Sabtu, 31 Agustus 2024

BERPEGANG TEGUH KEPADA PERINTAH TUHAN

 KOTBAH MINGGU XVI STELAH TRINITATIS

Minggu, 1 September 2024

Ev. Ulangan 4:1-2, 6-9




BERPEGANG TEGUH PADA PERINTAH TUHAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengajak kita untuk tetap berpegang teguh kepada perintah Tuhan. {erintah Tuhan adalah pedoman dan peptunjuk dalam kehidupan kita, mana yang harus kita lakukan dan tidak seharusnya kita lakukan. Setia memelihara perintah Tuhan adalah kunci keberhasilan dan kelangsungan hidup. Hal inilah yang diingatkan oleh Musa kepada bangsa Israel sebelum memasuki tanah Kanaan. Musa mengulangi dan menegaskan agar berpegang teguh pada perintah Allah. Perintah Allah harus dipelihara dengan prinsip yang kuat menghadapi dan menjalani situasi baru di Kanaan; tidak boleh menyimpang ke kri atau ke kanan, mengurangi dan menambahi tetapi harus setia memelihara perintah Tuhan dalam segala keadaan. Selain itu tugas umat Allah harus meneruskan dan mewariskan perintah Allah kepada anak cucu mereka. Hanya itulah jalan untuk menjadikan mereka bertahan dan akan diberkati menjadi bangsa yang besar.


Mengapa pesan memelihara perintah Tuhan ini terus diulang-ulangi? Ini adalah memperingatkan umat Allah, mereka akan memasuki suatu era baru, tinggal di negeri yang makmur berlimpah susu dan madu. Situasi baru dapat membuat orang berubah dan melupakan sejarah. Maka kitab Ulangan menjadi peringatan dan sekaligus nasihat untuk menyegarkan kembali sejarah. Di Kanaan, mereka akan berjumpa dengan kepercayaan Kanaani yang percaya pada baal dan dewa kemakmuran sehingga mereka diingatkan agar tidak tergoda untuk menyembah ilah lain. Jika boleh kita bandingkan, peringatan ini sama seperti orang tua saat memberangkatkan anaknya pergi ke kota lain untuk belajar atau bekerja maka orang tua menyampaikan pesan berharga, petuah dan peringatan-peringatan dalam menghadapi situasi baru. Demikianlah kotbah minggu ini, sebelum memasuki tanah Kanaan, Allah sendiri mengingatkan umat Allah agar tetap setia hidup memelihara perintah Tuhan.


Baiklah kita ambil beberapa pesan Firman Tuhan pada minggu ini kepada kita.


1. Memelihara Perintah Tuhan mutlak, tidak boleh ditambah atau dikurangi.


Saya sangat tertarik menitik beratkan kalimat dari ayat 2: "jangan menambah atau mengurangi" Selengkapnya Ulangan 4:2 (TB)  Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu. 


Dalam suatu organisasi tentulah ada peraturan atau dalam suatumperusahaan ada semacam SOP. Persturan atau SOP ini dirancang agar kepentingan semua orang terakomodir. Namun apa jadinya kalau peraturan atau SOP ibarat pasal karet, saat tertentu Aturan/SOP berlaku, namun pada case tertentu itu tidak berlaku. Allahuallam bukan? Arrinya hal yang menguntungkan misalnya itu dipertahankan, namun kalau hal yang merugikan itu sesuatu yang mesti ditafsirkan.


Alkitab dalam melakukan perintah Allah adalah sesuatu keharusan (imperstif), tidak boleh dikurang atau ditambahkan. Allah sendirilah yang menetapkan perintah itu dan tidak dapat dikurangi atau ditambahkan, bahkan satu titik saja (iota) tidak boleh dikurangi. Artinya perintah Allah adalah utuh dan menyatu yang tidak boleh ditawar-tawar.  Jangan menambah dan mengurangi berarti, Allah menuntut ketaatan, perintahNya adalah keharusan bukan untuk ditawar-tawar atau ditaksir-taksir. Di dalam perintah Tuhan kita mengenal amana kehendak Allah mana yang bukan, mana yang harus dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Jika kita telah mengetahuinya maka apa yang seharusnya mesti kita lakukan. 


Dengan perintah ini, Tuhan menghendaki ketaatan mutlak sebagai umat Allah. Saat Allah berfirman mereka harus mendengar dan saat Allah menyampaikan perintah mereka harus siap sedia melakukannya. Jadi dengan perintah ini, Tuhan menghendaki umat yang taat dan setia kepada Allah.


2. Memelihara perintah Tuhan: hidup bijaksana dan berakal budi


Hal kedua yang menarik dari kotbah minggu ini adalah, siapa yang melihara perintah Tuhan akan hidup bijak sana dan berakal budi. 


Dalam menjalani kehidupan ini, ada hal yang terjadi di luar pemikiran kita. Situasi baru itu bisa berupa ancaman dan bisa juga sebagai kebahagiaan, ada saat susah atau senang. Kesusahan membuat seseorang bisa lupa akan hal baik, dan lupa akan petunjuk hidup yang telah menghantarkan hidup mereka sejauh ini. Oleh karena tekanan bisa lupa akan Tuhan. Demikian halnya dengan kebahagiaan, kesuksesan dan keberuntungan yang didapatkan bisa membuat seseorang lupa diri, sombong dan tak tahu diri. 


Perintah untuk memelihara perintah Tuhan akan membuat mereka hidup bijaksana dan berakal budi. Hidup bijaksana dan berkal buda akan diuji dari kesulitan dan kebahagiaan. Kesusahan yang terlalu berat bisa membuat seseorang terpuruk dan jatuh, sehingga frustrasi dan kehilangan harapan. Namun Orang percaya tidak boleh berputus asa, karena orang percaya menyadari bahwa kita dengan kekuatan diri sendiri tidak akan sanggup menghadapi kesulitan yang menimpa kita. Namun orang percaya harus percaya bahwa Tuhan menjadi penolong dalam hidup ini. Kesusahan membuat kita bijaksana, karena kita akhirnya menyadari bahwa kita tidak boleh berjalan sendiri, tetapi berjalan dalam tuntunan Tuhan. 


Hidup dalam kemujuran juga menjadi tantangan, orang yang tidak berhikmat kemujuran bisa membuat jatuh pada kesombongan, semua keberhasilan dianggap atau kekuatan sendiri. Tetapi orang yang bijaksana jika kemujuran dan keberhasilan terjadi itu semua bersumber pada berkat Tuhan. Orang yang bijaksana akan bersyukur dan mengingat Tuhan.


Hal inilah yang harus kita yakini bahwa orang yang memelihara perintah Tuhan akan hidup bijak sana dan berakal budi karena mereka akan menyadari semuanya yang terjadi adalah bersumber dari Tuhan. Dialah Allah pencipta dan Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan yang memelihara hidup mereka di padang gurun.


Bagaimana bangsa Israel beroleh hikmat dari berpegang kepada Perintah Tuhan? Ada dua hal milik bersama yang diwariskan oleh Israel secara turun temurun, yaitu menetapkan Syema dan Credo. Syema adalah suatu perintah dimana semua orsng akan mendengar perintah Allah (Ulangan 6): Ulangan 6:4-5 (TB)  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  

sementara Credo adalah bentuk pengakuan iman bangsa Israel bahwa Allah sendirilah yang menuntun mereka kekuar dari perbudakan Mesir dan memberikan Kanaan sebagai Tanah Perjanjian.

