian tercermin adanya krisis kepercayaan dari para pemimpin. Empat raja terakhir yang memimpin Yehuda yakni Uzia, Yotam, Ahas dan Amazia memperlihatkan ketidak berdayaan membawa umat Allah keluar dari krisis. Desakan membentuk koalisi dengan angsa Aram melawan Assyur akan berdampak masuknya kepercayaan baal kepada umat Allah. Kekuatan Babel muncul dan menakhlukkan Yehuda sehingga mereka semua diangkut ke dalam pembuangan.


Sebelum pembuangan itu terjadi Yesaya melihat semua permasalah ini. Permasalahan yang ditemukan oleh Yesaya ditengah-tengah umat Allah disampaikan secara lengkap pada pasal 1. Diantaranya: Umat Allah tidak setia, mereka melakukan pelanggaran dan tidak memelihara perintah Allah dengan setia. Para pemimpin-pemimpin tidak memiliki integritas bahkan disebut sebagai pemimpin Sodom dan Gomora. Umat Allah hidup pragmatis, mereka rajin menurutI peratuan keagamaan namun tidak diikuti dengan perbuatan dan pengahayatan yang benar. Ibadah mereka hanya formalitas bukan dari pengahayatan keagamaan - spiritualitas.


Di tengah-tengah semua permasalahan ini, ada satu keberanian luar biasa dari Yesaya. Dia menjawab pertanyaan, siapakah yang akan kuutua? Yesaya menjawab: INI AKU UTUSLAH AKU!


Adakah diantara hamba Tuhan yang terpanggil untuk menyampaikan kritik nabiah didalam situasi bangsa yang corat marut? Di dalam dunia yang semakin tergerus dari nilai nilai kekristenan siapakah yang bersedia dipanggil untuk memperbaikinya? Tuhan memanggil kita Yesaya masa kini untuk memperbaiki dunia sekitar. Hadir sebagai garam dan terang. Jangan lelah bekerja di ladang Tuhan, Roh Kudus memperbaharui, menguatkan dan memelihara kita melaksanakan tugas dan pengabdian kita masing-masing.


Ini aku utuslah aku! Suatu prinsip yang harus tertanam di dalam hati setiap orang percaya, kerelaan untuk terlibat dalam panggilan dan pelayanan baik melalui pelayanan di gereja, di masyarakat di lingkungan kerja dan dimana pun kita berada harus tetap sedia untuk melakukan pengabdian dan pelayana Tuhan. 


Selamat melayani, Tuhan memberkati!


Salam dari: 

Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...