Sabtu, 08 Juni 2024

TUHAN MENGUATKAN HAMBA-HAMBANYA

 Kotbah Minggu II Stlh Trinitatis

Minggu, 9 Juni 2024

Ev. 1 Samuel 8:4-11




TUHAN MENGUATKAN HAMBANYA 


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, perubahan membutuhkan pengorbanan, pengorbanan beralih dari situasi lama kepada tuntuan situasi baru yang lebih baik. Dalam kekristenan perubahan lebih tepat disebut transformasi, perubahan dari manusia lama kepada manusia baru. Dasar dari transformasi hidup orang percaya didasarkan pada pengorbanan Yesus Kristus. 


Dalam terori sosial ada banyak istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan seperti, revolusi, reformasi dan transformasi. Revolusi gerakan rakyat melakukan perubahan dengan perlawanan dan kekerasan. Reformasi menekankan pada perubahan sistem didasarkan pada kebenarna sedangkan transformasi menekankan gerakan yang tuntutan adanya perubahan fundamental yang dimulai dari atas agar bisa berubah dari situasi buruk yang lama kepada situasi baru yang lebih baik.  Transformasi menekankan perubahan itu dilakukan mulai dari atas dan turun ke bawah, perubahan dari pemimpin tertinggi mengalir kepada arus bawah di semua level. Jika suatu masyarakat mengharapkan ada perubahan maka harus dimulai dari pemimpin itu sendiri. Masyarakat tidak berubah dengan sendirinya kalu perubahan perilaku pemimpinnya tidak berubah. 


Dalam kotbah Minggu ini, Samuel menghadapi desakan dari tua-tua Israel adanya perubahan: mereka ingin menjadi sama dengan bangsa lain dengan adanya raja menjadi pemimpin bagi bangsa Israel.  Desakan itu nyata karena ada ancaman krisis kepeimpinan, setelah Samuel tidak ada yang bisa diharapkan dari anak-anaknya sehingga muncul desakan agar diangkat seorang raja seperti bangsa asing. 


Dalam menghadapi perubahan inilah kotbah Minggu ini mengangkat topik: "Tuhan menguatkan hambaNya". Ada dua sasaran, yang pertama Samuel sendiri yang harus kuat menghadapi tuntutan para tua-tua Israel dan Samuel juga menguatkan umat Allah, bahwa dalam sistem kerajaan bahwa Israel harus menerima realitas baru, raja yang akan memerintah akan betugas mensejahterakan rakyat namun disisi lain ada tanggung jawab rakyat terhadap raja. Disinilah peran Samuel yang luar biasa menyeberangkan bangsa Israel menuju sistem baru dalam kepemimpinan di Israel. Samuel memimpin masa krisis dari imam Eli dan menghantarkan bangsa Israel kepada sistem baru yaitu kerajaan. 


01. Transisi kepemimpinan

Sebelum kerajaan memang Israel dipimpin oleh seorang imam yang kita sebut sebagai hakim. Mereka belum menganut suatu sistem pemerintahan, namun semacam komunitas yang dipimpin langsung oleh seorang pemimpin kharismatis, yang memimpin mereka berdasarkan petunjuk Allah. Pemimpin demikian dalam Alkitab disebut sebagai kepemimpinan hakim-hakim. Jika Komunitas Israel diganggu oleh bangsa asing, maka Allah sendirilah yang memanggil dan memilih seorang pemimpin bagi mereka menghempang musuh sehingga mereka terbebas dengan tekanan bangsa asing. Dalam kepemimpinan hakim-hakim otoritas kepemimpinan itu merupakan hak mutlak Allah. 


Namun dalam 1 Samuel 8 ini ada desakan yang semakin deras dari umat Israel agar mereka dipimpin oleh seorang raja; sama seperti bangsa asing. Selain itu ada memang titik rawan regenerasi dari Samuel kepada adank-anaknya. Jika Samuel adalah hamba Allah yang memimpin Israel dengan penuh kharisma dan melakukan apa yang baik di mata Tuhan, berbeda dengan anak-anaknya: Yoel (anak yang sulung), Abia (anak kedua) mereka tidak seperti ayahnya Samuel. Mereka tidak hidup seperi ayahnya, mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan (1 Samuel 8:3). Keadaan itu semakin tidak terkontrol karena Samuel sudah tua. Pengalaman seperti Imam Eli, seorang hamba Allah yang setia namun anak-anakNya Hofni dan Pinehas melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Ini pergumulan seorang hamba Tuhan, yang melakukan dengan setia tugas-tugasnya dengan baik namun tidak diikuti oleh anak-anaknya. Ini adalah suatu fakta sejarah yang sangat digumuli oleh Alkitab. 