Ulangan 6:20-21 (TB)  Apabila di kemudian hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allah kita? maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat. 


Syema dan Credo adalah hikmat hidup orang Isrsel, syema adalah kesediaan mendengarkan Allah dan mengasihi Allah. Credo adalah tanggung jawab untuk meneruskan sejarah dan pengalaman lampau bersama Allah kepada generasi demi generasi agar mereka tidak lupa diri dan lupa akan Tuhan.


3. Memelihara perintah Tuhan: menyelamatkan masa generasi umat Allah.


Dalam menjelaskan sejarah Israel, saya selalu mengutip Max Isaac Dimont, penulis buku yang terkenal: Yahudi, Tuhan dan Sejarah - Sejarah Panjang Bangsa Yahudi dari Abad 20 SM  hingga 20 M. Satu keseimpulan dari uraian Max Isaac Dimont bagaimana bangsa Yahudi bertahan dalam berbagai benturan peradaban terletak pada keyakinan, tradisi dan sejarah. Jika bangsa-bangsa lain telah hilang pengaruh dalam perjalanan waktu, berdbeda dengan Yahudi 4.000 tahun mereka tetap sebagai penghasil budaya atau mempengaruhi peradaban. Bangsa Israel mengalami sejarah panjang terhadap pengaruh peradaban asing, pernah dibuang dan pernah tak punya tanah air atau pemerintah namun mereka sebagai komunitas tetap eksis penghasil budaya. Tehnologi yang dinikmati umat manusia sekarang sebagian besar merupakan produk Yahudi. 


Penulis Max Isaac Dimont menyebutkan keyakinan kepada Tuhan, tradisi Taurat dan Pewarisan sejarah yang terus menerus hingga melekat dari generasi ke generasi menjadi sangat menentukan.  Tidak sedikit tantangan bagi Yahudi di berbagai kota, anti semitik dan pemusnahan Yahudi oleh Nazi di Jerman dannjuga kota-kota lainnya namun Yahudi tetap eksis.


Salah satu pedoman dasar dari Yahudi ini diperintahkan dalam Kotbah Minggu ini. Yahudi adalah satu bangsa yang paling setia kepada agama, ini menjadi bukti bahwa bangsa Yahudi eksis adalah didukung oleh faktor keterikatan sejarah. Mereka mewariskan perintah Allah dan pengalaman sejarah masa lampau kepada generasi demi generasi.


Sahabat yang baik hati! bagaimana kita mewariskan sejarah untuk meraih masa depan yang gemilah? Saya mau menceritakan pengalaman saya saat melayani di Jemaat (Jakarta dan di Surabaya). Biasanya usai ibadah keluarga (partangiangan) saya mencoba menggali sejarah orang-orang yang akhirnya berhasil melewati kesusahan. Pertanyaan awal dimana kampungnya  dan bagaimana bisa tiba di perantauan. Mereka menceritakan akan pahitnya kehidupan, jerih dan juang yang jika diingat akan meneteskan air mata. Namun karena pertolongan Tuhan akhirnya bisa melampauhi kesuljtan dan tergolong berada  Sejauh saya amati ada dua tipe orang tua Batak mengingat pahitnya kehidupan:


Pertama, orang tua Batak yang selalau mengingatkan kesusahan orang tuanya. Mereka selalu mengajarkan kita bisa sampai dititik ini karena kepahitan. Maka setiap anak harus sadar diri dan "mamboto lungun". 

Kedua, adalah merupakan sejarah pahit, dia berjuang untuk melupakan masa pahit, anak-anaknya difasilitasi dan masa lalu tidak boleh lagi dialami oleh anak-anaknya maka dia berjuang agar anak-anak menikmati kehidupan dan meraih apa yang dianggap kesuksesan dan keberhasilan.

Kedua tipe ini sama-sama mengingat sejarah namun pendekatan yang berbeda, yang satu mengingatkan kepahitan hidup untuk menghargai keberadaan sekarang dan demi meraih masa depan, yang satu melupakan sejarah mereka hendak menghapuskan ingatan masa lalu yang terlalu pahit.


Sahabat yang baik hati! Kotbah Minggu ini mengajak kita, jangan melupakan pengalaman masa lalu, baik pahit atau manis. Semua itu harus diceritakan kepada generasi ke generasi. Biarlah mereka memilah mana pengalaman beegarha dsri masa lalu sebagai cermin untuk menatap masa depan yang gemilang. Marilah kita tetap berpegang kepada perintah Allah dalam hidup ini. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 24 Agustus 2024

KUAT DI DALAM TUHAN MENGHADAPI TIPU MUSLIHAT IBLIS

 KOTBAH MINGGU XIII STLH TRINITATIS

Minggu, 25 Agustus 2024

Ev. Efesus 6:10-20




KUAT DI DALAM TUHAN MENGHADAPI TIPU MUSLIHAT IBLIS


Selamat hari minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengingatkan kita terhadap tugas dan tanggung jawab orang percaya di dunia ini. Orang percaya hidup di dalam peperangan rohani, mengikuti kehendak Allah melawan siasat Iblis.  Memghadapi siasat iblis ini orsng percaya diibaratkan sama seperti seorang prajurit yang siap sedia setiap saat untuk memenuhi perintah komandannya, setia dan displin dalam melaksanakan tugas memenangkan peperangan. Orang percaya sebagai prajurit Kristus harus siap sedia dan memperlekapi diri menghadapi  peperangan iman. Dalam Kotbah ini Paulus mengaskan orang percaya harus kuat dan memperlengkapi diri dengan perlengkapan rohani. Tanpa perlengkapan senjata rohani ini orang percaya tidak akan kuat menghadapi perjuangan iman. 


Baiklah kita mendalami beberapa pokok penting pesan Tuhan dari kotbah ini untuk kita pada minggu ini:


1. Kuat di dalam Tuhan: Allah sumber kekuatan


Dalam menghadapi peperangan orang percaya harus kuat dan kekuatannya bukan pada kemampuan diri sendiri tetapi di dalam Tuhan (Band Kel 14:14). Tuhanlah sumber kekuatan orang percaya dalam menghadapi semua tantangan. Dalam kotbah minggu ini,  tantangan itu berbagai bentuk perang mental, fisik dan mungkin senjata serta kuasa-kuasa yang tak terlihat (roh). Paulus dalam Efesus 6 ini telah mengidentifikasi musuh Injil yaitu tipu muslihat Iblis. Disebutkan Efesus 6:11-12 (TB)  Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; 

karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.


Dari sejumlah tantangan itu Paulus menyebutkannya dengan satu istilah "tipu muslihat iblis". Istilah tipu muslihat iblis mengingatkan kita tentang kisah kejatuhan manusia dalam dosa. Iblis dengan segala tiou muslihat, dengan bujukan dan pwmutarbalikan kebenaran memperdaya manusia jatuh dalam dosa. 

Paulus dalam Kitab Efesus tipu muslihat Iblis ini bisa berupa keinginan daging, bisa dalam bentuk kekuasaan atau kuasa roh-roh. Tipu muslihat iblis bisa bentuk fisik dan non fisiki, hang kelihatan dan yang tidak kelihatan oleh yang berpengaruh dan berkuasa memperdaya. Tipu muslihat iblis lihai menyembuyikan kebenaran, meniadakan kebenaran, itulah sebabbnya Paukus berkata bahwa Iblis adalah bapak dari segala dusta(Yohanes 8:44).  Tetapi apapun tantangan yang datang itu dan bagaimanapun tipu muslihat iblis beroperasi semua itu harus dihadapi dengan kekuatan dari Tuhan. 

