Sabtu, 29 Juni 2024

KAMU ADALAH SURAT KRISTUS

 Kotbah Minggu V Stlh Trinitatis

Minggu, 30 Juni 2024

Ev. 2 Korint 3:2-6




KAMU ADALAH SURAT KRISTUS

Perayaan Jubileum 125 Tahun Sending HKBP


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, ada satu hal yang dirayakan oleh HKBP pada minggu hari ini, yaitu perayaan Jubeleum 125 Tahun Sending HKBP. Sending HKBP dulu bernama Pardonganon Misson Batak (PMB), ayau Konsi Zending Batak suatu lembaga yang didirikan oleh HKBP untuk membantu missionaries dalam mengorganisir peginjilan di tanah Batak dan daerah lain. Kekristenan pun semakin cepat tersebar di Toba, Humbang, Samosir, Dairi, Simsim, Aceh, Sumatera Timur dan pembukaan penginjilan ke Mentawai yang kemudian telah menjadi Gereja Kristen Protestan Mentawai, kemudian ke P.Rupat, Riau, Jambi, P. Enggano Jambi pemberitaan Injil kepada suku Kubu, Sakai dan Suku Anak Dalam. Warga Jemaat pun dengan penuh semangat untuk menopang Penginjilan dengan sukacita memberikan persembahan khusus kepada Kas Sending berupa hasil pertanian dan peternakan mereka. Ada setiap keluarga yang memberikan "sangggolom boras" - "segenggam beras" (sebelum menanak nasi setiap keluarga mengambil segenggam dan dimasukkan ke "kaleng sending", setelah kaleng itu penuh akan dihantarkan ke gereja untum disumbangkan ke sending). Ada pula yang bernazar setiap ternaknya beranak baik ayam atau babi satu akan dipersembahkan satu ekor untuk sending. Selain itu ada agenda setiap tahun di gereja berupa "pesta sending" dan hasil pesta diperuntukkan menopang penginjilan.  Demikianlah orang Batak yang telah menerima Kekristenan ikut berpartisipasi melakukan menopang Sending.


Perayaan 125 Tahun sending HKBP ini menyapa warga jemaat untuk merenungkan kembali bagaimana kita yang telah menerima keselamatan ikut ambol bagian dalam pwmberitaan Injil dan menopang penginjilan. Mungkin selama ini kita telah berpartisipasi untuk pelayanan di gereja kita masing-masing, baik melalui pembangunan gereja, pembangunan gedung, rumah dinas dan perbelanjaan pelayan. Semua itu untuk menopang pelayanan yang berorientasi pada internal. Pada Jubeleum 125 Tahun Sending ini kita diajak untuk merenungkan sejauh mana program menopang penginjilan? Jika Kongsi Sending Batak begitu melekat di hati orang tua kita dan sekarang ini semangat sending itu hatus menggelora, kita diajak untuk hadir dan ikut menopang penginjilan yang saat ini sedang digalakkan oleh HKBP, dengan merevitaliasai penginjilan, mengutus missionaris ke Afrika dan bersemangat untuk membuka pos-pos pelayanan baru agar pelayanan gereja dapat menyentuh setiap warga. 


TUHAN telah memberkati hidup kita sebagaimana adanya sekarang. Semangat menggelorakan Sending ini sangat tepat dikaitkan dengan topik kotbah Minggu ini. Yakni: KAMU ADALAH SURAT KRISTUS dari 2 Korint 3:2-6. Setiap orsng di jaman kita sekarsng ini berkaitan dengan surat. Suray biasanya berisi berita, peaan, perintah atau mungkin testamen yang harus kita lakukan. Sekarang baiklah kita mengambil beberapa pokok penting dari kitabah minggu ini dalam menggelorakan semangat sending.


1. Bukan untuk pujian diri

Dalam dunia kerja ada suatu kebiasaan perusahaan tertentu untuk memberikan apresiasi atau penghargaan kepada seorsng pekerja yang dianggap berkinerja baik. Penilaian itu didasarkan dari keteladan (sikap), produktifitas (hasil) dan penilaian lainnya yang patut diapresiasi misalnga menjadi pekerja inspirati. HKBP juga dalam tiga tahun ini memberikan apresiasi berupa "person of the year" yang dianggap berkontribusi penting dalam pelayanan sepanjang tahun. Jadi tujuan bukan apresiasinya tetapi kinerjanya. Mendapat pujian  adalah hakekat manusiawi kita, namun dalam melakukan penkerjaan hendaklah bukan menjadi tujuan. Tujuan  adalah berkarya dan melayan. 


Hal inilah yang berbeda dalam pelayanan, Paulus mengingatkan pelayanan yang dilakukan bukanlah untuk mendapat pujian dari manusia tetapi untuk menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Hal ini ditegaskan Paulus karena rupanya ada kelompok tertentu di kalangan jemaat yang hendak mendapatkan pujian, membangun kelompok  merekalah yang lebih baik dibandingkan yang lain.  Demikian dengan kelompok yang lain berlomba untuk mendapat pujian, ada kelompok Kefas, Kelompok Apolos, Kelompok Kristus dan Kelompok Paulus.  Sikap itu membuat mereka terancam dalam perpecahan. Hal ini menjadi pelajaran penting semakin manusia mencari pujian diri sendiri semakin dekat ke ambang perpecahan. Masih ingat saat ibu Yakobus dan Yoanes meminta agar nanti mereka disebelah kanan dan di kiri saat itulah terjadi pertengkaran diantara mereka. Lukas 22:24 (TB)  Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.


Artinya dalam semua aktifitas pelayananyang dilakukan adalah buah penghayatan akan keselamatan, didorong oleh iman untuk melayani dengan tulus dan bukan untuk pujian diri.


2. Surat Kristus yang dibaca semua orang


Setelah peradaban manusia beralih dari jaman batu diperkirakan 2.800 SM baru mengenal tulisan, itu pan awalnya masih simbol-simbol. Peradapan pun terus meningkat dengan tulisan, adanya dokumen yang tetulis di batu prasasti, di kulit pohon,  di gulungan-gulungan dll. Alkitab adalah salah satu kekuatan peradaban tulisan yang bisa kita baca hingga kini. Dengan tulisan kita tahu peristiwa, berita, pesan dan tugas ysng diamanatkan dalam isi tulisan hingga kini. Penulis pernah berkata, buku adalah abadi. Apa yang dituliskan akan tertera sepanjang masa.


Kotbah minggu ini menekankan bahwa kamu adalah surat Kristus. Saya mencoba memaknai surat Kristus dalam kotbah ini pada tiga hal.


2.1. Identitas

Paulus mengingatkan kamu adalah surat Kristus yang dibaca oleh setiap orang. Jika orang percaya adalah surat Kristus itu bersrrimaka Kristus akan dikenal dari setiap pribadi-pribadi kita. Maka setiap orsng akan membaca sipa Kristus lewat sifat, pribadi dan karakter pengikutnya. Semakain baik ptibadi kita semakin baik orang membaca siapa Kriatus. Sebaliknya jika pribadi kita buruk maka surat tentang Kristus akan buruk di mata orang yang melihat dan membacanya.  Apa kata orang tentang Kristus saat orang lain berjumpa dengan orang percaya? 


