Sabtu, 01 Juni 2024

KUASA TUHAN TETAP NYATA

 Kotbah Minggu I Stlh Trinitatis,

Minggu, 2 Juni 2024

Ev. 2 Korint 4:5-12




KUASA TUHAN TETAP NYATA


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah pada minggu pertama setelah trinitatis ini, disapa dengan semangat pelayanan Paulus atau kita sebutlah "spirit pelayanan Paulus." Sekalipun banyak tantang namun tidak sedikit mundur untuk memberitakan Injil. Paulus dengan penghayatan yang dalam akan panggilan terus melangkah memberitakan Yesus Kristus. Mengapa spirit pelayanan Paulus tidak pernah surut, jawabnya Paulus percaya bahwa kuasa Tuhan tetap nyata. 


Sahabat yang baik hati! 

Dalam mengemban amanat pengutusan Tuhan Yesus Paulus menghadapi tantangan yang luar biasa, dari eksternal seperti kaum Yahudi, Romawi dan penolakan masyarakat di mana Paulus memberitakan Injil. Dari kalangan Yahudi mereka sangat menentang kekristenan karena dianggao bidat.  Sedangkan kaum Romawi selalu menganggap curiga aktifitas para murid yang kerjasama dengan pemberontak terhadap kekaisaran Romawi. Sedangkan dari masyarakat ada saja kelompok Masyarakat menolak kehadiran Injil karena dianggap ajaran baru yang merusak.

 keyakinan lama. Seperti di kota Efesus misalnya ada kerusuhan karena para ahli patung takut kehilangan pekerjaan karena dengan kehadiran Injil orang tidak lagi mau membeli patung. Masih banyak.kasus yang dihadapi pemberita Injil atas penolakan Injil, namun selalu ada orang yang dipakai Tuhan untuk menopang Injil dan berdirinya gereja.


Selain tantangan dari luar, ada juga tantangan yang.muncul dari dalam kekristenan itu sendiri. Rupanya ada ya g menghasut bahwa Paulus itu bukanlah rasul, dia bukan dari 12 murid dan Injil yang diberitakannya juga tidak lengkap dll. Tuduhan semacam itu membuat Paulus sedih dan terpaksa harus bicara dan membuat pembelaannya. Agar para penghasut dan pemberita Injil Palsu berhenti mengacaukan jemaat.


1. Bukan diri kami yang kami beritakan


Bagi Paulus hidupnya adalah panggilan untjk memberitakan Injil Yesus Kristus. Semua pelayanannya diabdikan untuk menyukakan hati Tuhan. Jadi bukan dirinya tetapi untuk Kristus.  Inilah yang ditegaskan oleh Paulus dari kotbah minggu ini bahwa dia melakukan pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. 


Penegasan itu muncul karena ada saja pihak-pihak tertentu yang membawa kabar tidak benar tentang Paulus. Selain itu ada guri-guru palsu yang mengatasnamakan Injil namun sesungguhnya bukan Kristus yang diberitakan.  Maka dalam Surat ke Filipi ini Paulus mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah


Bagi Paulus panggilan memberitakan Injil  adalah kepercayaan yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).  Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul 9, 1-19a;  kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi Pemberita Injil.  Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”


Apa yang hendak ditegaskan oleh Paulus dari 

2 Korintus 4:5 (TB)  Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. 

Pertama mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari kita pusatkan untuk menyukakan  Tuhan.


Kedua Paulus menyadari dirinya siapa dalam pemberitaan Injil, dia sebelum bertobat adalah orang yang menejar dan menganiaya jemaat. Ini masa kegelapan, dana masa gelap itu ditegaskan dengan mengalami buta selama tiga hari. Namun panggiln Kristus yaitu terang memperbaharui hidupnya.  Paulus menerima Injil melalui penyataan menerima, dia bertobat dan diutus menjadi rasul kepada non Yahudi. Kisah pertobatan Paulus ini diberitakan sebanyam e kali dalam.Kisah Para rasul, yaitu  Pasal 9, 1-18, Pasal 22:1-22 dan 26:12-23.

Paulus menceritakan perobatannya sampai tiga kali sesunggihnya hendak menyamoaikan bahwa Dia menyadari sepenuhnya masa lalunya yang gelap, pengejar dan penganiaya jemaat namun dirubah Tuhan menjadi pemberita Injil. Masa gelap ini ditandai secara lahirah dia buta, namun Kristus mencelikkannya melalui hambanya Ananias. Dulu dia berlari untuk mengejar dan menganiaya jemaat namun setelah terbir tersng, dia berlari untuk memberitakan Injil dan mendirikan jemaat. 


2. Hidup kita di dunia ini seperti bejana tanah liat.

Hal menarik kedua dari kotbah minggu ini adalah Paulus menyadari tentang hidup yang kita hidupi saat ini adalah fana atau sementara. Kita hidup di dunia yang mudah rusak oleh waktu. Hidup manusia  di dunia ini sementara, tidak ada yang abadi serta mudah rusak dan rapuh. Paulus mengingatkan hidup kita dari tanah liat, dan tidak afa yang sapat dibanggakan, jika bukan Tuhan yang membentuk dan menghembuskan nafas kehiduoa kita adalah tamah liat. Maka biarlah apa yang kita lakukan hendaknya memuliakan nama Tuhan. 


