Sabtu, 07 September 2024

TUHAN YESUS MENJADIKAN SEGALA SESUATU MENJADI BAIK

 Kotbah Minggu XVII Stlah Trinitatis

Minggu, 8 September 2024

Ev: Markus 7:24-37




*TUHAN YESUS MENJADIKAN SEGALA SESUATU MENJADI BAIK*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini meneguhkan iman percaya kepada Yesus Kristus yang memiliki kuasa untuk menjadikan segalanya menjadi baik. Mungkin ada beban hidup, pergumulan berat, himpitan dan hamabat di dalam Yesus semuanya menjadi baik. Yesus senantiasa terbuka dan berkenan memberikan belas kasihan setiap waktu.


Dalam ayat 24 disebutkan bahwa Yesus sebenarnya pergi ke daerah Tirus dengan tujuan beristirahat, mungkin semacam retreat untuk menenangkan diri. Yesus menenangkan diri atau retreat bertujuan beristirahat sejenak dari berbagai aktifitas ditambah lagi keterangan sebelum perikop ini Yesus berdialog dengan Yahudi yang berusaha menjatuhkan Yesus dengan mencari-cari kesalahan Yesus. Hal manarik, sekalipun Yesus beristirahat tetapi Yesus tetap membuka diri untuk menolong orang lain.  


Mengapa Yesus pergi menemangkan diri, pekerjaan dan pelayanan Yesus yang padat dan meleleahkan Yesus mengambil waktu untuk beristirahat semacam retreat atau berdoa hal ini perlu dicontoh bahwa dalam segala kesibukan ada waktu untuk menenangkan diri. Sebab pekerjaan dan pelayanan Yesua sangat melelahkan, kemana Yesus pergi ke situ orang datang berbondong- bondong untuk mendengarkan kotbah, pengajaran dan pelayanannya dengan menyembuhkan dan melakukan berbagai mujizat. Yesus dengan sengaja memilih waktu yang tenang. Tetapi sekalipun sudah jauh yakni daerah Sidon, justru disitu juga seorang perempuan orang Siro-Fenesia ( Kanaan datang untuk memohon pertolongan dan belas. Yesus dengan tangan terbuka menolongnya. Dalam perjalanan berikutnya di daerah Dekapolis, Yesus juga menyembuhkan seorang yang bisu. 


Kotbah minggu ini dari Markus 7:24-37 terdiri dari dua cerita. Keduanya sama-sama membawa keluhan dan bebannya ke hadapan Yesus. Sekalipun, Yesus hendak beristirahat namun justru tetap melayani dan memberikan pertolongan. Sekalipun kedua bukan orang Yahudi namun Yesus tetap menolong mereka. Yesus mengerti apa beban hidup yang mereka alami. Yesus menjadikan segalanya menjadi baik. 


Untuk mendalami kotbah ini baiklah kita ambil beberapa pelajaran yang berarti:


*1. Perempuan Siro-Fenesia: iman dan kerendahan hati*


Markus 7:28 (TB) Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."


Hal pertama adalah kebaikan Yesus yang tetap membuka diri menolong orang yang terbeban. Yesus sebenarnya hendak istirahat (retreat), istilah sekarang seorang yang cuti, sekalipun cuti bukan berarti tidak dapat melakukan pekerjaan. Demikianlah Yesus membuka diri untuk menolong perempuan Siro-Fenesia (Yunani), Yesus yang senantiasa membuka diri untuk berbelas kasikan kepada setiap orang yang membutuhkannya. Dalam masa istirahat itu juga Yesus menemukan iman dan kerendahan hati seorang non Yahudi. 


Kedua, perempuan Siro-Fenesia memiliki beban hidup dimana putrinya sakit dirasuki setan. Tidak ada keterangan tentang jenis penyakit ini namun dapat kita bayangkan bagaimana beban seorang ibu yang merawat yang sakit dirasuli setan. Mungkin mereka telah kewalahan menghadapi putrinya yang sakit ini. Setelah dia tahu Yesus datang ke daerah Sidon, perempuan Yunani ini datang memohon pertolongan. 


Ada empat hal yang dapat kita pelajari bagaimana Perempuan Siro-Fenesia mendapatkan belaskasihan Yesus:


a. Datang tersungkur (ro mandapothon Yesus), sekalipun dia orang Yunani namun tidak menjadi oenghalang baginya datang kepada Yesus. Baginya Yesus adalah penolong, dia percaya Yesus dapat menyembuhkan putrinya


b. Sujud memohon (marsomba - serep roha), peremluan Yunani ini datang dengan kerendahan hati, sujud memohon pertolongan. Permohonannya bukanlah sebavai haknya untuk mendapatkan kasih karunia Yesus, tetapi kehadirannya hanya memohon belas kasih. 


c. Tetap lembut (elek mangido), Jika kita baca bagaimana dialog Yesus dengan Perempuan Siro-Fenesia ini, mungkin sepintas bisa membuat jengkel. Saat dia memohon Yesus menjawab tidak baik menjatuhkan makanan kepada anjing. Artinya dalam tradisi Yahudi meja makan adalah milik tuan dan anak-anaknya. Meja makan diatur kursi sedemikian rupa sejumlah anak-anaknya. Jadi makan dipersiapkan buat yang duduk di meja makan. 