Hidup orang Kristen adalah surat yang dibaca untuk mengidentifikasi siapa Kristus dimata orang lain. Inilah yang harus disadari, jangan sampai Kristus yang mulia,  agung dan yang ditinggikan karena kasih dan pengorbananNya, kelemahlembutanNya dan kesetiaanNya yang luar biasa terbaca orang buruk karena pengikutnya sikap dan berperilaku pengikutnya yang buruk. 


Berkaitan dengan ini marilah kita sambut apa yang disampaikan dalam   Filipi 4:8-9 (TB)  Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. 

Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.


2.2. Pembawa pesan Kristus (messanger of God)

Setiap surat pasti memiliki maksud dan tujuan, apakahbitu berisi berita atau peristiwa, pesan atau sesuatu hal yang harus ditindak lanjuti setelah membaca surat. Maka surat itu sangat penting jangan sampai diabaikan. Demikianlah juga kita maknai kotbah minggu ini bahwa setiap orsng percaya adalah surat Kristus, ini berarti setiap orang Kristen dipercayakan membawa pesan Kristus kepada setiap orang, dimana pun dan kapan pun.


Dengan demikian kita harus menyadari sepenuhnya kita adalah orang-orang yang dipercayakan Kristus pembawa pesan bagi banyak orang. 


Pernah menonton film berjudul: Postman, film yang dibintangin Kevin coster diproduksi Hollywood tahun 1997. Dalam film ini diceritakan Kisah petualangan seorang pembawa surat bahwa apapun dijalaninya agar surat sampai kepada tujuan karena bagi seorang postman menyadari pesan ini sangat penting dan berharga maka harus sampai kepada penerima.


Lebih dari seorang postman tugas orang percaya sebagai surat Kristus. Kita semua  pembawa pesan Kristus di dunia ini. Maka setiap orang harus tahu apa pesan Kristus dan pesan Kristus itu harus sampai ke ujung bumi.


2.3. Amanat kepercayaan

Hal ketiga dari makna Surat Kristus dalam kotbah ini perlu kita sadari bahwa kita semua orang-orang kepercayaan Kristus. Kita semua adalah orang-orang kepercayaan Maka kepercayaan yang diberi janganlah disia-siakan, jangan sampai Kristus kecewa atas kepercayaan ini.


Jika.kita memiliki pwaan khusus dan missi khusus tentulah kita menugaskannya kepada orang kepercayaan kita. Demikianlah jika saat ini kita menjadi Surat Kristus itu adalah kepercayaan yang diberikan kepada kita. Mari pelihara kepercayaan Kristus kepada kita maaing-masing.


3. Ditulis bukan dengan tinta tetapi oleh roh, bukan dalam log batu tetapi di dalam hati.


Pada bahagian ketiga ini Paulus mengingatkan bahwa karya keselamatan Kristus adalah kekal selamanya. Tugas pelayanan yang dipercayakan kepada Paulus lebih dari sekedar apa yang terlihat. Pelayanannya bukan sesaat, bukan pula periodik yang termakan oleh waktu. Tetapi tugas pelayanan di dalam Kristus tertulis didalam hati sanubari, yang tidak mungkin terlupakan atau pudar dimakan oleh waktu. Paulus membedakan hukum yang tertulis di dalam log batu dan Hukum Kristus tertulis di dalam hati mereka, dan kasih Kristus tercurah secara luas di dalam hati mereka. 


Surat ini tidak ditulis dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup. Surat ini juga tidak ditulis pada loh-loh batu, seperti hukum yang diberikan Allah kepada Musa, tetapi pada hati. Dan bukan pada hati batu yang keras, melainkan pada hati yang terdiri dari daging, pada loh-loh hati daging (bukan kedagingan, karena kedagingan memiliki makna duniawi). 


Maksudnya, pada hati yang dilembutkan dan diperbarui oleh kasih karunia ilahi, sesuai dengan janji yang indah itu, Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat (Yeh. 36:26, KJV: menjauhkan hati yang seperti batu dan memberikan hati yang seperti daging – pen.). Inilah yang diharapkan oleh Rasul Paulus bagi orang-orang Korintus ini (ay. 4), supaya hati mereka menjadi seperti tabut perjanjian, yang berisi loh-loh hukum Taurat dan Injil, yang ditulis dengan jari Allah yang hidup, yaitu oleh Roh-Nya.


Dalam perjanjian lama nabi Yeremia juga telah menyampaikan ini. Atas ketidak setiaan umat Allah, akhirnya Allah sendiri akan mendatangkan murka Allah. Namun kasih Allah kekal, perjanjianNya tetap selama-lamanya karena itu,

Allah sendiri menuliskan hukumNya ke dalam batin mereka. Yeremia 31:33 (TB)  Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 


Sahabat yang baik hati, kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita semua menjadi Surat Kristus dalam kehidupan sehari-hati.  Selamat berpesta Sending di huria masing-masing. Tuhan memberkati. Amin


Salam:

Pdt. Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 22 Juni 2024

BERSYUKUR KARENA KESELAMATAN DARI TUHAN

 Kotbah Minggu IV Stlh Trinitatis

Minggu, 23 Juni 2024

Ev. Mazmur 107:23-32




BERSYUKUR KARENA KESELAMATAN DARI TUHAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Coba ingat saat anda masuk ke restoran dimana saat pesanan anda di antar oleh pelayan apakah respon saudara? Tentu spontan mengucapkan terima kasih, bukan? Itu salah satu contoh bahwa hal sederhana saja dilakukan oleh orang lain kita mengucapkan terima kasih.  Bagaimana pula bila kita dilepaskan dari keseskaan yang besar? Tentu selain bersyukur pasti ada refleksi atas pertolongan yang besar ada komitmen di dalam diri untuk mengabdikan diri sebagai ungkapan syukur.


Mungkin hal seperti ini juga ada totem dalam masyarakat. Ada satu suku sangat menghargai seekor binatang karena konon leluhur mereka ditolong seekor binatang. Sebagai penghargaan atas pertolongan yang menentukan kehidupan leluhur mereka diwariskan kepada anak cucu dengan nasehat agar mereka menghargai binatang tersebut, dengan tidak boleh menyembelih atau memakannya. Jika kita cari lagi berbagai cerita dalam masyarakat komitmen atau janji semacam itu ada di dalam suatu masyarakat.


Dengan konteks yang berbeda Kotbah minggu ini merupakan Mazmur umat Allah yang mengajak bersyukur karena perbuatan besar Tuhan dalam sejarah perjalanan hidup mereka. Pemazmur menceritakan  beberapa pengalamanmasa lalu dan semua itu tidak mungkin lepas oleh karena kekuatan mereka tetapi disimpulkan karena kebaikan Tuhan. Mazmur 107:1  Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. 