 

Menyemangati orang percaya menghadapi tantangan ini banyak kita temuka dalam bentuk lagu-lagu. Lagu ini memotivasi dan menyemangati untuk maju melawan kuasa Iblis yang beroperasi dalam berbagai cara. Beberapa lagu yang menekankan bahwa orang Kristen maju berperang melawan musuh Injil. Sebagai contoh BE No 791 "O hamu prangan" (Laskar Kristus Maju) atau KJ No 339,dll. Kidung seperti ini menyemangati orang percaya berjuang terus untuk melawan tipu muslihat iblis.


Apakah yang menyemangati kita memghadapi tipu muslihat di jaman kini dan apa kekuatan kita menghadapi tantangan kehidupan kini? Jika kita melakukan identifikasi, tentu banyak perlawanan iman dan bathin yng menerpa kehidupan orang percaya masa kini. 

Mungkin menarik juga apa yang digumuli oleh Sidang Raya DGD September lalu, bahwasesuai dengan thema: Christ's Love moves, jika diterjemahkan Kasih Kristus menggerakkan. Sidang Raya XI DGD ini berlangsung di tengah dunia yang sedang menghadapi berbagai tantangan yang sangat berat, mulai dari pandemi Covid-19 yang belum berakhir, sebaliknya dengan efek domino yang luar biasa; perang yang berkecamuk antara Rusia dan Ukraina, krisis global, ekonomi, pangan, sosial politik, dan krisis ekologi dengan fenomena pemanasan global. Kenyataan dan fenomena ini membayangi dan mempengaruhi keseluruhan penyelenggaraan Sidang Raya di Karlsruhe. “Kasih Kristus Menggerakkan Dunia Ini Menuju Rekonsiliasi dan Kesatuan.”


Secara pribadi dan keluarga,  kita menghadapi tantangan yang menerpa kehidupan kita masing-masing, tantangan itu bisa datang dari luar dan bisa juga dari dalam sendiri. Mungkin saja kita tidak berdaya dan tidak mampu bangkit melawan musuh yang begitu kejam dan bengis. Mungkin sudah diperdaya atau bahkan kita teraniaya, namun dalam ketidak berdayaan kita kita harus mengandalkan kekuatan Tuhan. Paulus menegaskan dalam Filipi 4:13 (TB)  Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 


2. Perlengkapan senjata rohani:


Kuat di dalam Tuhan, sebenarnya telah menyelesaikan pergumulan diatas karwna Kuasa Allah mengatasi segala-galanya. Namun ada hal menarik, bahwa Paulus menegaskan bahwa orang percaya harua memakai perlengkapan senjara rohani. Mengapa Paulus menyampaikan bahwa kita harus memakai perlengkapan? Inilah pemikiran yang realistik dari Paulus. Beriman mengandalkan Tuhan adalah kekuatan kita dan di dalam menjalankan iman itu harus ada perlekapan. Paulus berkata: tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya (Roma 13:14). Sebagai pengikut Kristus, kita terpanggil dan memiliki tanggungjawab untuk mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang. Hal ini merupakan perintah dan kewajiban setiap orang Kristen. Mengenakan artinya memakai, menggunakan, menjalankan atau melaksanakan. Perlengkap senjata adalah alat yang dipakai untuk berperang seperti busur panah, senapan, pistol, pedang, dan sebagainya. Jadi, sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita memperlengkapi diri kita dengan perlengkapan senjata terang, itulah yang menjadi perlengkapan senjata rohani bagi kita untuk berperang melawan roh-roh jahat dan penghulu dunia yang gelap ini. Sebagaimana yang telah dinasihatkan oleh Paulus kepada jemaat Kristen mula-mula. (baca Efesus 6:14-20)


Jadi, sikap yang harus dilakukan oleh pengikut Kristus dalam rangka memperlengkapi dirinya dengan perlengkapan senjata terang adalah sebagai berikut:


1. Berikat pinggangkan kebenaran 

2. Berbaju zirahkan keadilan

3. Berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera

4. Mempergunakan perisai iman, 

5. Menerima ketopong keselamatan  dan 

6. Pedang Roh yaitu firman Allah, 


Jika secara fisik perlengkapan di atas kita gunakan, maka kita akan tampil sebagai prajurit, pahlawan yang harus maju ke medan perang untuk memenangkan peperangan. Maka demikianlah orang percaya menghadapi musuh Injil, mempergunakan kebenaran, keadilan, rajin memberiatakn Injil dan mempromosikan perdamaian, beriman, mengerjakan keselamatan dan hidup di dalam Firman Tuhan.  Sebagaimana KJ No 340 

Hai bangkit bagi Yesus, pahlawan salibNya!

Anjungkan panji Raja dan jangan menyerah.

Dengan semakin jaya Tuhanmu ikutlah,

Sehingga tiap lawan berlutut menyembah (Bandingkan BE 247)


Sebagai Kristen yang sejati, kita harus bangkit bagi Yesus, sebab kita adalah Pahlawan salibNya. Jangan mudah menyerah, setialah dalam peperangan iman hingga akhir. Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita harus seperti prajurit ikut dalam penderitaan Kristus.


3. Berdoa dan berjaga-jaga


Efesus 6:18 (TB)  dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,


Perlengkapan senjata rohani ini sangat berguna untuk melindungi diri dari serangan musuh, namun dibalik semua persiapan dan kelengkapan, hal terpenting juga disampaikan oleh Paulus, yakni: berdoa dan berjaga-jaga. Di dalam doa kita menyadari diri kita sepenuhnya dihadapan Allah. 


Sebagai perbandingan, waktu SMA saya tinggal di Asrama Tentara, kakak ipar saya seorang tentara.  Saya perhatikan mereka apel 5 kali sehari, saat lonceng apel berbunyi mereka sudah harus siap berbaris dilapangan yang sudah ditentukan. Selain di jam Apel, jika bunyi serene dari radio pemancar maka dalam hitungan menit seluruh pasukan sudah harus berpakaian lengkap berbarisdi lapangan. serene itu menjadi perintah bagi semua prajurit untuk memakai lengkap pakaian seorang prajurit.

Itulah contoh kesiap siagaan seorang prajurit, tidak ada alasan ini dan itu saat serene berbunyi semuanya harus siap dengan pakaian PDL Lengkap. Berjaga-jada dalam koteks iman, menurut saya bisa juga sebagai perbandingan. Kita harus siap sedia setiap saat dan berjaga-jaga jangan sampai lengah atau terlelap. 


Kedua adalah berdoa, doa adalah kekuatan orang percaya. Didalam doa orang percaya membuka diri dihadapan Allah dan menyerahkan hidupnya ke dalam Tuhan dan percaya Tuhan akan bertindak seturut dengan kehendakNya.  Tuhan Yesus mengingatkan para muridNya sebelum Ia naik ke sorga, agar mereka senantiasa berjaga-jaga dan berdoa. Paulus berulang kali mengingatkan agar tetap berdoa (1 Tessalonika 5:17, Roma 12:12, dll).


Sebelum Yesus ditangkap di taman Getsemani, Dia berdoa dan meminta agar murid-murid yang bersama denganNya tetap berjaga-jaga.  Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah (Markus 14:38).   Namun kenyataannya muridnya lengah, kantuk berat dan tertidur. Inilah yang diingatkan oleh Yesus agar pertistiwa Getsemane tidak terulang lagi dalam kehidupan orang percaya. Kita harus tetap berjaga-jaga dan terjaga.