 Jawaban Yesus pastilah tidak enak di hati sebagai pemohon. Namun tak enak dihati bukan membuat dia pamit atau tak enak di hati. Perempuan itu tidak jengkel, justru dengan lembut menjawab dan memohon kepada Yesus. Markus 7:28 (TB) Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."


d. iman dan pengharapan ( haporseaon dohot panghirimon), dari jawaban perempuan Yunani diatas Yesus menemukan iman yang sungguh luar biasa. Artinya apa yang tidak berguna, sisa-sisa atau remah-remah atau mungkin makanan yang jatuh tidak sengaja pun itu sangat berguna sekali bagi anjing. Demikianlah argumentasi perempuan Siro-Fenesia ini mengharapkan welas kasihan. Argumentasi itu lahir dari iman dan pengharapan yang sungguh. 

Yesus pun memberkati dan menolong perempuan itu dan menyuruhnya kembali kerumahnya dan putrinya pun disembuhkan. 


*2. Effata - Yesus menyembuhkan yang bisu*


Jika perempuan Siro-Fenesia (Yunani) di atas menemukan imannya dari kata dan permohonannya dan kata-kata itu menunjukkan imannya yang besar. Disebutkan 

Markus 7:29 (TB) Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."


Bagaimana dengan yang bisu ini? Tentu seorang yang bisa tidak mendengar dan tidak bisa bicara. Dia tidak berkata-kata atau menyampaikan kalimat permohonan yang lembut kepada Yesus, hanya mungkin keluarga dan sahabatnya membawa di kepada Yesus. Namun dia juga mendapat belas kasihan dan pertolongan dari Tuhan Yesus.


Orang bisu tidak datang sendirian kepada Yesus, namun ada orang yang berperan membawa dia kepada Yesus. Ayat 32 "disitu orang membawanya kepada Yesus". Tidak dijelaskan siapa orang itu, tetapi perlu dicatat orang yang empatik dan peduli atas orsng difabel. Jika perempuan Siro-fenesia memohon untuk putrinya sendiri, tetapi yang bisu ini adalah orang-orang yang memliki emphatic dan peduli. Bagi saya ini catatan yang sangat penting, kesediaan dan kerelaan orang yang peduli disekitarnya, berbeban dan mengalami pergumulan membawanya kepada Yesus. Inilah tugas orang percaya dimasa kini untuk membawa orang kepada Yesus menerima belas kasihan.


Cara Yesus menyembuhkan bisu berbeda dengan putri perempuan Siro-Fenesia, dari kata-kata permohonan terpancar iman yang besar. Namun seorang bisu pasti tidak mendengar dan tidak bisa bicara menyampaikan permohonan. Yesus berkenan menyembuhkannya. Yesus melakukan tindakan dengan menyentuh telinga dan menjamah lidahnya. Tindakan langsung Yesus menyembuhkannya. 


Apa yang dilakukan Yesus terhadap bisu tuli ini sekaligus menyapa kita sekarang ini. Ada orang yang tidak mau mendengar nasihat dan pengajaran, menutup telinga terhadap apa yang baik. Sikap tidak mau tau, apatis dan tidak mau mendengar seperti itu harua disembuhkan menjadi pribadi yang membuka telinga pada keluhan dan masalah orang lain. Demikian dengan sikap kita, ada orang tidak membuka mulut pada waktu yang seharusnya kita berbicara. Penyakit "bisu" harus disembuhkan dari orang percaya. Kita harus berbicara menyatakan kebenaran, kita barus bersuara dan menceritakan tentang kasih dan perbuatan Kristus.


*3. Semakin dilarang semakin tersebar.*


Dari kedua cerita kesembuhan di atas memberikan pelajaran bahwa Yesus menjadikan segala sesuatu baik. Namun ada hal menarik dari pemberitaan injil Markus yang menjadi pelajaran. Markus 7:36 (TB) Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.


Laranngan Yesus kepada muridnga agar tidak mencerita mepada siapapun sangat perlu kita maknai.

Pertama, sesuai dengan tujuan Yesus ingin menenangkan diri, namun sekalipun begitu tetap berkenan menolong. Dapat kita bayangkan, jika diberitakan makan akan membuat orang banyak berdatangan.  


Kedua, Yesus melarang agar tidak menceritakan perbuatan Yesus, memang pada dasarnya Yesus mrlakukan perbuatan baik bukan untuk pemberitaan atau dipublikasikan. Berbeda dengan prinsip jaman now, melakukan sesuatu demi pencitraan. Jadi tindakan dan perbuatan dilakukan bukan untuk kebaikan itu sendiri tetapi agar dinilai dan dianggap baik. Yesus berbeda, melakukan krbaikan demi kebaikan itu sendiri. Yesus berbuat baik karena tanggung jawab dan keharusan untuk melakukan kebaikan. 

Apa yang dicatat Markus, sekalipun telah dilarang untuk menceritakan perbuatan baik Yesus tetap juga tersebar. Apa yang baik tidak bisa ditutupi.


Ketiga, mungkin penulis Markus hendak menyampaikan pesan kepada para pembaca. Sekalipun jaman gereja mula-mula mendapat tekanan dan ancaman agar tidak memberitakan Injil dan berita kebangkitan Yesus. Injil harus tetap diceritakan dan semakin tersebar sampai ke ujung bumi. Kini Tugas kita untuk menceritakan perbhatan dan kebaikan Yesus, agar nama Tuhan semakin di muliakan banyak orang. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak

Praeses D.28 Deboskab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...