Kotbah Minggu ini merupakan bagian dari ajakan pemazmur untuk menyampaikan syukur kepada Tuhan. Jika kita membaca keseluruhan Mazmur 107 ini, kita menemukan ada ritme kehidupan yang dituliskan dalam Mazmur ini: saat manusia bergumul, mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan bertindak menjawab doa mereka kemudian mereka bersyukur kepada Tuhan atas perbuatan-perbuatanNya. 


1. Dalam kesesakan tersedia pertolongan.


Ada beberapa cerita pengalaman hidup yang nyata sesungguhnya tak berdaya melepaskan diri dari kesesakan oleh karena kekuatan diri sendiri. Hanya pertolongan Tuhanlah yang membuat mereka bisa selamat. Tuhan menjawab seruan minta tolong mereka. 


Kisah pertama ayat 4-9: Ada orang yang menggembara di padang gurun. Berjalan di padang gurun sangat mematikan, suhu panas yang sanga tinggi, binatang berbisa dan tidak ada air. Berjalan di padang gurun tiada kepastian, menatap dsri ujung keujung tiada petunjuk. Jikapun ada sesaat bisa saja berubah tak tahu arah karena badai gurun yang mematikan. Siapakah yang dapat selamat berjalan di padang gurun? Tentu perjalan bangsa Israel selama.40 tahun di  padang gurun. Mereka berseru kepada Tuhan. Maka Tuhan mendengar doa dan Tuhan pun mendengarkan doa mereka sehingga mereka selamat dari padang gurun. 


Kisah kedua 10-14: Ada orang yang duduk dalam kegelapan dan kekelaman mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan pun bertindak membebaskan mereka dari kegelapan. Tipe ini kesesakan diri adalah khas penjara bawah tanah. Penjara bawah tanah didesign tidak ada jendela, hanya satu titik cahaya yang dapat menyinari ruangan tersebut. Pokoknya gelap dan menyeramkan. Dari kekuatan diri sendiri tidak mungkin seseorang dapat keluar dari penjara bawah tanah. 


Kesah ketiga aya 17-19 ada pula orang yang menderita sakit yang tidak tertahankan, mungkin berkaitan dengan hukuman atas penyksaan terhadap dosa pelanggaran namun mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan menjawab doa mereka yang sakit menjadi sembuh. 


Kemudian dalam kotbah Minggu ini kisah seorang pelaut yang diombangambingkan oleh Badai besar. Saat orang yang berlayar, diterpa badai hingga terhuyung-huyung, dari makah datang pertolongan di tengah ombak yang menenggelamkan? Namun mereka berdoa dan Tuhan pun menyelamatkan mereka dari ombak. 


Apa yang dinyanyikan dalam Mazmur 107 ini adalah benar-benar memberitahukan perjalanan hidup manusia tidak lepas dari penderitaan, pergumulan dan kesesakan. Namun selalu ada Tuhan yang setia dan berkenan menjawab doa permohonan. Tuhan bertindak dengan segala perbuatanNya yang besar memberikan keselamatan bagi orang-orang yang berseru kepadanya. Atas pengalaman demikianlah pemazmur menyaksikan: bahwasanya kasih setia Allah kekal selama-lamanya. 


2. Berseru kepada Tuhan saat badai menerpa!


Dari cerita yang diutarakan oleh pemazmur di dalam Mazmur 107 ini, hidup orang percaya tidak terlepas dari permasalahan atau pergumulan. Bahkan ada kalanya seolah Tuhan membiarkan badai itu menerpa hidup kita. Kata pelaut: badai ombak yang kuat melahirkan pelaut tangguh. Petarung kuat muncul dari pertarungan hebat, seseorang menjadi kuat setelah teruji dengan melewati beban. Apa yang hendak diceritakan oleh Mazmur ini adalah kesesakan yang menimpa kita membuktikan dua hal: 

Pertama, tidak seorang pun dapat melepaskan diri dari kesesakan dengan kekuatannya sendiri, tetapi semua karena pertolongan Tuhan. 

Kedua, kesesakan atau kesulitan yang terjadi kadang dibiarkan Tuhan untuk melatih kita lebih kuat. Artinya dengan masalah yang dihadapi Allah membentuk kita lebih kuat dan tahan uji. Penderitaan melahirkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan dan pengharapan tidak mengecewakan (Rom 5:3-5a)  


Siklus hidup ini memang terkadang demikian, saat mengalami kesesakan kita berusaha membebaskan diri dengan segala kekuatan kita dan segala akal dan kemampuan.  Wajar jika manusia mengandalkan akal dan kekuatannya sendiri menghadapi masalah yang dihadapinya namun kita harus menyadari bahwa kekuatan kita sangat terbatas, jarak pandang kita terbatas, energy yang kita miliki sangat terbatas. Jika segala akal dan kekuatan telah dilakukan namun badai kehidupan terus datang menerjang jangan berputus asa. Atau mungkin jika kita lepas dari suatu pergumulan jangan lupa diri, dalam hari-hari berikutnya siapa tahu ada tantangan lain yang menimpa kita. Jadi tetaplah andalkan Tuhan. Bukan berarti bahwa akal dan kekuatan tidak berguna, sama sekali tidak. Akal dan kekuatan kita tetap kita pakai tetapi semuanya dialaskan pada keyakinan pada Tuhan.


3. Bersyukur atas  keselamatan dari Tuhan


Banyak kisah-kisah sedih yang terjadi pada pengalaman sehari-hari. Ada orang lupa diri, tidak mengingat perbuatan baik orang lain. Ini dialamatkan apda ungkapan: "Lupa kacang pada kulitnya". 

Kisah sedih: "air susu dibalas dengan air tuba". Sifat manusiawi yang tidak tahu bersyukur, malah lupa diri dan membalaskan yang baik dengan yang jahat. 


Mazmur 107 ini merupakqn Mazmur yang mengajarkan kita akan komitmen di hati yang mengingat perbuatan dan pertolongan Tuhan dalam hidup. 


Di dalam PL ada istilah Nazar, suatu janji iman seseorang yang bermaksud memberikan ucapan syukur karena telah merasakan pertolongan atau perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Nazar ini harus ditepati bila tidak dianggap sebagai hutang. Penjelasan nazar ini sangat banyak kita temukan di dalam PL. Intinya seseorang yang berjanji menyampaikan ucapan syukur atas berkat atau perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Nazar ini merupakan sesuatu yang harus dibanyar.  Mazmur 22:25 (TB)  (22-26) Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. 


Mengapa pemazmur mengajak umat menyampaikan syukur atas perbuatan Tuhan. Disini pemazmur hendak mengingatkan bahwa keselamatan bersumber dari Tuhan. Kita yang telah menerima keselamatan itu harus mengingat Allah. 