Sahabat yang baik hati, sebagai seorang Kristen kita harus tetap kuat dalam menghadapi segala tantangan. Semuanya kita hadapi di dalam Tuhan. Ada perlengkapan rohani atau perlengkapan iman orang percaya.  Dalam semua itu tetaplah berdoa. Amen


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 17 Agustus 2024

BUANGLAH KEBODPHAN, PILIHLAH JALAN HIKMAT

 KOTBAH MINGGU XII STLAH TRINITATIS

Minggu, 18 Agustus 2024

Ev. Amsal 9:1-6



BUANGLAH KEBODOHAN, IKUTILAH JALAN HIKMAT


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini merupakan undangan untuk mengikuti hikmat. Hikmat adalah bersumber dari Allah, dan setiap orang terbuka datang kepada hikmat. Dalam Amsal 1:2-6 (TB) disebutkan arti hikmat, yakni:

untuk mengetahui hikmat dan didikan, 

untuk mengerti kata-kata yang bermakna, 

untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, 

untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda — 

baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan — 

untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. 


Kotbah minggu ini undangan hikmat, selanjutnya menawarkan manfaat hikmat dalam hidup manusia. Hikmat bersumber dari Allah dan Allah sendirilah yang memberikan hikmat bagi manusia yang takut akan Tuhan.


Pengetahuan dan hikmat berbeda, pengetahuan bisa memnghantarkan manusia memiliki kemampuan dan inteligensi yang membanun dan merusak kehidupan, namun hikmat adalah pengetahuan manusia yang dipergunakan untuk membangun kehidupan dan didoroang oleh dasar Takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Ada banyak orang yang memiliki pengetahuan yang luar biiasa, kecerdasan yang sangat tingi namun tidak punya hati dan moral. Hikmat mengundang kita untuk mempergunakan kecerdasan yang dimiliki manusia untuk menbangun kehidupan ini dengan didasari rasa takut akan Tuhan. 


Kotbah minggu ini mengaskan bahwa hikmat bersumber dari Allah, Allah sendiri yang memberikan hikmat dan setiap orang terbuka datang kepada hikmat. Hikmat memberikan manfaat bagi manusia, bukan hanya untuk kebutuhan pokok manusia (papan, makanan dan minuman) tetapi hikmat membawa manusia memahami dan dengan rendah hati mengikuti jalan hidup menurut kehendak Allah. 


Marilah kita imani beberapa pokok penting dalam kotbah Minggu ini,


1. Undangan Hikmat

Hikmat terbuka bagi setiap orang, Allah menciptakan dan menyediakannya bagi semua orang dan undangan itu terbuka kepada semua orang. Hikmat bukanlah milik para rabbi, soko guru dan guru hikmat saja, namun hikmat itu terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakannya. 


Pernah juga ada diskusi yang menarik, dengan pertanyaan dasar apakah kepintaran merupakan faktor genetik atau keturunan? Ada yang setuju ada juga yang tidak setuju. Argumentasi pun beragam, jika itu faktor genetik pastilah orang-orang pintar adalah anak-anak keturunan orang cendikiawan. Argumentsi lain ada yang menekankan faktor lingkungan yang memotivasi dan mendorong orang pintar, ada juga berargumentasi faktor fasilitas yang memudahkan seseorang untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik - sepintar apapun anak-anak kalau tidak didukung fasilitas akan menjadi kendala juga. Namun dipihak lain tidak setuju dengan argumentasi kepandaian adalah hasil dari usaha, kerja keras dan niat yang tinggi dari dalam diri seseorang untuk meraih kepadaian yang dicapainya. 


Demikianlah dengan hikmat, sebagaimana ditekankan dalam kotbah minggu ini. Amsal ini memberikan suatu pernyataan bahwa hikmat itu terbuka bagi setiap orang, hikmat bukanlah milik para rabi, soko guru atau yang dianggap memiliki status sosial yang lebih tingga. Hikmat terbuka itu dan disediakan Tuhan bagi setiap orang. Kuncinya adalah bagaimana kita menggunakan undangan hikmat ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jalani haru-hari dengan penuh hikmat dan kerja keras.  


Selain terbuka dan tersedia bagi setiap orang, hikmat memiliki manfaat positip bagi kehidupan manusia. Dijelaskan dalam kotbah minggu ini, bahwa hikmat itu memberikan kebutuhan manusia baik kebutuhan pokok (makanan dan minuman), sandang dan papan serta kebutuhan lainnya. Orang yang menjalani kehidupan ini dengan hikmat akan menjadi matang dan dewasa, terhindar dari segala tipu daya serta dalam perlindungan Tuhan.

 

2. Buanglah kebodohan

Jika kita perhatikan keseluruhan kitab Amsal, hikmat dan didikan merupakan hal yang tidak terpisahkan, Oleh hikmat manusia memiliki pencerahan dan pencerahan akan meninggalkan kebodohan menuju kecerdasan, keterbelakangan menuju kemajuan, dari kegelapan menuju terang dan dari penindasan kepada pembebasan. 


Seorang Tokoh Pembebasan Brazil Paulo Freire dalam buku "Pendidikan Kaum Terindas. Paulo Freire mejelaskan pendidikan adalah jalan pembebasan yang telah lama dibangun oleh "colonialism". Pendidikan adalah jalan menuju pembebasan. Pembebasan bukan hanya kemerdekaan politik dalam arti politik teritorial, tetapi pembebasan berpikir yang memerdekakan, lahirnya kesadaran dan oleh kesadaran meninggalkan kebodohan dan ketertinggalan. Konstruksi berpikir yang dibangun oleh paham kolonialisme telah membuat masyarakat tertindas, terpenjara maka jala menuju pembebasan adalah pendidikan. 


Sejalan dengan itulah kotbah Minggu ini menekankan bahwa Hikmat akan memberikan pendidikan yang mencerahkan bagi setiap orang, Melalui pencerahan budi seseorang akan menyadari ketertinggalan dan akhirnya meninggalkan kebodohan dan keterbelakangan. 


Dengan tegas kotbah minggu ini, menegor kita: "Buanglah Kebodohan", Kekuatan hikmat dalam diri manusia adalah seseorang mampu membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana kejahatan mana kebaikan, mana yang membangun kehidupan dan mana yang merusak kehidupan. Allah merancang hikmat dan memberikannya kepada manusia sebagai anugerah agar manusia dapat membuang kebodohan dan mengejar kehidupan. 


Berkaiatan dengan HUT kemerdekaan RI, salah satu tujuan bernegara adalah: mencerdaskan kehidupan bangsa. Disinilah pilar pendidikan yang mencerahkan, pendidikan dasar hingga jenjang tertinggi hendaknya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga setiap orang membangun diri dan mengembangkan kehidupan yang membangun sesama. Kotbah ini mengingatkan bangsa kita untuk membuang kebodohan, praktek kehidupan yang mementingkan diri sendiri dan merusak kebangsaaan harus dibuang.


HKBP melalu para missionaris sejak awal melakukan penginjilan dengan pilar iman, pendidikan dan kesehatan. Gereja bersamaan pembangunanya dengan sekolah dan pelayanan kesehatan. Kehadiran Injil yang demikian mtelah menjadi era hamajuon. Injil telah menerangi tanah Batak, terang Injil itu telah menerangi dan membawa orang Batak meninggalkan kebodohan, keterbelakangan dan menuju kepada era hamajuon. 