Oleh keadaan demikian, para tua-tua Israel mendesak Samuel untuk memberikan kepada mereka seorang raja, yang memimpin mereka sama seperti bangsa asing. Pergumulan berat ini membuat Samuel keberatan, ini pertanda sebagai penolakan kepada Allah. Namun Samuel tidak mengandalkan pikirannya, dalam kedaan terdesak demikian Samuel sebagai imam tetap memohon petunjuk kepada Allah, agar keputusan itu bukan keputusan pribadinya, namun sebagai petunjuk dari Allah. Maka Samuel pun berdoa dan memohon kepada Allah. Allah sendiri menguatkan Samuel, memberikan petunjuk bahwa sesungguhnya bukan Samuel yang mereka tolak. Dengan meminta raja bagi mereka maka mereka sendiri sesungguhnya menolak Allah. Permintaan umat itu pun dipenuhi dengan berbagai syarat.


02 Menerima konsekwensi perubahan

Atas permintaan Israel meminta dipimpin oleh seorang raja, maka Israel pun harus menerima konsekwensi pemerintahan baru ini. Jika mereka dipimpin oleh seorang raja mereka harus memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dan merupakan hak seorang raja. Jika selama ini mereka dipimpin oleh seorang Hakim yang memimpin mereka dengan kepemimpinan spiritual tanpa kewajiban sipil, maka beda dengan mereka menjadi suatu sistem kerajaan. Samuel sendiri memberikan beberapa perubahan besar adalam sistem kerajaan. Pemberitahuan ini sangat penting sebagai syarat menjadi sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja. 


Adapun hak-hak raja yang harus mereka penuhi adalah:

2.1. anak-anak mereka akan menjadi pasukan perang, semacam wajib militer yang mengawal raja pada pasukan kereta, pasukan berkuda dan pengawalan raja lainnya. Mereka akan dikomando berdasarkan hirarki seperti hirearki militer dari komandan regu, pleton, batalyon dan kodam serta panglima. 


2.2. Rakyat harus memperlengkapi pelengkapan senjata perang raja, untuk itu mereka harus bekerja untuk raja dengan megejarjakan ladang untuk membelajakan perelngkapan senjata perang.


2.3. Anak-anak perempuan mereka akan dipekerjakan sebagai juru masak, juru minum aja. Ini adalah suatu budaya baru dalam sistem kerajaan. Dana tidak ada alasan menolak bahwa jika putri-putri mereka dipanggil Raja untuk kebutuhan istana.


2.4. Rakyat harus memberikan pajak, sebahagian dari penghasilan ladang, kebun anggur dan penghasilan mereka akan diambil menjadi pajak bagi raja. Raja berhak menentukan besaran berapa pajak kepala dan penghasilan rakyatnya. Dalam hal ini Samuel menentukan sepuluh persen (10%) dari penghasilam meraka baik dari ladang, kebun, ternak menjadi pajak untuk raja. 


Demikianlah beberapa hak raja yang diberikan oleh Samuel menjawab permintaan umat Israel yang meminta seorang raja bagi Israel. Namun anehnya segala perubahan besar yang mengambil resiko dan beban yang mereka tanggung atas perubahan sistem dengan memberitahukan segala hak-hak raja dan kerugian mereka, namun mereka tidak mundur dari permintaannya, mereka terus mendesak Samuel yang meminta seorang raja.

1 Samuel 8:19-20 (TB)  Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami; maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."


Hak-hak raja ini diberitahukan oleh Samuel agar umat Allah menyadari perubahan yang akan terjadi dan segala konsekwensinya. Alangkah aneh jika ada orang mau menikmati buah dari perubahan, namun tidak sudi melakukan konsekwensi perubahan itu sendiri. 


Mengingatkan hal ini Yesus juga mengajar murid-muridnya. Matius 9:16-17 (TB)  Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.

Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."


Disini Yesus juga mengajarkan bahwa perubahan harus diterima dari pandangan perubahan itu sendiri. Ilustrasi kain dan anggur yang disebutkan sangat tepat untuk menerima konsekwensi yang baru. Dalam menjalani konsekwensinya maka hal selanjutnya adalah mengelola perubahan. 