Dalam tradisi Israel ada yang disebut dengan Credo. Suatu pengakuan bahwa bangsa Israel dahulu budak di Mesir tetapi karwna tangan tuhan yang kuat membebaskan mereka dari Firaun. Cresdo selalu diulang-ulang generasi ke generasi agar mereka tidak melupakan perbuatan Tuhan.


Sahabat hang baik hati, baiklah kita merenungkan sejenak senauh mana perjalanan yang kita temouh saat ini. Apakah ini semua karena kekuatan kita senidiri? Kotbah ini mengingatkan kita kembali. Jika kita bisa berjalan hingga di titik ini, semuanya karena kebaikan Tuhan. Marilah ucapkan syukur kepada Tuhan. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


 

Sabtu, 15 Juni 2024

HIDUP KARENA PERCAYA BUKAN KARENA MELIHAT

 Kotbah Minggu III Stlh Trinitatis

Minggu, 16 Juni 2024

Ev. 2 Korintus 5:6-11



HIDUP KARENA PERCAYA BUKAN KARENA MELIHAT


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, hidup orang percaya didasarkan pada iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Ada banyak orang berpengharapan karena ada bukti yang dilihat, padahal apa yang kita lihat bisa saja seperti fata morgana, hanya banyangan saat mendekat apa yang dilihat tidak nyata. Berbeda dengan iman, iman adalah bukti dari segala sesuatu yang kita harapkan. Allah menghendaki kita beroleh hidup yang kekal, jalan menuju itu telah disediakan melalui Yesus Kristus. Inilah yang kita percayai, Allah telah melakukan penebusan bagi kita di dalam Yesus Kristus dan kita beroleh hidup yang kekal.


Bagaimana kita percaya kepada hal yang tidak dilihat? Memang dunia ini semakin rasional dan semakin sulit untuk percaya pada hal yang tidak kelihatan. Namun pernyataan Yesus terhadap rasul Thomas meyakinkan kita bahwa hidup dalam iman bukan didasarkan pada yang dilihat. Yohanes 20:29 (TB) Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."


Kotbah minggu ini cerita pengalaman rasul Paulus, bagaimana dia menjalani hidupnya sebagai pemberita Injil, sekalipun banyak tantangan, hambatan, disesah bahkan dianiaya namun tidak pernah berputus asa. Energinya seolah tak habis, semangatnya tak pernah surut tetapi semakin melimpah karena dasar dari semua pelayanannya adalah percaya pada hidup yang kekal. 


Paulus memberikan pemahaman baru, bukan tanda yang kelihatan seperti yang dikehendaki Yahudi, bukan pula usaha manusia sehingga beroleh keselamatan tetapi bukti iman ada pada Yesus yang disalibkan , mati dan dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga. Itulah dasar percaya kita menjalani kehidupan ini. 


Sebelum memasuki kehiduoan kekal, Paulus menyadarkan kita bahwa hidup yang kita jalani sekarang ini adalah sementara. Paulus membuat contoh kemah seemntara. Sama seperti seorang pengembara dalam menuju perjalanan, untuk sementara membuat kemah. Kemah itu hanya semantara dan saat pergi akan dibongkar. Demikianlah Paulus melihat perjalanan hidup orang percaya menuju kehidupan kekal. Dunia yang kita hidupi sekarang dengan segala dinamikanya: dimana kadang ada kesedihan, kadang bahagia, kadang dihina, kadang dipuja semuanya itu berlalu. Fokus Paulus adalah sampai berlabuh sampai memasuki kehidupan yang kekal. 


Baiklah kita mengambil beberapa pelajaran penting dati kotbah minggu ini dari 2 Korint 5:6-11 bagaimana lita menjalani dan menyikapi penderitaan di dunia ini. Paulus memiliki energi tanpa batas, sekalipun banyak tantangan dan hambatan namun tak surut dalam melakukan tugas panggilan. Kita inilah rahasia spirit pelayanan Paulus. 


1. Tabah dan bersabar dalam kemah sementara ini.

Paulus menjelaskan bahwa hidup di dunia ini ibarat tinggal dalam kemah sementara. Itulah sebabnya kehiduapn orang percaya digambarkan sebagai musafir: yang berjalan melintasi kota demi kota hingga tujuan akhir. Kemah sementara ini bisalah kita sebut seperti perjalanan umat di padang gurun, mereka berjalan dan berkemah. Ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk berjalan, mereka pun berjalan. Ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk berkemah, maka mereka pun berkemah. Demikianlah mereka menempuh perjalanan gurun selama empat puluh tahun hingga sampai di Kanaan, tanah perjanjian. 


Selain sementara, istilah kemah disini bisa mengingatkan kita tentang hari raya pondok daun, bangsa Israel keluar dari rumah dan tinggal di pondok yang terbuat dari daun-daunan. Hal ini dilakukan sebagai edukasi bagi bangsa Israel bahwa leluhur mereka dulu berjalan di padang gurun, berpindah dan tidak mwnetap tujuan mereka adalah Tanah Perja jian. Kita mengahadapi penderitaan, pergumulan dan berbagai kesulitan hidup baik yang datang oleh diri sendiri maupun dari luar diri sendiri. Dalam kemah sementara ini, kita harus memiliki kesetiaan dan ketaatan demi kemah yang kekal, orang yang bertahan dalam iman dan setia kepada Kristus itulah yang memperoleh kemah yang kekal. 2 Korintus 5:1 (TB) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.


Hidup dalam kemah yang semetara ini adalah fana, berubah-ubah dan dapat dibongkar sewakt-waktu: ini adalah gambaran kehidupan manusia yang bisa berubah-ubah: kadang bersuka, kadang berduka, hidip yang penuh dinamika dan tak ada kepastian yang abadi. Orang yang kaya sekalioun dapat jatuh miskin, orang yang terhormat dapat jatuh karena tak menguasai diri dsri tindakan amoral. Bagi orang percaya hidup di dalam kemah yang sementara ini harus tahan atas segala cobaan, sabar dalam kesesakan dan tegap dalam pengharapan demi kemah yang abadi, yaitu kehidupan Sorgawi, yang kekal penuh bahagia. Dalam keadaan demikian memang wajar kita mengeluh dan berpeluh: 

2 Korintus 5:4 (TB) "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup." 


Artinya bila beban menekan bertahanlah karena beban yang berat akan ringan bersama Kristus (Matius 11:28), setiap beban yang kita pikul adalah beban yang bisa kita tanggung, Allah tak mungkin membebani kita diluar kesanggupan kita. Apa yang membuat orang percaya bertahan dalam tekanan? Paulus menjawab Roh Kudus yang tekah dicurahkan bagi orang percaya adalah energy atau sumber kekuatan dalam menghadapi segala tekanan. Roh akan menghibur, Roh akan menguatkan dan Roh akan mengajari orang percaya akan apa yang harus dilakukan dan dikatakan dalam setiap pergumulan. Roh Kudus telah dikaruniakan bagi kita sebagai jaminan. 2 Korintus 5:5 (TB) "Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita."


