Sabtu, 31 Agustus 2024

BERPEGANG TEGUH KEPADA PERINTAH TUHAN

 KOTBAH MINGGU XVI STELAH TRINITATIS

Minggu, 1 September 2024

Ev. Ulangan 4:1-2, 6-9




BERPEGANG TEGUH PADA PERINTAH TUHAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengajak kita untuk tetap berpegang teguh kepada perintah Tuhan. {erintah Tuhan adalah pedoman dan peptunjuk dalam kehidupan kita, mana yang harus kita lakukan dan tidak seharusnya kita lakukan. Setia memelihara perintah Tuhan adalah kunci keberhasilan dan kelangsungan hidup. Hal inilah yang diingatkan oleh Musa kepada bangsa Israel sebelum memasuki tanah Kanaan. Musa mengulangi dan menegaskan agar berpegang teguh pada perintah Allah. Perintah Allah harus dipelihara dengan prinsip yang kuat menghadapi dan menjalani situasi baru di Kanaan; tidak boleh menyimpang ke kri atau ke kanan, mengurangi dan menambahi tetapi harus setia memelihara perintah Tuhan dalam segala keadaan. Selain itu tugas umat Allah harus meneruskan dan mewariskan perintah Allah kepada anak cucu mereka. Hanya itulah jalan untuk menjadikan mereka bertahan dan akan diberkati menjadi bangsa yang besar.


Mengapa pesan memelihara perintah Tuhan ini terus diulang-ulangi? Ini adalah memperingatkan umat Allah, mereka akan memasuki suatu era baru, tinggal di negeri yang makmur berlimpah susu dan madu. Situasi baru dapat membuat orang berubah dan melupakan sejarah. Maka kitab Ulangan menjadi peringatan dan sekaligus nasihat untuk menyegarkan kembali sejarah. Di Kanaan, mereka akan berjumpa dengan kepercayaan Kanaani yang percaya pada baal dan dewa kemakmuran sehingga mereka diingatkan agar tidak tergoda untuk menyembah ilah lain. Jika boleh kita bandingkan, peringatan ini sama seperti orang tua saat memberangkatkan anaknya pergi ke kota lain untuk belajar atau bekerja maka orang tua menyampaikan pesan berharga, petuah dan peringatan-peringatan dalam menghadapi situasi baru. Demikianlah kotbah minggu ini, sebelum memasuki tanah Kanaan, Allah sendiri mengingatkan umat Allah agar tetap setia hidup memelihara perintah Tuhan.


Baiklah kita ambil beberapa pesan Firman Tuhan pada minggu ini kepada kita.


1. Memelihara Perintah Tuhan mutlak, tidak boleh ditambah atau dikurangi.


Saya sangat tertarik menitik beratkan kalimat dari ayat 2: "jangan menambah atau mengurangi" Selengkapnya Ulangan 4:2 (TB)  Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu. 


Dalam suatu organisasi tentulah ada peraturan atau dalam suatumperusahaan ada semacam SOP. Persturan atau SOP ini dirancang agar kepentingan semua orang terakomodir. Namun apa jadinya kalau peraturan atau SOP ibarat pasal karet, saat tertentu Aturan/SOP berlaku, namun pada case tertentu itu tidak berlaku. Allahuallam bukan? Arrinya hal yang menguntungkan misalnya itu dipertahankan, namun kalau hal yang merugikan itu sesuatu yang mesti ditafsirkan.


Alkitab dalam melakukan perintah Allah adalah sesuatu keharusan (imperstif), tidak boleh dikurang atau ditambahkan. Allah sendirilah yang menetapkan perintah itu dan tidak dapat dikurangi atau ditambahkan, bahkan satu titik saja (iota) tidak boleh dikurangi. Artinya perintah Allah adalah utuh dan menyatu yang tidak boleh ditawar-tawar.  Jangan menambah dan mengurangi berarti, Allah menuntut ketaatan, perintahNya adalah keharusan bukan untuk ditawar-tawar atau ditaksir-taksir. Di dalam perintah Tuhan kita mengenal amana kehendak Allah mana yang bukan, mana yang harus dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Jika kita telah mengetahuinya maka apa yang seharusnya mesti kita lakukan. 


