Sabtu, 10 Agustus 2024

HIDUP BARU DI DALAM KRISTUS

 KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS

Minggu, 11 Agustus 2024

Ev. Efesus 4:25-32




HIDUP BARU DALAM KRISTUS


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, hidup baru merupakan tema sentral dalam Perjanjian Baru. Kristus telah menebus manusia lama tang telah jatuh dalam dosa menjadi manusia baru di dalam Kristus. Dulu manusia berdosa yang terasing kini dengan penebusan Kristus kita telah menjadi manusia baru yang hidup di dalam anugerah. Oleh dosa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, namun di dalam Kristus kita diciptakan menjadi manusia baru. 


Hidup manusia baru berarti tinggal di dalam Kristus. Manusia baru yakni hidup yang diperbaharui. Efesus 4:23-24 (TB)  supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 

dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. 


Bagaimana Paulus menjelaskan manusia baru dan hal apa sajakah yang harus dilakukan oleh manusia baru dalam.hiduonya? Dari catatan dari kotbah ini ada 5 hal utama yang harus dibuang atau dijauhi oleh manusia baru, yaitu:


1. Buanglah dusta


Jangan berbohong atau jangan mengucapkan saksi dusta adalah titah bagi orang percaya. Titah ini diterima Musa si Sinai dan diajarkan secara berulang-ulang. Tujuan adalah agar umat Allah hidup menurut kehendak Allah. 


Berbohong atai berdusta sangat berbahaya karena menipu dan memperdaya manusia. Alkitab menjelaskan bahwa jatuhnya manusia kedalam.dosa adalah akibat dari siasat dusta iblis. Bahaya dari berdusta adalah meniadakan kebenaran. Allah telah memerintahkan kebenaran, namun siasat iblis mengatakan itu tidak benar dan menyatakan maksud lain. Berdusata adalah meniafakan kebenara. Dampak dusta adalah membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Padahal Allah menegaskan kebensran, benar jika benar, salah jika salah selain itu datang dari Ibilis (Baca Mat 5:45).


Yesus sangat mengecam dusta bahwa mengatakan bapak dari segala dusta adalah iblis. Jika kita berdusta berarti kita adalah anak-anak iblis. Bacalah selengkapmya ayat ini.. Yohanes 8:44 (TB)  Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.


Dari kutipan di atas, Yesus sangat mengecam dusta, dusta telah membunuh manusia, karena dengan dusta manusia telah jatuh dalam dosa dan menangung kebinasaan karena upah dosa adalah maut. Syukurlah Kristus telah menebus kita dari manusia lama menjadi baru.  Inilah yang diangkat oleb Paulus hidup di dalam Kristus harus membuang dusta. 


2. Kemarahan tanpa dosa


Hal kedua dari kotbah ini adalah menguasai diri dan jauh dari kemarahan. 

Efesus 4:26 (TB) "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa : janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu"


Marah itu manusiawi, tetapi kemarahan yang berakibat dosa itu dilarang. Kemarahan adalah reaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang menyakitkan atau yang tidak sesuai dengan harapannya. Misalnya dikecewakan, dikhianati, tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, diperlakukan dengan tidak sepantasnya, rasa tidak puas, disakiti dan sebagainya.


Nas hari ini berbicara tentang ciri atau pelaku yang harus tampak dalam diri sesorang yang telah menjadi manusia baru di dalam Tuhan. Salah satu cirinya, kata Paulus, ialah “Apabila kamu menjadi marah, janganlah berbuat dosa; janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu.” Artinya kalau sudah ikut Tuhan tidak boleh marah yang berakibat dosa. Kita boleh marah tetapi marah yang benar yang membawa berkat.


Efesus 4:26 tidak melarang kita untuk menunjukkan atau memperlihatkan kemarahan. Perhatikan apa yang dikatakan Paulus, “apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa.” Jadi marah boleh saja. Yang menjadi masalah bukan marahnya itu sendiri, tetapi bagaimana ekspresi atau cara mengungkapkan dan motivasi kemarahan itu sendiri yang perlu diperhatikan. Apa yang mendasari kemarahan kita dan cara kita mengungkapkan kemarahan itulah yang menentukan apakah kita berbuat dosa atau tidak. Ada jenis kemarahan yang perlu diungkapkan agar dunia ini menjadi lebih baik, yaitu kemarahan yang didasarkan karena kita mengasihi dan bertujuan untuk mendidik. Misalnya Guru yang memarahi murid yang malas belajar, kemarahan seorang ibu terhadap yang nakal luar biasa dan lain sebagainya. Tuhan Yesus sendiri pernah marah. Marah terhadap orang Farisi dan Ahli Taurat yang berpikir munafik, iri dan dengki terhadap orang lain. Meskipun demikian, dalam mengungkapkan kemarahan itu harus disampaikan dengan hati-hati. Karena hati manusia sangat sensitif.