Hidup ini sementara, bila keberhasilan dan kemujuran menimpa hidupmu tetaplah rendah hati, jangan sampai keberhasilan membuat sombong dan lupa diri karena kumujuran atau keberhasilan yang didapat ada waktunya akan berlalu.


2. Berusaha untuk berkenan kepada Tuhan

Iman kekristenan didasarkan pula Allah berkenan. Kita masih ingat saat Yesus dibaptis oleh Yohanes, maka terbukalah langit dan turun Roh Kudis berupa merpati dan terdenfan suara: "inilah AnakKu yang kukasohi, kepadaNyalah aku berkenan."

Allah telah berkenan kepada manusia melalui Yesus Kristus. Sesungguhnya oleh dosa, kita telah terasing dari Tuhan, namun oleh kasihNya Allah mau berkenan kepada kita. Jika Allah berkenan, maka respon kita adalah seorang yang beriman memiliki tanggung kawab melakukan yang berkenan kepada Allah.


Di dalam dunia yang semantara ini tentu banyak hal yang membuat kita bergumul dan terbeban. Tuhan sendiri telah menyatakan maksud dan kehendakNya, namun telah berusaha melakukanNya? 


Bagaimana kita berkenan kepada Tuhan? Hal yang harus kita sadari adalah selalu Allah berkenan kepada kita. Dia memanggil kita dan bersedia dijumpai dan disapa kapan pun dan pada saat bagaimana pun. Allah itu baik, Dia menunggu setiap orang datang untuk hidup bergaul dengan Tuhan. 


Dalam percakapan sehari-harus, jika diajak untuk ikut terlibat dalam pelayanan sering ada ungkapan: 'hidup saya masih jauh dari Tuhan.' Sadar akan kekurangan, namun tidak ada upaya memperbaiki dan berusaha agar berkenan kepada Tuhan. 


Berusaha berkenan kepada Tuhan, adalah sikap dari dalam hati yang mau melakukan kehendak Allah. Berkenan kepada Allah berarti usaha dan tindakan orang percaya dalam hidup ini yang melakukan dan menuruti kehendak Allah. Yesua sendiri menegaskan: carilah dahuku kerajaan Allah maka semua itu akan ditambahkan kepadamu." (Mat 6:33)


3. Sadarilah pengadilan Tuhan akan datang


Pada bagian ketiga ini, Paulus mengingatkan akan penghakiman akhir. Setiap orang akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. 

 

2 Korintus 5:10 (TB) Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. 


Mengapa manusia menghadap takhta Tuhan mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat? Hidup ini adalah milik Allah, kita menerima mandat Allah selama hidup di dunia ini. Maka mandat yang diberi akan kita pertanggungjawabkan kepada sang pemilik kehidupan. Jadi kehidupan setelah kematian akan menentukan apa yang kita perbuat di dunia ini. Namun bukan sama dengan. Pemahaman reinkarnasi, di kehidupan mendatang akan lebih baik jika telah hidup dengan baik. Kekristenan memahami kehidupan setelah kematian adalah upah orang percaya. Barang siapa percaya beroleh hidup yang kekal.


Siapapun kita dan apa yang kita perbuat di dunia ini terekam dihadapan Allah, tidak ada yang tersembunyi sedikit pun. Allah maha tahu dan pengadilannya akan menentukan kemana kita di kehidupan abadi. 

Mungkin langsung muncul pertanyaan, apakah perbuatan menentukan kehidupan kekal? Sama sekali tidak, kita diselamatkan oleh karena iman. Keselamatan ada di dalam Yesus Kristus, sebagai buah iman perbuatan apa yang telah kita lakukan sepanjang hidup? Sebagai orang yang percaya harus mempertanggung jawabkan hidup kita di dunia ini.


Korbah minggu ini mengingatkan kita akan pengadilan Tuhan. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak



Sabtu, 08 Juni 2024

TUHAN MENGUATKAN HAMBA-HAMBANYA

 Kotbah Minggu II Stlh Trinitatis

Minggu, 9 Juni 2024

Ev. 1 Samuel 8:4-11




TUHAN MENGUATKAN HAMBANYA 


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, perubahan membutuhkan pengorbanan, pengorbanan beralih dari situasi lama kepada tuntuan situasi baru yang lebih baik. Dalam kekristenan perubahan lebih tepat disebut transformasi, perubahan dari manusia lama kepada manusia baru. Dasar dari transformasi hidup orang percaya didasarkan pada pengorbanan Yesus Kristus. 


Dalam terori sosial ada banyak istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan seperti, revolusi, reformasi dan transformasi. Revolusi gerakan rakyat melakukan perubahan dengan perlawanan dan kekerasan. Reformasi menekankan pada perubahan sistem didasarkan pada kebenarna sedangkan transformasi menekankan gerakan yang tuntutan adanya perubahan fundamental yang dimulai dari atas agar bisa berubah dari situasi buruk yang lama kepada situasi baru yang lebih baik.  Transformasi menekankan perubahan itu dilakukan mulai dari atas dan turun ke bawah, perubahan dari pemimpin tertinggi mengalir kepada arus bawah di semua level. Jika suatu masyarakat mengharapkan ada perubahan maka harus dimulai dari pemimpin itu sendiri. Masyarakat tidak berubah dengan sendirinya kalu perubahan perilaku pemimpinnya tidak berubah. 


Dalam kotbah Minggu ini, Samuel menghadapi desakan dari tua-tua Israel adanya perubahan: mereka ingin menjadi sama dengan bangsa lain dengan adanya raja menjadi pemimpin bagi bangsa Israel.  Desakan itu nyata karena ada ancaman krisis kepeimpinan, setelah Samuel tidak ada yang bisa diharapkan dari anak-anaknya sehingga muncul desakan agar diangkat seorang raja seperti bangsa asing. 


Dalam menghadapi perubahan inilah kotbah Minggu ini mengangkat topik: "Tuhan menguatkan hambaNya". Ada dua sasaran, yang pertama Samuel sendiri yang harus kuat menghadapi tuntutan para tua-tua Israel dan Samuel juga menguatkan umat Allah, bahwa dalam sistem kerajaan bahwa Israel harus menerima realitas baru, raja yang akan memerintah akan betugas mensejahterakan rakyat namun disisi lain ada tanggung jawab rakyat terhadap raja. Disinilah peran Samuel yang luar biasa menyeberangkan bangsa Israel menuju sistem baru dalam kepemimpinan di Israel. Samuel memimpin masa krisis dari imam Eli dan menghantarkan bangsa Israel kepada sistem baru yaitu kerajaan. 


01. Transisi kepemimpinan

Sebelum kerajaan memang Israel dipimpin oleh seorang imam yang kita sebut sebagai hakim. Mereka belum menganut suatu sistem pemerintahan, namun semacam komunitas yang dipimpin langsung oleh seorang pemimpin kharismatis, yang memimpin mereka berdasarkan petunjuk Allah. Pemimpin demikian dalam Alkitab disebut sebagai kepemimpinan hakim-hakim. Jika Komunitas Israel diganggu oleh bangsa asing, maka Allah sendirilah yang memanggil dan memilih seorang pemimpin bagi mereka menghempang musuh sehingga mereka terbebas dengan tekanan bangsa asing. Dalam kepemimpinan hakim-hakim otoritas kepemimpinan itu merupakan hak mutlak Allah. 