Buanglah kebodohan! prak kebodohan apa yang terjadi di sekeliling kita? Praktek kebodohan apa yang mamsih beroperasi dalam kehidupan kita sekarang ini? Saat ini kita diajak untuk membuangnya dan mengikuti undangan hikmat yang membangun kemanusiaan kita.


3. Rendah hati: pilihlah hilmat dan jalan pengertian


Tanda orang berhikmat adalah memiliki pribadi yang rendah hati dan jalan pengertian. 

Renda hati adalah kualitas pribadi seseorang yang rela hati melayani dan melakukan apa yang baik bagi orang dengan tulus. Berbuat tanpa pamrih, mengabdi tanpa batas dan memberi dari kekurangan tetapibtetap merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah suatu keharusan. Perbuatan baiknya bukanlah untuk perncitraan, agar dikenal atau mendapat pujian. Orang yang rendah hati, menempatkan orang lebih gama dari dirinya sendiri, hormat pada orang lain dan bersedia melakukan kebaikan dengan tulus tanpa menuntut balas. 


Hal kedua ditekankan adalah bagaimana seseorang dapat mengerti dan memahami orang lain. Ada orang pintar, tajam menganalisi dan banyak bicara tentang ide dan gagasan namun tidak mau tahu dengan orang lain. Jalan pengertian dimaksud dalam kotbah ini adalah mengajaknkita untuk mempertebal perasaan memahami dan memgerti orang lain. Akal budi bukan untuk berwacana tetapi menimbulkan belarasa memahami, merasakan dan emphatic pada orang lain.


Rendah hati dan jalan akal budi ini perlu dupadukan dalam orang percaya, agar hikmat operatif dalam kehidupan ini. 


Menekankan hal rendah hati ini, saya menyampaikan sulitnya mencari orang yang rendah hati dan begitu sukarnya menempa pribadi yang rendah hati.

Mencati orang pintar dan pandai sangat mudah, namun orsng yang rendah hati (serep roha). 

Sebagai bukti: coba anda tuliskan nama orang pintar...? Tentu akan ada banyak nama-nama yang bisa anda tuliskan.

Namun jika ditanya siapakah menurut anda orang yang benar-benar rendah hati? Mungkin bingung menuliskan siapa. Itulah suatu bukti kongkrit sulitnya menemukan orang yang rendah


Saat ini kita diundang untuk mengikuti hikmat, undangan terbuka bagi siapa saja yang mau mengikut jalan hikmat. Jangan sia-siakan, mati ikut jalan hikmat. Amin


Salam Merdeka!

Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 10 Agustus 2024

HIDUP BARU DI DALAM KRISTUS

 KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS

Minggu, 11 Agustus 2024

Ev. Efesus 4:25-32




HIDUP BARU DALAM KRISTUS


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, hidup baru merupakan tema sentral dalam Perjanjian Baru. Kristus telah menebus manusia lama tang telah jatuh dalam dosa menjadi manusia baru di dalam Kristus. Dulu manusia berdosa yang terasing kini dengan penebusan Kristus kita telah menjadi manusia baru yang hidup di dalam anugerah. Oleh dosa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, namun di dalam Kristus kita diciptakan menjadi manusia baru. 


Hidup manusia baru berarti tinggal di dalam Kristus. Manusia baru yakni hidup yang diperbaharui. Efesus 4:23-24 (TB)  supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 

dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. 


Bagaimana Paulus menjelaskan manusia baru dan hal apa sajakah yang harus dilakukan oleh manusia baru dalam.hiduonya? Dari catatan dari kotbah ini ada 5 hal utama yang harus dibuang atau dijauhi oleh manusia baru, yaitu:


1. Buanglah dusta


Jangan berbohong atau jangan mengucapkan saksi dusta adalah titah bagi orang percaya. Titah ini diterima Musa si Sinai dan diajarkan secara berulang-ulang. Tujuan adalah agar umat Allah hidup menurut kehendak Allah. 


Berbohong atai berdusta sangat berbahaya karena menipu dan memperdaya manusia. Alkitab menjelaskan bahwa jatuhnya manusia kedalam.dosa adalah akibat dari siasat dusta iblis. Bahaya dari berdusta adalah meniadakan kebenaran. Allah telah memerintahkan kebenaran, namun siasat iblis mengatakan itu tidak benar dan menyatakan maksud lain. Berdusata adalah meniafakan kebenara. Dampak dusta adalah membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Padahal Allah menegaskan kebensran, benar jika benar, salah jika salah selain itu datang dari Ibilis (Baca Mat 5:45).


Yesus sangat mengecam dusta bahwa mengatakan bapak dari segala dusta adalah iblis. Jika kita berdusta berarti kita adalah anak-anak iblis. Bacalah selengkapmya ayat ini.. Yohanes 8:44 (TB)  Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.


Dari kutipan di atas, Yesus sangat mengecam dusta, dusta telah membunuh manusia, karena dengan dusta manusia telah jatuh dalam dosa dan menangung kebinasaan karena upah dosa adalah maut. Syukurlah Kristus telah menebus kita dari manusia lama menjadi baru.  Inilah yang diangkat oleb Paulus hidup di dalam Kristus harus membuang dusta. 


2. Kemarahan tanpa dosa


Hal kedua dari kotbah ini adalah menguasai diri dan jauh dari kemarahan. 

Efesus 4:26 (TB) "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa : janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu"


Marah itu manusiawi, tetapi kemarahan yang berakibat dosa itu dilarang. Kemarahan adalah reaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang menyakitkan atau yang tidak sesuai dengan harapannya. Misalnya dikecewakan, dikhianati, tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, diperlakukan dengan tidak sepantasnya, rasa tidak puas, disakiti dan sebagainya.


Nas hari ini berbicara tentang ciri atau pelaku yang harus tampak dalam diri sesorang yang telah menjadi manusia baru di dalam Tuhan. Salah satu cirinya, kata Paulus, ialah “Apabila kamu menjadi marah, janganlah berbuat dosa; janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu.” Artinya kalau sudah ikut Tuhan tidak boleh marah yang berakibat dosa. Kita boleh marah tetapi marah yang benar yang membawa berkat.


Efesus 4:26 tidak melarang kita untuk menunjukkan atau memperlihatkan kemarahan. Perhatikan apa yang dikatakan Paulus, “apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa.” Jadi marah boleh saja. Yang menjadi masalah bukan marahnya itu sendiri, tetapi bagaimana ekspresi atau cara mengungkapkan dan motivasi kemarahan itu sendiri yang perlu diperhatikan. Apa yang mendasari kemarahan kita dan cara kita mengungkapkan kemarahan itulah yang menentukan apakah kita berbuat dosa atau tidak. Ada jenis kemarahan yang perlu diungkapkan agar dunia ini menjadi lebih baik, yaitu kemarahan yang didasarkan karena kita mengasihi dan bertujuan untuk mendidik. Misalnya Guru yang memarahi murid yang malas belajar, kemarahan seorang ibu terhadap yang nakal luar biasa dan lain sebagainya. Tuhan Yesus sendiri pernah marah. Marah terhadap orang Farisi dan Ahli Taurat yang berpikir munafik, iri dan dengki terhadap orang lain. Meskipun demikian, dalam mengungkapkan kemarahan itu harus disampaikan dengan hati-hati. Karena hati manusia sangat sensitif.