03. Memimpin perubahan - Tuhan menguatkan hambaNya.


Samuel tidak membiarkan Israel memasuki perubahan dengan cara dan pola pikir mereka, namun memberitahukan secara jelas segala konsekwensinya dan mengelola perubahan yang terjadi.


Sesungguhnya permintaan seorang raja bagi umat Israel adalah berawal dari kondisi regenerasi kepemimpinan Samuel kepada anak-anaknya yang kurang baik. Anak-anak Samuel tidak seperti ayahnya, namun mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, mengejar suap dan memutar balikkan keadilan. Sementara itu umat Israel membutuhkan pemimpin yang  baik, memimpin mereka dengan keadilan dan kebenaran. Di lain pihak melihat bangsa-bangsa asing, mereka hendak sama dengan bangsa asing. Umat Allah yang khusus itu meleburkan dirinya menjadi umat yang sama seperti bangsa ading dipimpin oleh seorang raja. Alhasil adalah segala resiko, konsekwensi dan seluruh kewajiban terhadap raja mereka harus tanggung. 


Ini pertanda, dalam keadaan yang kurang berterima, Tuhan sesungguhnya campur tangan dalam sejarah dan kehidupan umatNya. Tidak ada yang salah pada diri Samuel, namun anak-anaknya tidak mengikuti jejak Samuel. Rakyat pun chaos dan akhirnya meminta suatu perubahan. Dalam keadaan yang tidak berterima, Allah turut bekerja. Allah akhirnya menerima permintaan umat Israel, sehingga mereka memiliki sistem baru dalam sejarah Israel, yaitu sistem kerajaan. Namun raja yang diangkat tetap dalam konsepsi theokrasi, karena raja itu sendiri dipilih dan ditetapkan oleh Allah.


Point pertama disini adalah kita percaya dalam perubahan ada biasa saja ada kegamangan, ada kekuatiran ada mungkin ketidak pastian. Tetapi menerima realitas begitu saja tidak akan ada perubahan maka hanya menunggul lonceng kematian tiba.  Dalam kotbah Minggu ini, Tuhan menguatkan Samuel bahwa Allah ikut campur tangan. Allah sendiri memahami kegalauan Samuel sehingga Allah sendiri mengatakan bukan Samuel yang mereka tolak, namun Allah sendiri.  Apa ya g kita baca dari keadaan ini, Allah memahami diri Samuel dan menguatkannya.


Kedua, Allah sendiri yang memimpin perubahan, Allah yang menetapkan siapa yang menjadi raja dan Allah sendiri yang menetapkan hak-hak raja yang harus mereka penuhi. Artinya beralih menjadi sistem kerajaan, bukan berarti kepasrahan Samuel atas desakan tua-tua Israel, namun dalam menjalankan yang baru ini, Samuel atas petunjuk Allah ikut terlibat langsung mengelola perubahan di tengah-tengah Israel.


Ketiga, memimpin masa transisi ini saya jadi ingat pelatihan "Change Manajement"  - mengelola perubahan. Tentu perubahan tanpa kelola sama saja dengan arus deras yang menghayutkan atau ibarat banjir bandang yang memporak poranda. Di dalam perubahan itu ada dua hal bersamaan itu: tantangan dan peluang. Takut pada tantangan tidak akan perbaikan. Memilih perubahan tanpa memonitorinfnya juga akan sia sia karena peruba yang diharapakan tidak akan datang atau terjadi dengan sendirinya tetapi perubahan itu bisa terjadi jikalau dikelola dengan usaha dan kerja keras, melakukan mitigasi atas dampak yang muncul dan mengatasi segala resiko yang ada. 


Dalam mengelola perubahan masa transisi di Isfeal dsri sistem keimaman kepada kerajaan Allah melibatkan Samuel untuk melantik Saul, saat Saul tak setia atas petunjuk Allah, Samuel mengangangkat dan menetapkan Daud menjadi raja.


Sahabat yang baik hati! Bagaimana kita menjalani kebidupan saat ini di dunia yang terus berubah?  Kotbah minggu ini menjadi pegangan bagi kita. Tuhan campur tangan dalam setiap perubahan dan percaya Tuhan menguatkan hamba-hambaNya mengelola perubahan. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...