Namun dalam 1 Samuel 8 ini ada desakan yang semakin deras dari umat Israel agar mereka dipimpin oleh seorang raja; sama seperti bangsa asing. Selain itu ada memang titik rawan regenerasi dari Samuel kepada adank-anaknya. Jika Samuel adalah hamba Allah yang memimpin Israel dengan penuh kharisma dan melakukan apa yang baik di mata Tuhan, berbeda dengan anak-anaknya: Yoel (anak yang sulung), Abia (anak kedua) mereka tidak seperti ayahnya Samuel. Mereka tidak hidup seperi ayahnya, mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan (1 Samuel 8:3). Keadaan itu semakin tidak terkontrol karena Samuel sudah tua. Pengalaman seperti Imam Eli, seorang hamba Allah yang setia namun anak-anakNya Hofni dan Pinehas melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Ini pergumulan seorang hamba Tuhan, yang melakukan dengan setia tugas-tugasnya dengan baik namun tidak diikuti oleh anak-anaknya. Ini adalah suatu fakta sejarah yang sangat digumuli oleh Alkitab. 


Oleh keadaan demikian, para tua-tua Israel mendesak Samuel untuk memberikan kepada mereka seorang raja, yang memimpin mereka sama seperti bangsa asing. Pergumulan berat ini membuat Samuel keberatan, ini pertanda sebagai penolakan kepada Allah. Namun Samuel tidak mengandalkan pikirannya, dalam kedaan terdesak demikian Samuel sebagai imam tetap memohon petunjuk kepada Allah, agar keputusan itu bukan keputusan pribadinya, namun sebagai petunjuk dari Allah. Maka Samuel pun berdoa dan memohon kepada Allah. Allah sendiri menguatkan Samuel, memberikan petunjuk bahwa sesungguhnya bukan Samuel yang mereka tolak. Dengan meminta raja bagi mereka maka mereka sendiri sesungguhnya menolak Allah. Permintaan umat itu pun dipenuhi dengan berbagai syarat.


02 Menerima konsekwensi perubahan

Atas permintaan Israel meminta dipimpin oleh seorang raja, maka Israel pun harus menerima konsekwensi pemerintahan baru ini. Jika mereka dipimpin oleh seorang raja mereka harus memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dan merupakan hak seorang raja. Jika selama ini mereka dipimpin oleh seorang Hakim yang memimpin mereka dengan kepemimpinan spiritual tanpa kewajiban sipil, maka beda dengan mereka menjadi suatu sistem kerajaan. Samuel sendiri memberikan beberapa perubahan besar adalam sistem kerajaan. Pemberitahuan ini sangat penting sebagai syarat menjadi sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja. 


Adapun hak-hak raja yang harus mereka penuhi adalah:

2.1. anak-anak mereka akan menjadi pasukan perang, semacam wajib militer yang mengawal raja pada pasukan kereta, pasukan berkuda dan pengawalan raja lainnya. Mereka akan dikomando berdasarkan hirarki seperti hirearki militer dari komandan regu, pleton, batalyon dan kodam serta panglima. 


2.2. Rakyat harus memperlengkapi pelengkapan senjata perang raja, untuk itu mereka harus bekerja untuk raja dengan megejarjakan ladang untuk membelajakan perelngkapan senjata perang.


2.3. Anak-anak perempuan mereka akan dipekerjakan sebagai juru masak, juru minum aja. Ini adalah suatu budaya baru dalam sistem kerajaan. Dana tidak ada alasan menolak bahwa jika putri-putri mereka dipanggil Raja untuk kebutuhan istana.


2.4. Rakyat harus memberikan pajak, sebahagian dari penghasilan ladang, kebun anggur dan penghasilan mereka akan diambil menjadi pajak bagi raja. Raja berhak menentukan besaran berapa pajak kepala dan penghasilan rakyatnya. Dalam hal ini Samuel menentukan sepuluh persen (10%) dari penghasilam meraka baik dari ladang, kebun, ternak menjadi pajak untuk raja. 


Demikianlah beberapa hak raja yang diberikan oleh Samuel menjawab permintaan umat Israel yang meminta seorang raja bagi Israel. Namun anehnya segala perubahan besar yang mengambil resiko dan beban yang mereka tanggung atas perubahan sistem dengan memberitahukan segala hak-hak raja dan kerugian mereka, namun mereka tidak mundur dari permintaannya, mereka terus mendesak Samuel yang meminta seorang raja.

1 Samuel 8:19-20 (TB)  Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami; maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."


Hak-hak raja ini diberitahukan oleh Samuel agar umat Allah menyadari perubahan yang akan terjadi dan segala konsekwensinya. Alangkah aneh jika ada orang mau menikmati buah dari perubahan, namun tidak sudi melakukan konsekwensi perubahan itu sendiri. 


Mengingatkan hal ini Yesus juga mengajar murid-muridnya. Matius 9:16-17 (TB)  Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.

Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."


Disini Yesus juga mengajarkan bahwa perubahan harus diterima dari pandangan perubahan itu sendiri. Ilustrasi kain dan anggur yang disebutkan sangat tepat untuk menerima konsekwensi yang baru. Dalam menjalani konsekwensinya maka hal selanjutnya adalah mengelola perubahan. 


03. Memimpin perubahan - Tuhan menguatkan hambaNya.


Samuel tidak membiarkan Israel memasuki perubahan dengan cara dan pola pikir mereka, namun memberitahukan secara jelas segala konsekwensinya dan mengelola perubahan yang terjadi.


Sesungguhnya permintaan seorang raja bagi umat Israel adalah berawal dari kondisi regenerasi kepemimpinan Samuel kepada anak-anaknya yang kurang baik. Anak-anak Samuel tidak seperti ayahnya, namun mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, mengejar suap dan memutar balikkan keadilan. Sementara itu umat Israel membutuhkan pemimpin yang  baik, memimpin mereka dengan keadilan dan kebenaran. Di lain pihak melihat bangsa-bangsa asing, mereka hendak sama dengan bangsa asing. Umat Allah yang khusus itu meleburkan dirinya menjadi umat yang sama seperti bangsa ading dipimpin oleh seorang raja. Alhasil adalah segala resiko, konsekwensi dan seluruh kewajiban terhadap raja mereka harus tanggung. 


Ini pertanda, dalam keadaan yang kurang berterima, Tuhan sesungguhnya campur tangan dalam sejarah dan kehidupan umatNya. Tidak ada yang salah pada diri Samuel, namun anak-anaknya tidak mengikuti jejak Samuel. Rakyat pun chaos dan akhirnya meminta suatu perubahan. Dalam keadaan yang tidak berterima, Allah turut bekerja. Allah akhirnya menerima permintaan umat Israel, sehingga mereka memiliki sistem baru dalam sejarah Israel, yaitu sistem kerajaan. Namun raja yang diangkat tetap dalam konsepsi theokrasi, karena raja itu sendiri dipilih dan ditetapkan oleh Allah.