Kemarahan yang terpendam didalam hati ibarah api dalam sekam, menyalah dan menghanguskan. Itulah sebabnya Paulus mengingatkan kalau marah janganlah menyimpannya sampai mata hari terbenam, tetapi luasai diri dan selesaikan secepatnya. 


3. Jangan mencuri


Bagian ketiga ini juga disebutkan dalam dasa titah: jangan mencuri!

Mencuri adalah tindakan yang mengambil hak milik orang lain menjadi miliknya sendiri. 


Dimana letak bahaya paling mendasar dari tindakan mencuri? Mari kita lihat; Allah telah menganugerahi pemberiannya kepada manusia, Allah memerintahkan kita untuk bekerja dan berusaha dan Tuhan memberkati kita dengan segala berkatnya yang melimpah. Maka apa yang ada pada kita adalah anugerah Allah. Jika ada milik kita yang bukan menjadi pemberian Allah pada kita itu bukanlah berkat tetapi merupakan usaha licik yang tidak berkeban kepada Allah. Mencuri adalah dosa karena telah melakukab pengambilan hak atau berkat yang ditetapkan Tuhan bagi orang lain.  Allah menghendaki baiklah kita hidup menurut pemberianNya. 


Dengan demikian Allah menghendaki manusia hidup menurut pemberian Allah. Kita harus hidup dari apa yang menjadi milik dan bagian kita. Hidup bahagia adalah menikmati yang menjadi bahagian kita.  Sebagaimana yanf disampaikan dalam Amsal 30:7-9 (TB)  Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: 

Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. 

Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. 


4. Buanglah kata-kata kotor dari mulutmu


Efesus 4:29 (TB)  Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.


Konon ada kebiasaan golongan  Quaker di Amerika, ketika orangtuanya mendengar anaknya 'cakap kotor' maka spontan orang tuanya akan membawa anak tersebut ke kamar mandi dan mencuci mulutnya dengan sabun. Sikap itu dilakukan agar anak jangan melakukan hal tersebut lagi.  Perkataan kotor jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan buruk bagi anak.  Demikian dengan sikap lainnya seperti bohong atau berbicara tidak benar terhadap orang lain.

Itulah cara mereka menjaga dan memelihara anak dari perkataan kotor. Nyatanya di Amerika kelompok Quaker ini dikenal sebagai orang yang berperilaku baik dan jujur. Menurut cerita bahwa orang Amerika akan selalu mencari orang Quaker untuk posisi menteri keuangan atau direktur keuangan di perusahaan besar.


Kebiasaan buruk akan menjadikan karakter buruk, sebaliknya kebiasaan baik akan menempa diri menjadi orang yang memiliki karakter baik. Hal ini yang ditekankan dalam renungan ini agar jemaat mula-mula  di Efesus menjauhkan diri dari segala perkataan kotor dari mulut mereka. Karena itu akan menjadi kebiasaan buruk dan mewariskan kebiasaan buruk pada orang yang mendengarkan. Perkataan buruk dan kotor dari jemaat mula-mula tentu akan menjadi citra negatip di mata masyarakat. 


Untuk itulah Paulus menasihatkan agar mereka membiasakan diri untuk memakai perkataan baik, yang enak didengar, yang memotivasi dan membangun sesama. Perkataan yang baik yang keluar dari mulut kita akan menjadi cerminan diri. Semakain perkataan baik dan berhikmat keluar dari mulut kita maka semakin tampak juga kualitas kepribadian kita di hadapan orang banyak. Benar apa yang diakatan oleh orang bijak: aku berpikir aku ada. Apa yang kita katakan tentu lahir dari pikiran kita sendiri. Orang yang mengeluarkan kata-kata kotor tentu terpapar pikiran yang kotor.


Mungkin ada yang mau membela diri, bagaimana kalau kita emosi dan diperlakukan tidak baik? Apakah perkataan dari mulut kita bisa dimaklumi? Renungan hari ini mengatakan tidak, dalam situasi apapun kala tenang dan tegang, kalau baik dan susah baiklah perkataan kita selalu mengeluarkan perkataan yang baik dan membangun. Itulah sebabnya Paulus berkata pada Kolose 4:6 (TB)  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Sai tong ma lambok hatamuna, songon na siniraan, asa botoonmuna alus na patut tu ganup jolma.)


5. Jangan mendukakan Roh Kudus


Efesus 4:30 (TB)  Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. 


Apakah itu perbuatan yang mendukakan Roh Kudu? Kata "duka" biasanya dipakai untuk orang yang meninggal, suatu perasaan empati kepada anggota keluarga yang ditinggal karena kepergian orang yang kita kasihi. Duka berarti ada anggota keluarga kita yang  pergi meninggalkan komunitas. Maka demikianlah kata ini dipakai oleh Paulus jika orang percaya pergi meninggalkan komunitas manusia baru itu merupakan duka, mendukakan Roh Kudus.  Kita semua telah ditebus oleh Kristus, dijamin dan dimateraikan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus memperoleh keselamatan. Tapi karena perbuatannya sendiri, seseorang meninggalkan jaminan keselamatan itu. Itulah yang disebut Paulus menjelaskan 'mendukakan Roh Kudus'. Roh Kudus telah turun atas orang oercaya, memelihara dan menghibur sampai kedatang Kristus, namun ketidak setiaan sampai akhir akan menjadi duka bagi Roh Kudus. 


Dalam ayat 25-29, tersirat bahwa semua kecemaran dan kenajisan, dusta, dan perkataan kotor yang memicu hawa nafsu kotor mendukakan Roh Allah. Dalam bagian selanjutnya tersirat bahwa nafsu-nafsu bobrok seperti kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan kejahatan itu mendukakan Roh yang baik ini. Dengan ini tidak dimaksudkan bahwa Sang Pribadi yang penuh berkat itu bisa dibuat berduka atau kesal seperti kita manusia. Tetapi maksud dari nasihat itu adalah supaya kita tidak berbuat kepada-Nya dengan cara yang cenderung mendukakan dan menggelisahkan sesama kita. Kita tidak boleh melakukan apa yang bertentangan dengan sifat-Nya yang kudus dan kehendak-Nya. Kita tidak boleh menolak mendengarkan nasihat-nasihat-Nya, atau memberontak melawan pemerintahan-Nya, sebab itu akan membuat-Nya berbuat terhadap kita seperti yang cenderung akan dilakukan manusia satu terhadap yang lainnya ketika mereka dibuat marah dan berduka, yaitu dengan cara menarik diri dan kebaikan mereka dari orang-orang itu, dan mencampakkan mereka kepada musuh-musuh mereka. Oh, janganlah membuat Roh Allah yang penuh berkat itu menarik hadirat-Nya dan kuasa-kuasa-Nya yang penuh rahmat darimu! 


Sahabat yang baik hati! Orang percaya telah dimateraikan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Itu mengikat sekali untuk selama-lamanya. Maka sekali percaya ikutilah iman dan tinggallah di dalam Kristus jangan beralih dan berpaling. Kesetiaan orang percaya hidup di dalam Kristus akan menjadi sukacita Sorgawi, sebaliknya sikap dan perbuatan yang tidak menunjukkan ajaran moral dan nilai-nilai Kekristenan hingga meninggal iman adalah perbuatan yang mendukakan Roh Kudus.