Dengan perintah ini, Tuhan menghendaki ketaatan mutlak sebagai umat Allah. Saat Allah berfirman mereka harus mendengar dan saat Allah menyampaikan perintah mereka harus siap sedia melakukannya. Jadi dengan perintah ini, Tuhan menghendaki umat yang taat dan setia kepada Allah.


2. Memelihara perintah Tuhan: hidup bijaksana dan berakal budi


Hal kedua yang menarik dari kotbah minggu ini adalah, siapa yang melihara perintah Tuhan akan hidup bijak sana dan berakal budi. 


Dalam menjalani kehidupan ini, ada hal yang terjadi di luar pemikiran kita. Situasi baru itu bisa berupa ancaman dan bisa juga sebagai kebahagiaan, ada saat susah atau senang. Kesusahan membuat seseorang bisa lupa akan hal baik, dan lupa akan petunjuk hidup yang telah menghantarkan hidup mereka sejauh ini. Oleh karena tekanan bisa lupa akan Tuhan. Demikian halnya dengan kebahagiaan, kesuksesan dan keberuntungan yang didapatkan bisa membuat seseorang lupa diri, sombong dan tak tahu diri. 


Perintah untuk memelihara perintah Tuhan akan membuat mereka hidup bijaksana dan berakal budi. Hidup bijaksana dan berkal buda akan diuji dari kesulitan dan kebahagiaan. Kesusahan yang terlalu berat bisa membuat seseorang terpuruk dan jatuh, sehingga frustrasi dan kehilangan harapan. Namun Orang percaya tidak boleh berputus asa, karena orang percaya menyadari bahwa kita dengan kekuatan diri sendiri tidak akan sanggup menghadapi kesulitan yang menimpa kita. Namun orang percaya harus percaya bahwa Tuhan menjadi penolong dalam hidup ini. Kesusahan membuat kita bijaksana, karena kita akhirnya menyadari bahwa kita tidak boleh berjalan sendiri, tetapi berjalan dalam tuntunan Tuhan. 


Hidup dalam kemujuran juga menjadi tantangan, orang yang tidak berhikmat kemujuran bisa membuat jatuh pada kesombongan, semua keberhasilan dianggap atau kekuatan sendiri. Tetapi orang yang bijaksana jika kemujuran dan keberhasilan terjadi itu semua bersumber pada berkat Tuhan. Orang yang bijaksana akan bersyukur dan mengingat Tuhan.


Hal inilah yang harus kita yakini bahwa orang yang memelihara perintah Tuhan akan hidup bijak sana dan berakal budi karena mereka akan menyadari semuanya yang terjadi adalah bersumber dari Tuhan. Dialah Allah pencipta dan Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan yang memelihara hidup mereka di padang gurun.


Bagaimana bangsa Israel beroleh hikmat dari berpegang kepada Perintah Tuhan? Ada dua hal milik bersama yang diwariskan oleh Israel secara turun temurun, yaitu menetapkan Syema dan Credo. Syema adalah suatu perintah dimana semua orsng akan mendengar perintah Allah (Ulangan 6): Ulangan 6:4-5 (TB)  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  

sementara Credo adalah bentuk pengakuan iman bangsa Israel bahwa Allah sendirilah yang menuntun mereka kekuar dari perbudakan Mesir dan memberikan Kanaan sebagai Tanah Perjanjian.

Ulangan 6:20-21 (TB)  Apabila di kemudian hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allah kita? maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat. 


Syema dan Credo adalah hikmat hidup orang Isrsel, syema adalah kesediaan mendengarkan Allah dan mengasihi Allah. Credo adalah tanggung jawab untuk meneruskan sejarah dan pengalaman lampau bersama Allah kepada generasi demi generasi agar mereka tidak lupa diri dan lupa akan Tuhan.