Point pertama disini adalah kita percaya dalam perubahan ada biasa saja ada kegamangan, ada kekuatiran ada mungkin ketidak pastian. Tetapi menerima realitas begitu saja tidak akan ada perubahan maka hanya menunggul lonceng kematian tiba.  Dalam kotbah Minggu ini, Tuhan menguatkan Samuel bahwa Allah ikut campur tangan. Allah sendiri memahami kegalauan Samuel sehingga Allah sendiri mengatakan bukan Samuel yang mereka tolak, namun Allah sendiri.  Apa ya g kita baca dari keadaan ini, Allah memahami diri Samuel dan menguatkannya.


Kedua, Allah sendiri yang memimpin perubahan, Allah yang menetapkan siapa yang menjadi raja dan Allah sendiri yang menetapkan hak-hak raja yang harus mereka penuhi. Artinya beralih menjadi sistem kerajaan, bukan berarti kepasrahan Samuel atas desakan tua-tua Israel, namun dalam menjalankan yang baru ini, Samuel atas petunjuk Allah ikut terlibat langsung mengelola perubahan di tengah-tengah Israel.


Ketiga, memimpin masa transisi ini saya jadi ingat pelatihan "Change Manajement"  - mengelola perubahan. Tentu perubahan tanpa kelola sama saja dengan arus deras yang menghayutkan atau ibarat banjir bandang yang memporak poranda. Di dalam perubahan itu ada dua hal bersamaan itu: tantangan dan peluang. Takut pada tantangan tidak akan perbaikan. Memilih perubahan tanpa memonitorinfnya juga akan sia sia karena peruba yang diharapakan tidak akan datang atau terjadi dengan sendirinya tetapi perubahan itu bisa terjadi jikalau dikelola dengan usaha dan kerja keras, melakukan mitigasi atas dampak yang muncul dan mengatasi segala resiko yang ada. 


Dalam mengelola perubahan masa transisi di Isfeal dsri sistem keimaman kepada kerajaan Allah melibatkan Samuel untuk melantik Saul, saat Saul tak setia atas petunjuk Allah, Samuel mengangangkat dan menetapkan Daud menjadi raja.


Sahabat yang baik hati! Bagaimana kita menjalani kebidupan saat ini di dunia yang terus berubah?  Kotbah minggu ini menjadi pegangan bagi kita. Tuhan campur tangan dalam setiap perubahan dan percaya Tuhan menguatkan hamba-hambaNya mengelola perubahan. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 01 Juni 2024

KUASA TUHAN TETAP NYATA

 Kotbah Minggu I Stlh Trinitatis,

Minggu, 2 Juni 2024

Ev. 2 Korint 4:5-12




KUASA TUHAN TETAP NYATA


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah pada minggu pertama setelah trinitatis ini, disapa dengan semangat pelayanan Paulus atau kita sebutlah "spirit pelayanan Paulus." Sekalipun banyak tantang namun tidak sedikit mundur untuk memberitakan Injil. Paulus dengan penghayatan yang dalam akan panggilan terus melangkah memberitakan Yesus Kristus. Mengapa spirit pelayanan Paulus tidak pernah surut, jawabnya Paulus percaya bahwa kuasa Tuhan tetap nyata. 


Sahabat yang baik hati! 

Dalam mengemban amanat pengutusan Tuhan Yesus Paulus menghadapi tantangan yang luar biasa, dari eksternal seperti kaum Yahudi, Romawi dan penolakan masyarakat di mana Paulus memberitakan Injil. Dari kalangan Yahudi mereka sangat menentang kekristenan karena dianggao bidat.  Sedangkan kaum Romawi selalu menganggap curiga aktifitas para murid yang kerjasama dengan pemberontak terhadap kekaisaran Romawi. Sedangkan dari masyarakat ada saja kelompok Masyarakat menolak kehadiran Injil karena dianggap ajaran baru yang merusak.

 keyakinan lama. Seperti di kota Efesus misalnya ada kerusuhan karena para ahli patung takut kehilangan pekerjaan karena dengan kehadiran Injil orang tidak lagi mau membeli patung. Masih banyak.kasus yang dihadapi pemberita Injil atas penolakan Injil, namun selalu ada orang yang dipakai Tuhan untuk menopang Injil dan berdirinya gereja.


Selain tantangan dari luar, ada juga tantangan yang.muncul dari dalam kekristenan itu sendiri. Rupanya ada ya g menghasut bahwa Paulus itu bukanlah rasul, dia bukan dari 12 murid dan Injil yang diberitakannya juga tidak lengkap dll. Tuduhan semacam itu membuat Paulus sedih dan terpaksa harus bicara dan membuat pembelaannya. Agar para penghasut dan pemberita Injil Palsu berhenti mengacaukan jemaat.


1. Bukan diri kami yang kami beritakan


Bagi Paulus hidupnya adalah panggilan untjk memberitakan Injil Yesus Kristus. Semua pelayanannya diabdikan untuk menyukakan hati Tuhan. Jadi bukan dirinya tetapi untuk Kristus.  Inilah yang ditegaskan oleh Paulus dari kotbah minggu ini bahwa dia melakukan pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. 


Penegasan itu muncul karena ada saja pihak-pihak tertentu yang membawa kabar tidak benar tentang Paulus. Selain itu ada guri-guru palsu yang mengatasnamakan Injil namun sesungguhnya bukan Kristus yang diberitakan.  Maka dalam Surat ke Filipi ini Paulus mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah


Bagi Paulus panggilan memberitakan Injil  adalah kepercayaan yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).  Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul 9, 1-19a;  kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi Pemberita Injil.  Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”


Apa yang hendak ditegaskan oleh Paulus dari 

2 Korintus 4:5 (TB)  Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. 

Pertama mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari kita pusatkan untuk menyukakan  Tuhan.


Kedua Paulus menyadari dirinya siapa dalam pemberitaan Injil, dia sebelum bertobat adalah orang yang menejar dan menganiaya jemaat. Ini masa kegelapan, dana masa gelap itu ditegaskan dengan mengalami buta selama tiga hari. Namun panggiln Kristus yaitu terang memperbaharui hidupnya.  Paulus menerima Injil melalui penyataan menerima, dia bertobat dan diutus menjadi rasul kepada non Yahudi. Kisah pertobatan Paulus ini diberitakan sebanyam e kali dalam.Kisah Para rasul, yaitu  Pasal 9, 1-18, Pasal 22:1-22 dan 26:12-23.

