Kotbah Minggu III Stlh Trinitatis
Minggu, 16 Juni 2024
Ev. 2 Korintus 5:6-11
HIDUP KARENA PERCAYA BUKAN KARENA MELIHAT
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, hidup orang percaya didasarkan pada iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Ada banyak orang berpengharapan karena ada bukti yang dilihat, padahal apa yang kita lihat bisa saja seperti fata morgana, hanya banyangan saat mendekat apa yang dilihat tidak nyata. Berbeda dengan iman, iman adalah bukti dari segala sesuatu yang kita harapkan. Allah menghendaki kita beroleh hidup yang kekal, jalan menuju itu telah disediakan melalui Yesus Kristus. Inilah yang kita percayai, Allah telah melakukan penebusan bagi kita di dalam Yesus Kristus dan kita beroleh hidup yang kekal.
Bagaimana kita percaya kepada hal yang tidak dilihat? Memang dunia ini semakin rasional dan semakin sulit untuk percaya pada hal yang tidak kelihatan. Namun pernyataan Yesus terhadap rasul Thomas meyakinkan kita bahwa hidup dalam iman bukan didasarkan pada yang dilihat. Yohanes 20:29 (TB) Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Kotbah minggu ini cerita pengalaman rasul Paulus, bagaimana dia menjalani hidupnya sebagai pemberita Injil, sekalipun banyak tantangan, hambatan, disesah bahkan dianiaya namun tidak pernah berputus asa. Energinya seolah tak habis, semangatnya tak pernah surut tetapi semakin melimpah karena dasar dari semua pelayanannya adalah percaya pada hidup yang kekal.
Paulus memberikan pemahaman baru, bukan tanda yang kelihatan seperti yang dikehendaki Yahudi, bukan pula usaha manusia sehingga beroleh keselamatan tetapi bukti iman ada pada Yesus yang disalibkan , mati dan dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga. Itulah dasar percaya kita menjalani kehidupan ini.
Sebelum memasuki kehiduoan kekal, Paulus menyadarkan kita bahwa hidup yang kita jalani sekarang ini adalah sementara. Paulus membuat contoh kemah seemntara. Sama seperti seorang pengembara dalam menuju perjalanan, untuk sementara membuat kemah. Kemah itu hanya semantara dan saat pergi akan dibongkar. Demikianlah Paulus melihat perjalanan hidup orang percaya menuju kehidupan kekal. Dunia yang kita hidupi sekarang dengan segala dinamikanya: dimana kadang ada kesedihan, kadang bahagia, kadang dihina, kadang dipuja semuanya itu berlalu. Fokus Paulus adalah sampai berlabuh sampai memasuki kehidupan yang kekal.
Baiklah kita mengambil beberapa pelajaran penting dati kotbah minggu ini dari 2 Korint 5:6-11 bagaimana lita menjalani dan menyikapi penderitaan di dunia ini. Paulus memiliki energi tanpa batas, sekalipun banyak tantangan dan hambatan namun tak surut dalam melakukan tugas panggilan. Kita inilah rahasia spirit pelayanan Paulus.
1. Tabah dan bersabar dalam kemah sementara ini.
Paulus menjelaskan bahwa hidup di dunia ini ibarat tinggal dalam kemah sementara. Itulah sebabnya kehiduapn orang percaya digambarkan sebagai musafir: yang berjalan melintasi kota demi kota hingga tujuan akhir. Kemah sementara ini bisalah kita sebut seperti perjalanan umat di padang gurun, mereka berjalan dan berkemah. Ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk berjalan, mereka pun berjalan. Ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk berkemah, maka mereka pun berkemah. Demikianlah mereka menempuh perjalanan gurun selama empat puluh tahun hingga sampai di Kanaan, tanah perjanjian.
Selain sementara, istilah kemah disini bisa mengingatkan kita tentang hari raya pondok daun, bangsa Israel keluar dari rumah dan tinggal di pondok yang terbuat dari daun-daunan. Hal ini dilakukan sebagai edukasi bagi bangsa Israel bahwa leluhur mereka dulu berjalan di padang gurun, berpindah dan tidak mwnetap tujuan mereka adalah Tanah Perja jian. Kita mengahadapi penderitaan, pergumulan dan berbagai kesulitan hidup baik yang datang oleh diri sendiri maupun dari luar diri sendiri. Dalam kemah sementara ini, kita harus memiliki kesetiaan dan ketaatan demi kemah yang kekal, orang yang bertahan dalam iman dan setia kepada Kristus itulah yang memperoleh kemah yang kekal. 2 Korintus 5:1 (TB) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Hidup dalam kemah yang semetara ini adalah fana, berubah-ubah dan dapat dibongkar sewakt-waktu: ini adalah gambaran kehidupan manusia yang bisa berubah-ubah: kadang bersuka, kadang berduka, hidip yang penuh dinamika dan tak ada kepastian yang abadi. Orang yang kaya sekalioun dapat jatuh miskin, orang yang terhormat dapat jatuh karena tak menguasai diri dsri tindakan amoral. Bagi orang percaya hidup di dalam kemah yang sementara ini harus tahan atas segala cobaan, sabar dalam kesesakan dan tegap dalam pengharapan demi kemah yang abadi, yaitu kehidupan Sorgawi, yang kekal penuh bahagia. Dalam keadaan demikian memang wajar kita mengeluh dan berpeluh:
2 Korintus 5:4 (TB) "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup."
Artinya bila beban menekan bertahanlah karena beban yang berat akan ringan bersama Kristus (Matius 11:28), setiap beban yang kita pikul adalah beban yang bisa kita tanggung, Allah tak mungkin membebani kita diluar kesanggupan kita. Apa yang membuat orang percaya bertahan dalam tekanan? Paulus menjawab Roh Kudus yang tekah dicurahkan bagi orang percaya adalah energy atau sumber kekuatan dalam menghadapi segala tekanan. Roh akan menghibur, Roh akan menguatkan dan Roh akan mengajari orang percaya akan apa yang harus dilakukan dan dikatakan dalam setiap pergumulan. Roh Kudus telah dikaruniakan bagi kita sebagai jaminan. 2 Korintus 5:5 (TB) "Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita."
Hidup ini sementara, bila keberhasilan dan kemujuran menimpa hidupmu tetaplah rendah hati, jangan sampai keberhasilan membuat sombong dan lupa diri karena kumujuran atau keberhasilan yang didapat ada waktunya akan berlalu.
2. Berusaha untuk berkenan kepada Tuhan
Iman kekristenan didasarkan pula Allah berkenan. Kita masih ingat saat Yesus dibaptis oleh Yohanes, maka terbukalah langit dan turun Roh Kudis berupa merpati dan terdenfan suara: "inilah AnakKu yang kukasohi, kepadaNyalah aku berkenan."
Allah telah berkenan kepada manusia melalui Yesus Kristus. Sesungguhnya oleh dosa, kita telah terasing dari Tuhan, namun oleh kasihNya Allah mau berkenan kepada kita. Jika Allah berkenan, maka respon kita adalah seorang yang beriman memiliki tanggung kawab melakukan yang berkenan kepada Allah.
Di dalam dunia yang semantara ini tentu banyak hal yang membuat kita bergumul dan terbeban. Tuhan sendiri telah menyatakan maksud dan kehendakNya, namun telah berusaha melakukanNya?
Bagaimana kita berkenan kepada Tuhan? Hal yang harus kita sadari adalah selalu Allah berkenan kepada kita. Dia memanggil kita dan bersedia dijumpai dan disapa kapan pun dan pada saat bagaimana pun. Allah itu baik, Dia menunggu setiap orang datang untuk hidup bergaul dengan Tuhan.
Dalam percakapan sehari-harus, jika diajak untuk ikut terlibat dalam pelayanan sering ada ungkapan: 'hidup saya masih jauh dari Tuhan.' Sadar akan kekurangan, namun tidak ada upaya memperbaiki dan berusaha agar berkenan kepada Tuhan.
Berusaha berkenan kepada Tuhan, adalah sikap dari dalam hati yang mau melakukan kehendak Allah. Berkenan kepada Allah berarti usaha dan tindakan orang percaya dalam hidup ini yang melakukan dan menuruti kehendak Allah. Yesua sendiri menegaskan: carilah dahuku kerajaan Allah maka semua itu akan ditambahkan kepadamu." (Mat 6:33)
3. Sadarilah pengadilan Tuhan akan datang
Pada bagian ketiga ini, Paulus mengingatkan akan penghakiman akhir. Setiap orang akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.
2 Korintus 5:10 (TB) Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
Mengapa manusia menghadap takhta Tuhan mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat? Hidup ini adalah milik Allah, kita menerima mandat Allah selama hidup di dunia ini. Maka mandat yang diberi akan kita pertanggungjawabkan kepada sang pemilik kehidupan. Jadi kehidupan setelah kematian akan menentukan apa yang kita perbuat di dunia ini. Namun bukan sama dengan. Pemahaman reinkarnasi, di kehidupan mendatang akan lebih baik jika telah hidup dengan baik. Kekristenan memahami kehidupan setelah kematian adalah upah orang percaya. Barang siapa percaya beroleh hidup yang kekal.
Siapapun kita dan apa yang kita perbuat di dunia ini terekam dihadapan Allah, tidak ada yang tersembunyi sedikit pun. Allah maha tahu dan pengadilannya akan menentukan kemana kita di kehidupan abadi.
Mungkin langsung muncul pertanyaan, apakah perbuatan menentukan kehidupan kekal? Sama sekali tidak, kita diselamatkan oleh karena iman. Keselamatan ada di dalam Yesus Kristus, sebagai buah iman perbuatan apa yang telah kita lakukan sepanjang hidup? Sebagai orang yang percaya harus mempertanggung jawabkan hidup kita di dunia ini.
Korbah minggu ini mengingatkan kita akan pengadilan Tuhan. Amin
Salam:
Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar