Minggu, 19 Mei 2024

ESTAFET KEPEMIMPINAN YANG DARI ALLAH

 Kotbah Pentakosta II (Turunnya Roh Kudus)

Senin, 20 Mei 2024

Ev. Bilangan 27:18-23




ESTAFET KEPEMIMPINAN DARI ALLAH


Selamat Pentakosta bagi kita semua!  Sahabat yang baik hati, hari ini kita masih beribadah meyarakan pesta kedua turunnya Roh Kudus. Pesta dua hari berturut-turut ini menunjukkan Pentakosta merupakan perayaan besar bagi umat Kristen. Roh Kudus memenuhi orang percaya. 


Peran Roh Kudus dalam diri orang percaya sangat penting, karena Roh Kuduslah kita memahami rencana keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus, Roh Kudus menguatkan orang percaya melakukan pemberitaan Injjl. Roh Kudus mempersatukan orang percaya sekalipun berbeda suku, bangsa dan bahasa bisa saling memahami, menerima dan hidup dalam persekutuan orang percaya.  Roh Kudus pula yang memampukan orang percaya melakukan tugas pelayanan di dunia ini dan memimpin orang percaya menunggu dengan setia kedatangan Tuhan Yesus Kristus. 


Sahabat yang baik hati, kotbah pada pentakosta kedua ini mengenai kepemimpinan dari Allah. Pemimpin yang dimpin oleh Roh Allah sebagaimana pengalaman Musa memimpin umat Allah dan mempersiapkan kepemimpinan kepada Yosua. 


Marilah kita belajar dari kotbah ini, memetik pelajaran yang ditunjukkan Musa dalam melaksanakan estafet kepemimpinan kepada Yosua, yang tertulis dalam Bilangan 27:18-23

 

Bilangan 27:18-23 (TB): "Lalu TUHAN berfirman kepada Musa: "Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya, suruhlah ia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat, lalu berikanlah kepadanya perintahmu  di depan mata mereka itu  dan berilah dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat Israel mendengarkan dia. Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu." Maka Musa melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Ia memanggil Yosua dan menyuruh dia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan , seperti yang segenap umat itu, lalu ia meletakkan tangannya atas Yosua dan memberikan kepadanya perintahnya difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa."


01. Nas hari ini menunjukkan bahwa estafet kepemimpinan Musa kepada Yosua penggantinya berjalan mulus. Musa telah memimpin umat Israel selama hampir 40 tahun mengembara di padang gurun dengan penuh perjuangan, namun di ujung perjalanan akan melangkah memasuki Tanah Perjanjian Kanaan yang diimpikan, ia diharuskan menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada orang lain. Namun sikap terpuji jiwa besar Musa menerima dan menyambut keputusan Allah dalam ketaatan dan ketulusan. Bahwa dia tidak diperkenankan memasuki Kanaan, dan hanya diijinkan sekadar memandang wilayah Kanaan yang berlimpah susu dan madu dari kejauhan dari atas puncak Pisga-gunung Nebo; dan kematiannya akan segera tiba. Tak ada protes atau naik banding, atau membangkit-bangkitkan jasa pengobanan dirinya, bahkan dia rela mempersiapkan proses alih kepemimpinan darinya dengan hati tulus sampai usai pelantikan Yosua sesuai perintah Allah. Dia menyadari benar kesalahannya di Meriba (Bil 20:12), membuat ia tidak panik atau memberontak seperti Saul yang ingin membunuh Daud karena takut menggantikannya sebagai raja. Malahan, sebelum mengakhiri kepemimpinannya Musa menguatkan hati umatnya supaya bangsa itu tidak takut memasuki tanah Kanaan serta menuliskan nyanyian agar mereka menjadi bangsa yang setia dan takut akan Tuhan. 


02. Model kepemimpinan Musa bisa merupakan jawaban atas fenomena konflik-konflik estafet/alih kepemimpinan yang merasuk dunia kepemimpinan masa kini, baik dalam pemerintahan, masyarakat ataupun dunia kegerejaan. Pengkhotbah 3:1 telah mengingatkan kita bahwa, “untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Artinya, ada waktu untuk naik menjadi pemimpin atau dipimpin, dan ada pula waktu untuk turun dari kedudukan pemimpin, yang jika dijalani dengan hati tulus dan integritas tinggi diiringi hidup yang senantiasa bersyukur, apapun itu pasti akan indah pada waktunya. Lihatlah Musa, sekalipun tidak diperkenankan masuk ke Tanah Perjanjian Kanaan di dunia fana ini, tetapi memperoleh karunia bertemu dan berbicara dengan Yesus dalam kemuliaan-Nya bersama Elia (Mat 17:3). 


03. Pada hakikatnya kita semua adalah sosok pemimpin. Apakah sebagai pemimpin bangsa, perkumpulan, gereja, keluarga, setidaknya pemimpin bagi diri sendiri. 


Lalu, apa yang bisa dipetik dari model kepemimpinan Musa? 