Paulus menceritakan perobatannya sampai tiga kali sesunggihnya hendak menyamoaikan bahwa Dia menyadari sepenuhnya masa lalunya yang gelap, pengejar dan penganiaya jemaat namun dirubah Tuhan menjadi pemberita Injil. Masa gelap ini ditandai secara lahirah dia buta, namun Kristus mencelikkannya melalui hambanya Ananias. Dulu dia berlari untuk mengejar dan menganiaya jemaat namun setelah terbir tersng, dia berlari untuk memberitakan Injil dan mendirikan jemaat. 


2. Hidup kita di dunia ini seperti bejana tanah liat.

Hal menarik kedua dari kotbah minggu ini adalah Paulus menyadari tentang hidup yang kita hidupi saat ini adalah fana atau sementara. Kita hidup di dunia yang mudah rusak oleh waktu. Hidup manusia  di dunia ini sementara, tidak ada yang abadi serta mudah rusak dan rapuh. Paulus mengingatkan hidup kita dari tanah liat, dan tidak afa yang sapat dibanggakan, jika bukan Tuhan yang membentuk dan menghembuskan nafas kehiduoa kita adalah tamah liat. Maka biarlah apa yang kita lakukan hendaknya memuliakan nama Tuhan. 


Selain tanah liat mungkin bisa juga kita contohkan bahwa hidup kita seperti tembikar. Tembikar adalah bejana yang terbuat dari tanah liat. Tembikar biasa berupa perkakas rumah atau hiasan lain yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia. Tembikar dapat dihiasi dengan permainan warna-warni agar rupanya cantik, menarik dan unik. Tembikar ini banyak kita temukan berbentuk periuk, guci, vas bunga atau hiasan lainnya yang menarik. Tetapi hiasan tembikar ini sangat rapuh, jika jatuh akan mudah pecah berkeping-keping. Jika pecah dia tidak dapat diperbaiki lagi dan sama sekali tidak berguna lagi.


Bejana tembikar atau bejana tanah liat  dipergunakan oleh Paulus sebagai contoh untuk menjelaskan keberadaan manusia di dunia ini. Harta, kekayaan dan apa pun yang dimiliki di dunia ini adalah fana, sifatnya sementara saja dan akan berlalu.  Sehubungan dengan itulah rasul Paulus mengingatkan bahwa apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah sementara,  dapat rusak seketika, rapuk dan tak berharga. Orang percaya memiliki Harta yang kekal yang abadi yaitu harta sorgawi yang dianugerahkan Tuhan bagi kita, yaitu: kehidupan yang kekal.


Tembikar dapat dibentuk dengan warna warni dan rupa yang menarik dan bernagai fungsi tetapi semua sementara saja. Orang percaya harus berpegang teguh pada harta yang kekal. Sekalipun untuk mempertahankan harta yang abadi harus berjuang, menahan rasa sakit dan menjalani rupa-rupa penderitaan. Penderitaan tak membuatnya surut tetapi tetap bertahan karena dengan jalan demikianlah orang percaya diuji apakah setia sampai akhir. 


Dengan contoh bejana tanah liat ini Paulus mengajak jangan sampai ada orang percaya kehilangan harta yang kekal karena harta yang sementara ini. Ibarat perabot dan alat yang kita gunakan juga adalah sementara saja sifatnya karena itu jangan hanya karena harta yang fana dn cepat rusak itu kita kehilangan harta yang paling berharga yaitu kehidupan yang kekal.


3. Kuasa Tuhan tetap nyata: dihempaskan namun tidak binasa. 


2 Korintus 4:9 (TB)  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.


Panggilan menjadi murid adalah panggilan untuk ikut menderita. Dalam menjalani penderitaan kuasa Tuhan tetap nyata.  Sama seperti kisah-kisah abdi Allah yang setia di dalam iman. Anda masih ingat cerita Daniel dilemparkan ke tungku api yang menyala-nyala bukan? Mereka yang dicampakkan itu tiga orang: Sadrak, Mesak dan Abednego namun mereka tidak terbakar. Orang yang mencampakkan merrka ke tungku api sudah mati terbakar karena panasnya namun mereka tak sehelai rambut pun terbakar dan anehnya menurut penglihatan raja Nebukadnezar mereka menjadi empat orang. Bukankah mereka dicampakkan tiga namun mengapa mereka jadi empat?  Tuhan menyertai mereka dalam penganiayaan. Tuhan tidak membiarkan hambaNya sendirian dalam menjalani semua penganiayaan.


Hal serupa yang dirasakan oleh Paulus dan rekan sekerjanya dalam memberitakan Injil. Begitu banyak tantangan yang mereka hadapi seolah kesusahan dan penderitaan saja. Dikejar-kejar dianiaya penguasa, sering ditangkap dan dipenjarakan. Mereka menghadapi propoganda dari kalangan orang yang tidak menghendaki Injil diberitakan, dibenci kalangan Yahudi dan banyak lagi sungut-sungut dan permasalahan dari jemaat hasil PI. Lain lagi taruhan nyawa dalam perjalanan: binatang yang ganas, perompak dan badai yang menghantam perahu mereka ketika berlayar dan terdampar ditempat yang tidak mereka ketahui. Namun dalam semua itu Paulus merasakan pertolongan Tuhan. Bahkan dalam setiap kuslitan Paulus berkesempatan berbuat baik bagi orang lain. Tuhan tidak membiarkan sendiri, Tuhan itu ada setiap saat menolong mereka dari berbagai penderitaan.


2 Korintus 4:8-10 (TB)  

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; 

kami habis akal, namun tidak putus asa;

kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, 

kami dihempaskan, namun tidak binasa.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, 

supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.


Rencana Tuhan memang selalu di luar pikiran manusia. Dalam semua pengalaman yang dialami sendiri menjadi kekayaan bagi Paulus memberitakan Injil. Semua yang dialaminya menjadi kesaksian berharga membuat orang semakin percaya kepada Injil yang diberitakan oleh Paulus dimana dia melayani. Allah menjadikan tantangan bukan mempersulit Paulus namun melatihnya untuk mempermudah orang yakin karena kesaksian dari pengalaman hidupnya langsung.


Banyak kisah para pemberinta Injil yang menghadapi penderitaan, bahkan telah mati martyr namun hidup mereka pastilah tidak sia-sia bahkan menjadi benih kebaikan seperti ungkapan Bapak gereja Tertulianus: "darah orang martyr adalah benih gereja". 


Di tanah Batak misalnya penginjil Munson dan Lyman harus mati martyr namun tak membuat missionaris takut datang ke tanah Batak.  Nommensen dkk datang memberitakan Injil dan banyak orang Batak percaya kepada Injil Yesus Kristus. Demikian dengan daerah-daerah lainnya. Kesulitan yang mereka hadapi bukanlah menjadi penghalang dalam PI tetapi pengalaman menghadapi kesulitan dan berhasil keluar atas penyertaan dan pertolongan Tuhan menjadi kesaksian berharga. Sehingga setiap orang yang mendengarkan kesaksian hidup missionaries menjadi bukti kuasa Tuhan nyata.


Selamat menyaksikan kuasa Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Tuhan memberkat. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...