Sahabat yang baik hati, selain 5 hal diatas tentu masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang diperintahlan untuk dijauhi sebagai konsekwensi manusia baru. Semuanya perintah dan laranagn itu bertujuan utnuk memelihara hidup umat Allah menuruti kehendak Allah. Allah mengehendakinkita tinggal di dalam Kristus, hidup di dalam.anugerahnya maka segala sesuatu ha g menyebabkan kkta jaguh kembali kepada manusia lama harus kita tanggalkan. Baiklah kita mengenakan manusia baru karena kita telah diciptakan menjadi baru.  yang harus kita jauhi disebutkan oleh Paulus dalam kotbah minggu ini. 


Untuk melakukan FirmanNya baiklah kita memohon pertolongan Roh Kudus agar kita diberikan kekuatan melakukan FirmanNya. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Minggu, 04 Agustus 2024

SEDIKIT BICARA

 FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Senin, 5 Agustus 2024



BIARLAH PERKATAANMU SEDIKIT


Selamat Pagi, sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan. 


Pengkhotbah 5:2 (TB)  (5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.


Ecclesiastes 5:2 (RWV)  Be not rash with thy mouth, and let not thy heart be hasty to utter any thing before God: for God is in heaven, and thou upon earth: therefore let thy words be few. 


"Mulutmu adalah harimaumu", ungkapan ini merupakan kekuatan kata-kata yang diucapkan oleh seseorang yang dapat mencelakai diri sendiri maupun orang lain. Harimau adalah binatang yang sangat buas memangsa sesama binatang lain, maka demikian dengan mulut harus dijaga dan dikendalikan karena ata-kata yang diucapkan bisa berdampak buruk bahkan mematikan orang lain. Tak heran ada ungkapan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Kata-kata yang terucap dari mulut yang membully dan memfinah orang lain bisa membunuh karakter orang lain. kata-kata yang keluar dari mulut orang percaya hendaklah berisi kebenaran, nasihat dan motivasi yang membangun orang lain.  


Disinilah Pengkotbah pada renungan pagi ini menyapa kita agar hati-hati mengeluarkan kata-kata dari mulut kita sendiri. Semestinya berpikir dulu sebelum bicara, pertimbangkan dulu sebelum bertindak dan jangan keluarkan kata-kata seperti orang mabuk yang pada akhirnya setelah sadar mempermalukan diri sendiri. Pengkotbah ini memberikan pesan agar biarlah perkataan yang keluar dari mulut kita sedikit namun benar dan membangun, dari pada banyak kata-kata namun tidak berdasar dan asal ngomong doang. 


Saya sering berjumpang dengan orang dalam rapat, ada memang tipe orang hanya ngomong, memberi usul sana sini namun hanya wacana dan ngomong kosong doank? Apa jadinya kalau orang seperti itu, tentu pembual sialan. Pengkotbah menuntut kita di pagi haris ini irit bicara, dan saat kita bicara harus kita terlebih dahulu meakukannya dalam hidupnya. 

Memang ada orang ceplas-ceplos, berbicara dan menanggapi sesuatu tanpa tahu apa persoalan. Hal seperti ini akan mendatangkan kecerobohan bahkan mempermalukan diri sendiri. Ada juga tipe seseorang dalam mepertahankan omongannya dia rela cepat-cepat bersumpah atas nama Tuhan agar orang lain yakin bahwa apa yang dikatakannya benar. Disnilah Pengkotbah mengingatkan, jangan cepat-cepat mengeluarkan kata-kata dihadapan Tuhan, namun renungkanlah, dalami dan ungkapkan dari isi hati yang terdalam. 


Sahabat yang baik hati, Alkitab banyak menasihati kita untuk waspada terhadap perkataan. Sejajar dengan nas renungan ini rasul Jakobus menyampaikan Yakobus 1:19 (TB)  Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Selanjutnya dia menasihati akan dampak dari lidah Yakobus 3:5-6 (TB)  Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 

Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. 

Selain itu 


Sahabatku, marilah sedikit bicara banyak berkerja, hemat bicara namun banyak berkarya agar kita tidak menjadi pembual sialan yang hanya bicara namun tidak melakukan apapun. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 03 Agustus 2024

TUHAN MENDATANGKAN HUJAN ROTI

 KOTBAH MINGGU X SETELAH TRINITATIS

Minggu, 4 Agustus 2024

Ev. Keluaran 16:2-8




TUHAN MENDATANGKAN HUJAN ROTI BAGI UMATNYA


Lebih dari yang kita pikirkan, Tuhan telah rencanakan

Lebih dari apa yang kita butuhkan, Tuhan telah sediakan!


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa Musa menjawab sungut-sungut umat Israel dengan sungguh-sungguh. Sungut-sungut Israel datang saat mereka menghadapi kesulitan,. Mendapatkan kemakmuran yang diimpikan tidaklah semudah yang dibayangkan, laksana mengejar fata morgana. Semangat merema pun makin pudar, impian tinggal di negeri Kanaan yang penuh madu dan susu, hidup berlimpah anggur dan penuh makan lezat semakin jauh dari harapan. Mereka dalam memulai perjalanan justru menghadapi berbagai kesulitan: kekeringan, haus dan stok makanan yang dibawa berangsur habis. Kegusaran pun tiba pada puncaknya dan mulai meragukan perjalanan mereka. Apakah harus melanjutkan perjalanan ini, sampai kapan dan berapa jauh lagi? Maka muncullah memori makan enak di Mesir, sekalipun diperbudak namun masih dapat makan daging yang lezat? Sungut-sungut makin deras disuarakan oleh tetua Israel kepada Musa.  


Bangsa Israel dalam meraih impian tinggal di negeri yang penuh susu dan madu tidaklah muda, ada saatnya mereka optimis karena kebesaran kuasa Tuhan, namun ada saatnya mereka frustrasi dan berputus asa. Saat mereka menyeberang dari Laut Merah, dengan kuasa yang besar Musa membelah laut mereka dan mereka menyeberang, semantara Firaun dan pasukannya ditenggelamkan di Laut Merah. Atas peristiwa ini mereka bersukacita dan bersorak-sorai bahwa awal perjalanan menuju Kanaan dimulai. Tiga hari setelah menyeberang bangsa Israel diuji dengan suatu keadaan yang pahit. Keluaran 15:22 (TB)  Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.


Mereka tidak menemukan air minum, ada pun air tidak dapat diminum karena pahit. Maka mulailah bertanya dan bersungut dimana mereka bisa minum dan menemukan air. Protes dan sunggut-sungut pun mulai berdatang dan soara itu makin keras hingga ada yang berkata: mengapa datang jauh-jauh untuk dikubur padang gurun ini? Mereka sudah enak di Mesir, makan dan minum dan menikmati daging. Ujian ini pun diatasi Musa saat berdoa, Tuhan memerintahkan Musa untuk melemparkan sebatang kayu ke air yang pahit itu dan seketika itu air pahit menjadi manis. Itulah peristiwa di Mara, pahit menjadi manis. Mereka pun bersukacita. Perjalanan pun dilanjutkan dan tantangan demi tantangan berdatangan. Hidup ini juga demikian, bersama Tuhan pahit akan menjadi manis.