Selain tanah liat mungkin bisa juga kita contohkan bahwa hidup kita seperti tembikar. Tembikar adalah bejana yang terbuat dari tanah liat. Tembikar biasa berupa perkakas rumah atau hiasan lain yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia. Tembikar dapat dihiasi dengan permainan warna-warni agar rupanya cantik, menarik dan unik. Tembikar ini banyak kita temukan berbentuk periuk, guci, vas bunga atau hiasan lainnya yang menarik. Tetapi hiasan tembikar ini sangat rapuh, jika jatuh akan mudah pecah berkeping-keping. Jika pecah dia tidak dapat diperbaiki lagi dan sama sekali tidak berguna lagi.


Bejana tembikar atau bejana tanah liat  dipergunakan oleh Paulus sebagai contoh untuk menjelaskan keberadaan manusia di dunia ini. Harta, kekayaan dan apa pun yang dimiliki di dunia ini adalah fana, sifatnya sementara saja dan akan berlalu.  Sehubungan dengan itulah rasul Paulus mengingatkan bahwa apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah sementara,  dapat rusak seketika, rapuk dan tak berharga. Orang percaya memiliki Harta yang kekal yang abadi yaitu harta sorgawi yang dianugerahkan Tuhan bagi kita, yaitu: kehidupan yang kekal.


Tembikar dapat dibentuk dengan warna warni dan rupa yang menarik dan bernagai fungsi tetapi semua sementara saja. Orang percaya harus berpegang teguh pada harta yang kekal. Sekalipun untuk mempertahankan harta yang abadi harus berjuang, menahan rasa sakit dan menjalani rupa-rupa penderitaan. Penderitaan tak membuatnya surut tetapi tetap bertahan karena dengan jalan demikianlah orang percaya diuji apakah setia sampai akhir. 


Dengan contoh bejana tanah liat ini Paulus mengajak jangan sampai ada orang percaya kehilangan harta yang kekal karena harta yang sementara ini. Ibarat perabot dan alat yang kita gunakan juga adalah sementara saja sifatnya karena itu jangan hanya karena harta yang fana dn cepat rusak itu kita kehilangan harta yang paling berharga yaitu kehidupan yang kekal.


3. Kuasa Tuhan tetap nyata: dihempaskan namun tidak binasa. 


2 Korintus 4:9 (TB)  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.


Panggilan menjadi murid adalah panggilan untuk ikut menderita. Dalam menjalani penderitaan kuasa Tuhan tetap nyata.  Sama seperti kisah-kisah abdi Allah yang setia di dalam iman. Anda masih ingat cerita Daniel dilemparkan ke tungku api yang menyala-nyala bukan? Mereka yang dicampakkan itu tiga orang: Sadrak, Mesak dan Abednego namun mereka tidak terbakar. Orang yang mencampakkan merrka ke tungku api sudah mati terbakar karena panasnya namun mereka tak sehelai rambut pun terbakar dan anehnya menurut penglihatan raja Nebukadnezar mereka menjadi empat orang. Bukankah mereka dicampakkan tiga namun mengapa mereka jadi empat?  Tuhan menyertai mereka dalam penganiayaan. Tuhan tidak membiarkan hambaNya sendirian dalam menjalani semua penganiayaan.


Hal serupa yang dirasakan oleh Paulus dan rekan sekerjanya dalam memberitakan Injil. Begitu banyak tantangan yang mereka hadapi seolah kesusahan dan penderitaan saja. Dikejar-kejar dianiaya penguasa, sering ditangkap dan dipenjarakan. Mereka menghadapi propoganda dari kalangan orang yang tidak menghendaki Injil diberitakan, dibenci kalangan Yahudi dan banyak lagi sungut-sungut dan permasalahan dari jemaat hasil PI. Lain lagi taruhan nyawa dalam perjalanan: binatang yang ganas, perompak dan badai yang menghantam perahu mereka ketika berlayar dan terdampar ditempat yang tidak mereka ketahui. Namun dalam semua itu Paulus merasakan pertolongan Tuhan. Bahkan dalam setiap kuslitan Paulus berkesempatan berbuat baik bagi orang lain. Tuhan tidak membiarkan sendiri, Tuhan itu ada setiap saat menolong mereka dari berbagai penderitaan.


2 Korintus 4:8-10 (TB)  

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; 

kami habis akal, namun tidak putus asa;

kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, 

kami dihempaskan, namun tidak binasa.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, 

supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.


Rencana Tuhan memang selalu di luar pikiran manusia. Dalam semua pengalaman yang dialami sendiri menjadi kekayaan bagi Paulus memberitakan Injil. Semua yang dialaminya menjadi kesaksian berharga membuat orang semakin percaya kepada Injil yang diberitakan oleh Paulus dimana dia melayani. Allah menjadikan tantangan bukan mempersulit Paulus namun melatihnya untuk mempermudah orang yakin karena kesaksian dari pengalaman hidupnya langsung.


Banyak kisah para pemberinta Injil yang menghadapi penderitaan, bahkan telah mati martyr namun hidup mereka pastilah tidak sia-sia bahkan menjadi benih kebaikan seperti ungkapan Bapak gereja Tertulianus: "darah orang martyr adalah benih gereja". 


Di tanah Batak misalnya penginjil Munson dan Lyman harus mati martyr namun tak membuat missionaris takut datang ke tanah Batak.  Nommensen dkk datang memberitakan Injil dan banyak orang Batak percaya kepada Injil Yesus Kristus. Demikian dengan daerah-daerah lainnya. Kesulitan yang mereka hadapi bukanlah menjadi penghalang dalam PI tetapi pengalaman menghadapi kesulitan dan berhasil keluar atas penyertaan dan pertolongan Tuhan menjadi kesaksian berharga. Sehingga setiap orang yang mendengarkan kesaksian hidup missionaries menjadi bukti kuasa Tuhan nyata.


Selamat menyaksikan kuasa Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Tuhan memberkat. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...