3. Memelihara perintah Tuhan: menyelamatkan masa generasi umat Allah.


Dalam menjelaskan sejarah Israel, saya selalu mengutip Max Isaac Dimont, penulis buku yang terkenal: Yahudi, Tuhan dan Sejarah - Sejarah Panjang Bangsa Yahudi dari Abad 20 SM  hingga 20 M. Satu keseimpulan dari uraian Max Isaac Dimont bagaimana bangsa Yahudi bertahan dalam berbagai benturan peradaban terletak pada keyakinan, tradisi dan sejarah. Jika bangsa-bangsa lain telah hilang pengaruh dalam perjalanan waktu, berdbeda dengan Yahudi 4.000 tahun mereka tetap sebagai penghasil budaya atau mempengaruhi peradaban. Bangsa Israel mengalami sejarah panjang terhadap pengaruh peradaban asing, pernah dibuang dan pernah tak punya tanah air atau pemerintah namun mereka sebagai komunitas tetap eksis penghasil budaya. Tehnologi yang dinikmati umat manusia sekarang sebagian besar merupakan produk Yahudi. 


Penulis Max Isaac Dimont menyebutkan keyakinan kepada Tuhan, tradisi Taurat dan Pewarisan sejarah yang terus menerus hingga melekat dari generasi ke generasi menjadi sangat menentukan.  Tidak sedikit tantangan bagi Yahudi di berbagai kota, anti semitik dan pemusnahan Yahudi oleh Nazi di Jerman dannjuga kota-kota lainnya namun Yahudi tetap eksis.


Salah satu pedoman dasar dari Yahudi ini diperintahkan dalam Kotbah Minggu ini. Yahudi adalah satu bangsa yang paling setia kepada agama, ini menjadi bukti bahwa bangsa Yahudi eksis adalah didukung oleh faktor keterikatan sejarah. Mereka mewariskan perintah Allah dan pengalaman sejarah masa lampau kepada generasi demi generasi.


Sahabat yang baik hati! bagaimana kita mewariskan sejarah untuk meraih masa depan yang gemilah? Saya mau menceritakan pengalaman saya saat melayani di Jemaat (Jakarta dan di Surabaya). Biasanya usai ibadah keluarga (partangiangan) saya mencoba menggali sejarah orang-orang yang akhirnya berhasil melewati kesusahan. Pertanyaan awal dimana kampungnya  dan bagaimana bisa tiba di perantauan. Mereka menceritakan akan pahitnya kehidupan, jerih dan juang yang jika diingat akan meneteskan air mata. Namun karena pertolongan Tuhan akhirnya bisa melampauhi kesuljtan dan tergolong berada  Sejauh saya amati ada dua tipe orang tua Batak mengingat pahitnya kehidupan:


Pertama, orang tua Batak yang selalau mengingatkan kesusahan orang tuanya. Mereka selalu mengajarkan kita bisa sampai dititik ini karena kepahitan. Maka setiap anak harus sadar diri dan "mamboto lungun". 

Kedua, adalah merupakan sejarah pahit, dia berjuang untuk melupakan masa pahit, anak-anaknya difasilitasi dan masa lalu tidak boleh lagi dialami oleh anak-anaknya maka dia berjuang agar anak-anak menikmati kehidupan dan meraih apa yang dianggap kesuksesan dan keberhasilan.

Kedua tipe ini sama-sama mengingat sejarah namun pendekatan yang berbeda, yang satu mengingatkan kepahitan hidup untuk menghargai keberadaan sekarang dan demi meraih masa depan, yang satu melupakan sejarah mereka hendak menghapuskan ingatan masa lalu yang terlalu pahit.


Sahabat yang baik hati! Kotbah Minggu ini mengajak kita, jangan melupakan pengalaman masa lalu, baik pahit atau manis. Semua itu harus diceritakan kepada generasi ke generasi. Biarlah mereka memilah mana pengalaman beegarha dsri masa lalu sebagai cermin untuk menatap masa depan yang gemilang. Marilah kita tetap berpegang kepada perintah Allah dalam hidup ini. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...