Secara khusus kotbah Minggu ini, menceritakan sungut-sungut bangsa Israel. Dalam perjalanan di padang gurun bagaimana kepastian akan kebutuhan pokok mereka? Makan atau minum dan lauk pauk?  Perjalanan di padang gurun sangat mematikan, selain berhadapan dengan panasa dan cuaca ekstrem, binatang buas dan berbisa sangan mematikan. Berjalan di padang gurun ibarat berjalan dalam ketidak pastian, tidak ada google map, hanya penunjuk arah berdasarkan pengetahuan terbatas. Jalan yang dilalui pun belum tentu ada tanta karena sewaktu-waktu badai gurun bisa menutupinya. Ditambah lagi tentang stok makan dan minum, apa jadinya orang berjalan tanpa stok makan dan minum? Bagaimana mereka bisa berjalan tanpa ada jaminan tersedianya makanan? Mereka pun bersungut-sungut kepada Musa. Bahkan bukan hanya bersungut-sungut, tetapi ada yang ekstrem berpikir jangan-jangan Musa hendak mengubur mereka hidup-hidup di padang gurun ini? 


Tuhan mendengar keluh kesah mereka dan Tuhan menjawab kegelisahan mereka dengan sungguh-sungguh, Tuhan akan memelihara hidup mereka dan akan mendatangkan hujan roti bagi umtaNya.


1. Sungut-sungut ditanggapi dengan sungguh-sungguh


Jarak Mesir ke Kanaan jika kita pakai google map paling sekitar 800 km dan menurut oara ahli jarak demikian bisah ditemouh 25 hati berjakan kaki.  Tetapi mengapa bangsa Osrael menempuh itu dengan waktu yang cukup lama? Disinilah kita hendak belajar tentang rencana Tuhan. Bentang waktu 40 tahun itu mereka ditempa bersukacita dan bertahan menghadapi penderitaan, melewati kesulita . Mereka diuji kesetiaan dan kesabaran mengikuti kehendak Allah. Mereka berjalan bukan seledar sampai ditujuan tetapi dibentuk menjadi umat yang taat pada perintah Allah, ketaatan itu mutlak karena kuasa Allah yang besar yang membebaskan dsri kuasa afiraun dan berbagai mujizat hang menyertai mereka dalam.perjalanan. Menuju bangsa yang mandiri dan kuat harus dikikis dari mental perbudakan Mesir.


Jilka kita baca keseluruhan kitab Keluaran,.pernalanan di padang gurun ditentukan oleh Allah sendirix jika tiang awan dan apo naik diatas kemah maka mereka diperintahkan untuk berangkat, saat tiang awan dan tiang api melingkupi tenda Tabut Allah maka mereka harus tinggal. Jadi mereka berjalan bukan sekedar memasuki Kanaan, tetapi dilatih dan dibentuk menjadi umat yang taat dan setia kepada perintah Tuhan.


Sepanjang perjalanan di padang gurun, Tuhan sendiri menyertai mereka. Tidak ada kesulitan yang tidak di atasi, tidak ada sungut-sungut mereka yang tidak ditanggapi dengan sungguh-sungguh, baik masalah swperti kebuguhan pokok mereka maupun menghadapi kekuatan asing bangsa sekitar. Tuhan ada dan menjawab pergumulan mereka.


2. Mendatangkan hujan roti


Kalau kita melakukan traveling tentu harus kita persiapkan bekal dan segala peperluan selama di perjalana. Demikian juga bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, mereka memulai perjalanan mereka berpikir bagaimana bekal dan kepastian hidup mereka selama perjalanan. Apalagi pengalaman tiga hari pertama sudah diuji dengan tiadanya air minum, bagaimana dengan hari-hari selanjutnya. 


Mereka pun bersungut-sungut kepada Musa, sungut sungut mereka memang berlebihan karena mereka seolah menyesali diri keluar dari Mesir. di mesir mereka bisa makan enak, daging lazt dll.  Kekuatiran bangsa Israel tenatgn bekal dan kebutuhan mereka diperjalanan sesungguhnya sudah direncanakan, Tuhan. Jauh dari apa yang mereka pikirkan tentang kebutuhan mereka Tuhan terlebih dahulu mereancang dan mempersiapkannya. Artinya melebihi dari apa yang mereka kuatirkan Tuhantelah persiapkan. Jika mereka bersungut-sungut tentang apa yang hendak mereka makan, Tuhan sendiri sudah mempersiapkan hujan Roti bagi mereka.


Manna adalah bukti pemeilharaan Tuhan bagi mereka, setiap hari tersedia, setia mereka bangun Manna telah dipersiapkan Tuhan bagi mereka. Artinya, kebutuhan pokok untuk makan Tuhan sediakan. 


Keluaran 16:12-15 (TB)  "Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu." 

Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu.

Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.

Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu.


Tuhan menyediakan Manna bagi umatnya.  Manna bagi Israel disebht roti sorga merupakan suatu kebutuhan yang disediakan Allah bagi umatnya. Tuhan menyediakannya selama perjakanan di padang gurun. Jadi dalam melakukan perintah Allah tidak perlu bersungut-sungut yang dibutuhkan adalah hati yang sungguh-sungguh, karena apa yang kita kuatirkan Tuhan sendiri sudah mengatasinya tanpa kita ketahui.  


3. Tuhan memelihara hidup umatNya


Hal ketiga dari kotbah minggu ini, kita harus percaya pada pemeliharaan Tuhan. Apalagi mereka tidak memiliki pengalaman berhadapan di pada belantara. Namun jauh sebelum itu Tuhan telah merencakan dengan baik, Musa dididik selama 40 tahun di Istana Firaun, 40 Tahun menggembara di padang belantara menggembalakan domba mertunya Jitro dan 40 Tahun membawa Israel di pada gurun. Apa yang terjadi dengan hidup Musa adalah bagian dari rencana Allah untuk pembebasan Israel. 


Jadi tidak ada keraguan untuk melangkah menuju negeri impian mereka yakni Kanaan karena Tuhan telah membuat rencana yang indah untuk umatNya. Sehebar apapun tantangan dipadang gurun: cuaca, binatang buas, binatang berbisa, badai gurun dan tidak adanya air dan makanan semuanya telah dipersiapkan Tuhan. 


Jika Tuhan menunjukkan pelangi kepada Nuh sebagai bukti janji Allah tidak mendatangkan air bah, maka selama berjalan di padang gurun maka Kabud Allah yang senantiasa diatas kemah suci adalah bukti penyertaan Tuhan.

Keluaran 13:21 (TB)  TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.


Tiang awan dan tiang api menjadi tanda kehadiran dan penyertaan Tuhan selama mereka berjalan di pada belantara. Tuhan menyinari dan memancarkan wajah kemuliaanNya menyertai bangsa Israel selama menempuh perjalanan di padang gurun. Istilah yang dipakai pada ayat 10 "kemuliaan Tuhan dalam awan". 

Keluaran 16:10 (TB)  Dan sedang Harun berbicara kepada segenap jemaah Israel, mereka memalingkan mukanya ke arah padang gurun — maka tampaklah kemuliaan TUHAN dalam awan. 


Ada semacam kabud awan yang menyertai bangsa Israel, kemana kabud awan ini pergu kesitu mereka berjalan, Kalau kabud awan naik itu pertanda mereka harus berangkat dan kalau kabud awan ini turun maka mereka harus tinggal dan berkemah. Tanda itu menjadi bukti pemeiharaan Tuhan. Allah ada bersama-sama mereka dan berdiam di tengah-tengah umatNya. 


Jaminan penyertaan Tuhan dalam perjalanan kita tidak perlu diragukan, percayalah dan yakinlah Tuhan hingga saat ini memelihara hidup kita. Lebih dari apa yang kita pikirkan Tuhan telah rencanakan, lebih dari apa yang kita butuhkan, Tuhan telah sediakan. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis Minggu, 13 Oktober 2024 Ev: Habakuk 2:1-4 ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN Selamat Hari Minggu! Sahabat yang ba...