Kemarahan yang terpendam didalam hati ibarah api dalam sekam, menyalah dan menghanguskan. Itulah sebabnya Paulus mengingatkan kalau marah janganlah menyimpannya sampai mata hari terbenam, tetapi luasai diri dan selesaikan secepatnya. 


3. Jangan mencuri


Bagian ketiga ini juga disebutkan dalam dasa titah: jangan mencuri!

Mencuri adalah tindakan yang mengambil hak milik orang lain menjadi miliknya sendiri. 


Dimana letak bahaya paling mendasar dari tindakan mencuri? Mari kita lihat; Allah telah menganugerahi pemberiannya kepada manusia, Allah memerintahkan kita untuk bekerja dan berusaha dan Tuhan memberkati kita dengan segala berkatnya yang melimpah. Maka apa yang ada pada kita adalah anugerah Allah. Jika ada milik kita yang bukan menjadi pemberian Allah pada kita itu bukanlah berkat tetapi merupakan usaha licik yang tidak berkeban kepada Allah. Mencuri adalah dosa karena telah melakukab pengambilan hak atau berkat yang ditetapkan Tuhan bagi orang lain.  Allah menghendaki baiklah kita hidup menurut pemberianNya. 


Dengan demikian Allah menghendaki manusia hidup menurut pemberian Allah. Kita harus hidup dari apa yang menjadi milik dan bagian kita. Hidup bahagia adalah menikmati yang menjadi bahagian kita.  Sebagaimana yanf disampaikan dalam Amsal 30:7-9 (TB)  Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: 

Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. 

Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. 


4. Buanglah kata-kata kotor dari mulutmu


Efesus 4:29 (TB)  Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.


Konon ada kebiasaan golongan  Quaker di Amerika, ketika orangtuanya mendengar anaknya 'cakap kotor' maka spontan orang tuanya akan membawa anak tersebut ke kamar mandi dan mencuci mulutnya dengan sabun. Sikap itu dilakukan agar anak jangan melakukan hal tersebut lagi.  Perkataan kotor jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan buruk bagi anak.  Demikian dengan sikap lainnya seperti bohong atau berbicara tidak benar terhadap orang lain.

Itulah cara mereka menjaga dan memelihara anak dari perkataan kotor. Nyatanya di Amerika kelompok Quaker ini dikenal sebagai orang yang berperilaku baik dan jujur. Menurut cerita bahwa orang Amerika akan selalu mencari orang Quaker untuk posisi menteri keuangan atau direktur keuangan di perusahaan besar.


Kebiasaan buruk akan menjadikan karakter buruk, sebaliknya kebiasaan baik akan menempa diri menjadi orang yang memiliki karakter baik. Hal ini yang ditekankan dalam renungan ini agar jemaat mula-mula  di Efesus menjauhkan diri dari segala perkataan kotor dari mulut mereka. Karena itu akan menjadi kebiasaan buruk dan mewariskan kebiasaan buruk pada orang yang mendengarkan. Perkataan buruk dan kotor dari jemaat mula-mula tentu akan menjadi citra negatip di mata masyarakat. 


Untuk itulah Paulus menasihatkan agar mereka membiasakan diri untuk memakai perkataan baik, yang enak didengar, yang memotivasi dan membangun sesama. Perkataan yang baik yang keluar dari mulut kita akan menjadi cerminan diri. Semakain perkataan baik dan berhikmat keluar dari mulut kita maka semakin tampak juga kualitas kepribadian kita di hadapan orang banyak. Benar apa yang diakatan oleh orang bijak: aku berpikir aku ada. Apa yang kita katakan tentu lahir dari pikiran kita sendiri. Orang yang mengeluarkan kata-kata kotor tentu terpapar pikiran yang kotor.


Mungkin ada yang mau membela diri, bagaimana kalau kita emosi dan diperlakukan tidak baik? Apakah perkataan dari mulut kita bisa dimaklumi? Renungan hari ini mengatakan tidak, dalam situasi apapun kala tenang dan tegang, kalau baik dan susah baiklah perkataan kita selalu mengeluarkan perkataan yang baik dan membangun. Itulah sebabnya Paulus berkata pada Kolose 4:6 (TB)  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Sai tong ma lambok hatamuna, songon na siniraan, asa botoonmuna alus na patut tu ganup jolma.)


5. Jangan mendukakan Roh Kudus


Efesus 4:30 (TB)  Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. 


Apakah itu perbuatan yang mendukakan Roh Kudu? Kata "duka" biasanya dipakai untuk orang yang meninggal, suatu perasaan empati kepada anggota keluarga yang ditinggal karena kepergian orang yang kita kasihi. Duka berarti ada anggota keluarga kita yang  pergi meninggalkan komunitas. Maka demikianlah kata ini dipakai oleh Paulus jika orang percaya pergi meninggalkan komunitas manusia baru itu merupakan duka, mendukakan Roh Kudus.  Kita semua telah ditebus oleh Kristus, dijamin dan dimateraikan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus memperoleh keselamatan. Tapi karena perbuatannya sendiri, seseorang meninggalkan jaminan keselamatan itu. Itulah yang disebut Paulus menjelaskan 'mendukakan Roh Kudus'. Roh Kudus telah turun atas orang oercaya, memelihara dan menghibur sampai kedatang Kristus, namun ketidak setiaan sampai akhir akan menjadi duka bagi Roh Kudus. 


Dalam ayat 25-29, tersirat bahwa semua kecemaran dan kenajisan, dusta, dan perkataan kotor yang memicu hawa nafsu kotor mendukakan Roh Allah. Dalam bagian selanjutnya tersirat bahwa nafsu-nafsu bobrok seperti kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan kejahatan itu mendukakan Roh yang baik ini. Dengan ini tidak dimaksudkan bahwa Sang Pribadi yang penuh berkat itu bisa dibuat berduka atau kesal seperti kita manusia. Tetapi maksud dari nasihat itu adalah supaya kita tidak berbuat kepada-Nya dengan cara yang cenderung mendukakan dan menggelisahkan sesama kita. Kita tidak boleh melakukan apa yang bertentangan dengan sifat-Nya yang kudus dan kehendak-Nya. Kita tidak boleh menolak mendengarkan nasihat-nasihat-Nya, atau memberontak melawan pemerintahan-Nya, sebab itu akan membuat-Nya berbuat terhadap kita seperti yang cenderung akan dilakukan manusia satu terhadap yang lainnya ketika mereka dibuat marah dan berduka, yaitu dengan cara menarik diri dan kebaikan mereka dari orang-orang itu, dan mencampakkan mereka kepada musuh-musuh mereka. Oh, janganlah membuat Roh Allah yang penuh berkat itu menarik hadirat-Nya dan kuasa-kuasa-Nya yang penuh rahmat darimu! 


Sahabat yang baik hati! Orang percaya telah dimateraikan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Itu mengikat sekali untuk selama-lamanya. Maka sekali percaya ikutilah iman dan tinggallah di dalam Kristus jangan beralih dan berpaling. Kesetiaan orang percaya hidup di dalam Kristus akan menjadi sukacita Sorgawi, sebaliknya sikap dan perbuatan yang tidak menunjukkan ajaran moral dan nilai-nilai Kekristenan hingga meninggal iman adalah perbuatan yang mendukakan Roh Kudus.


Sahabat yang baik hati, selain 5 hal diatas tentu masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang diperintahlan untuk dijauhi sebagai konsekwensi manusia baru. Semuanya perintah dan laranagn itu bertujuan utnuk memelihara hidup umat Allah menuruti kehendak Allah. Allah mengehendakinkita tinggal di dalam Kristus, hidup di dalam.anugerahnya maka segala sesuatu ha g menyebabkan kkta jaguh kembali kepada manusia lama harus kita tanggalkan. Baiklah kita mengenakan manusia baru karena kita telah diciptakan menjadi baru.  yang harus kita jauhi disebutkan oleh Paulus dalam kotbah minggu ini. 


Untuk melakukan FirmanNya baiklah kita memohon pertolongan Roh Kudus agar kita diberikan kekuatan melakukan FirmanNya. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...