3.1. Musa menunjukkan bahwa sumber otoritas dan kepemimpinannya berasal dari Allah yang berdaulat penuh sehingga dia bertanggungjawab penuh kepada Alah, bukan kepada manusia. Dalam Roma 13:1 bahwa segala kekuasaan berasal dari Allah. Allah lah yang menetapkan dan mempersiapkan para pemimpin yang dikehendaki-Nya. Ini jelas terlihat dalam sejarah perjalanan Israel, apakah dalam posisi sebagai raja, nabi, rasul dan lainnya. Contoh proses penunjukan Allah ketika Saul (1 Sam 9:16-17) dan Daud (1Sam 16:12) menjadi raja; Musa (Kel.3:10) dan Yeremia (Yer.5:1) sebagai nabi, serta pemanggilan Paulus (Kis. 9:15) dan kedua belas murid Yesus (Mat 10:1-4) sebagai rasul.


3.2. Dalam kepemimpinannya, Musa taat menjalankan perintah Allah dan selalu meminta petunjuk-Nya, mengandalkan kuasa serta pertolongan Allah. Musa menghormati kasih setia Allah yang menuntun umat-Nya di sepanjang perjalanan empat puluh tahun di padang gurun dengan tiang awan siang hari dan tiang api malam hari, menyediakan manna, burung puyuh dan air di padang gurun yang gersang. Juga pertolongan Allah ketika berperang melawan musuh-musuh mereka sambil menggembleng mereka berjalan dengan iman dan ketaatan. Bahkan ada kalanya Allah sendiri yang berperang secara langsung mengalahkan musuh-musuh mereka. Musa sosok pemimpin yang rendah hati, tulus, peduli, bertanggungjawab, mau menerima nasihat  membangun (Kel 18:24) dan panjang sabar, kecuali kasus di Meriba dia melanggar perintah Allah untuk mengeluarkan air (Bil 20:8,11) dan berhasil menghantarkan umat Israel menuju pintu gerbang masuk Tanah Perjanjian Kanaan. 


3 3. Musa menghormati kedaulatan Allah untuk menetapkan periode dan akhir kepemimpinannya serta suksesi kepemimpinannya kepada Yosua menggantikan dirinya. Musa menerima keputusan Allah dia berhenti di bukit Nebo, dia hanya menatap dan tidak ikut menyeberang ke Kanaan. Musa mempersiapkan estafet kepemimpina. Kepada Yosua yang diteyapkan Allah menggangikannya dan Yosualah yang memimpin pendudukan tanah Kanaan.


Musa adalah pemimpin yang berorientasi kepada tujuan. Sesuai dengan pemanggilan Allah padanya dalam Keluaran 3, Allah memanggilnya untuk memimpin Israel keluar dari perbudakan Mesir. Pekerjaan itubtelah dilakukannya drngan baik, menunjukkan musizat dihadapan Raja Firaun, menyebrang laut merah dan memimpin umat Allah di padang gurun. Semuanya dilakukan dengan ketaatan kepada Tuhan. Benar, Tanah Kanaan adalah tujuan, dan umat Allah harus sampai disana. Siapa yang akan memimpin umat Allah sampai ke sana bukan persoalan bagi Musa itu adalah kedaulatan Allah. Musa hanya diberikan Tuhan sampai ke bukit Nebo dan hanya memandang Tanah Kanaan. Musa menerima kedaulatan Allah yang menunjuk Yosua memimpin pendudukan Kanaan. 


3.4. Yosua pengganti terpilih yang penuh Roh bukanlah hasil kolusi atau nepotisme duniawi atau kampanye non Alkitabiah, tetapi dia mempersiapkan diri secara profesional dengan dedikasi penuh mendukung kepemimpinan Musa dalam ketaatan iman kepada Allah sehingga dia dipakai Allah menjadi alat-Nya guna menggenapi kehendak-Nya.


Sahabat yang baik, kita imani bahwa Allah berdaulat memilih seseorang menjadi pemimpin ataupun untuk dipimpin. Bagian tugas kita hanyalah mempersiapkan diri menuju pemenuhan kriteria yang diperlukan dalam iman kepada Kristus. Kita teladani kepemimpinan Musa ataupun Yosua ketika berstatus dipimpin. Tetaplah melangkah dalam tuntunan Roh Kudus dan siap menyerahkan tongkat estafet secara tulus sesuai yang dikehendaki Allah. Karena Allah lah sumber kehidupan dan sumber segalanya bagi kita (Ams 3:16-18) yang memanggil, memilih dan menetapkan kita pada posisi kepemimpinan apapun, dimanapun, kapanpun, dan berapa lamapun. Jadilah pemimpin yang melayani menjadi saluran berkat sukacita bagi sesama dan kemuliaan bagi Allah menuju pemimpin sejati yang senantiasa bersyukur sambil terus menggelorakan bisikan di hati: “bagaimanakah aku merespon kebaikan-Mu Tuhan, ajarlah aku ya Tuhan bagaimana harus mengasihi-Mu.” Amin. 


Selamat Pentakosta

Salam dari Tim Renungan

St Dr TEM Napitupulu dan

Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...