https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02fHbZw6icgsoF1Kar3T8cv6pAQxEHEk4eDwt71UFYtYfCPfWg1XcLywDhLvtKJKJal&id=100063523332048&sfnsn=wiwspmo
Kotbah Minggu XVII Setelah Trinitatis
Minggu, 9 Oktober 2022
Nas: Lukas 17:11-19
*BERIMAN DAN JANGAN LUPA BERTERIMA KASIH*
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, tidak semua orang bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan yang diterima. Kita semua pasti pernah menorong orang lain, prinsip orang percaya semakin bisa membantu atau menolong orang lain semakin bahagia rasanya. Namun bagaimana sikap yang diolong? Mungkin seseorang datang saat membutuh pertolongan, dia memohon begitu gigih, namun saat permohonannya di diberi ibarat lupa kacang pada kulit. Hal semacam ini sikap yang kurang bersyukut dan berterima kasih.
Kotbah Minggu ini tentang Yesus menyembuhkan 10 orang kusta. Mereka berseru meminta tolong agar Yesus berkenan mentahirkan mereka. Yesus pun menyuruh mereka untuk menjumpai imam, karena imam lah yang menyatakan seseorang tahir. Dari 10 orang kusta yang sembuh tersebut hanya satu yang kembali mengucapkan syukur yang bersungkur di hadapan Yesus atas dirinya yang ditahirkan. Maka pertanyaan, dimanakah yang 9 orang lagi? Mereka tahir lupa akan Yesus yang menyumbuhkan mereka. Inilah sifat manusia pada umumnya; ketika menghadapi masalah dan pergumulan datang memohon dan bersujud dalam doa, namun ketika semua beban dan pergumulan itu luput maka lupa untuk bersyukur dan mengenang kebaikan Tuhan dalm hidupNya. Hanya satu dari sepuluh orang kusta yang disembuhkan itu datang mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Padahal ini adalah suatu pembebasan yang harus disyukuri dan telah bisa tahir dan kembali dapat bersekutu di tengah-tengah masyarakat.
*1. Sikap orang terhadap kusta*
Kusta bagi orang Yahudi adalah kutukan. Mereka dianggap dihukum Tuhan dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Mereka dinyatakan najis Imamat 13:8 (TB) Kalau menurut pemeriksaan imam bintil-bintil itu meluas pada kulit, imam harus menyatakan dia najis; itu penyakit kusta.
Karena dianggap terkutuk mereka harus dikucilkan dari tengah-tengah masyarakat dan tidak boleh bergabung dengan masyarakat umum karena takut penyakit itu menular. Bagi kalangan Yahudi peraturan Lewi sangat ketat terhadap kusta (band Bilangan 14). Seorang kusta harus dibawah otoritasi imam: jika imam menyatakan dia sembuh dan telah tahir maka dirinya diperbolehkan bergabung dalam masyarkat, namun jika imam menyatakan tidak maka sang kusta akan tetap di ekskomunion dari masyarakat. Itulah kusta bagi kaum Yahudi selain dianggap terkutuk, kusta juga dianggap penyakit pandemik yang menular dan berbahaya.
Dalam situasi dan pandangan masyarakat demikian, dapat kita bayangkan begitu beratnya pergumulan 10 orang kusta dalam kotbah ini. Amereka diasingkan tidak memiliki hak-hak sipil dan tidak boleh berkeliaran di tengah-tengah masyarakat. Tidak sedikit mereka yang dipasung dan di tahan di luar kota.
Sikap masyarakat terhadap kusta tentu penderitaan bagi mereka. Tidak heran bagaimana gigihnya kesepuluh orang kusta ini memohon kepada Yesus. Mereka berseru dan memohon kepada Yesus agar berkenan mentahirkan mereka. Yesus merespon mereka dengan cepat agar pergi melapor ke imam, maka dalam perjalanannya mereka tahir dan kusta dalam tubuhnya tanggal dan sungguh-sungguh menjadi tahir.
*2. Percaya dan melakukan perintah Yesus*
Jika kita perhatikan bagiamana kesepuluh orang ini sembuh berbeda dengan tindakan penyembuhan yang umumnya dilakukan oleh Yesus.
Saat mereka mengetahui bahwa Yesus akan melewati saerah mereka kesepuluh orang ini berdiri jauh dan memohon kepada Yesus.
Kata berdiri jauh menunjukkan bahwa seorang kusta tidak boleh berbaur dengan masyarakat. Namun sekalipun mereka berdiri jauh, Yesus mendengar seruan dan minta tolong mereka. Yesus tidak acuh terhadap mereka tetapi sangat peduli. Yesus mengerti penderitaan mereka dan kalaupun mereka berdiri jauh menunjukkan pula bahwa mereka sesungguhnya tidak layak menyampaikan permohonan. Tetapi Yesus mendengar dan mengabulkan permohonan mereka.
Kesepuluh orang kusta ini berseru dan menyebut Yesus sebagai guru. Yesus memang Rabbi, seorang yang sangat dikenal pengajarannya melalui perumpamaan-perumpamaan dan juga kotbah-kotbah Yesus yang melegakan hati.
Lukas 17:13 (TB) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"
Pengenalan mereka terhadap Yesus sebagai guru tidak begitu sempurna, karena selain Yesus sebagai guru, Yesus adalah Mesias, Anak Daud.
Apa yang dicatat Lukas ini adalah sekalipun pengenalan mereka terbatas kepada Yesus tidak menjadi penghalang bagi mereka menerima pengasihan Tuhan. Hal yang paling menyentuh adalah: "kasihanilah kami!"
Kesepuluh kusta ini memperoleh pengasihan. Mereka disuruhnoleh Yesus untuk memperlihatkan diri kepada imam. Tanpa ada komentar atau pertanyaan mereka melakukannya, tidak ada yang protea, Tuhan bagaimana saya mungkin melapor ke imam saya kan seorang kusta? Yesus menyembuhkan mereka dan meminta legitimasi dari imam karwlena memang demikian adanya. Ketika mereka melakukan perintah Yesus pada saat itu pula mereka tahir.
*3. Jangan lupa berterima kasih*
Satu orang yang bersyukur dan berterima kasih
10 orang kusta yang ditahirkan oleh Yesus hanya satu yang kembali mengucapkan syukur dan terima kasih serta bersujud di hadapan Allah. Jika kita baca ayat 18 itupun adalah orang asing, orang non Yahudi yang dianggap tidak mengenal Allah. Sementara 9 orang lain tudak tahu kemana dan dalam catatan ini mereka tidak mengucapkan syukur.
Lukas 17:17-19 (TB) Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Inilah gambaran kehidupan umat manusia umumnya, hanya sedikit orang yang mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan dan pertolongan yang dirasakan. Begitu banyak orang seperti kacang lupa akan kulitnya, lupa akan kebaikan dan pertolongan Tuhan yang akhirnya lupa diri. Yesus memang tidak meminta mereka mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang dilakukan.
Penutup
Yesus berbelas kasihan dan menyembuhkan mereka dengan tulus. Yesus melakukannya dengan cinta kasih agape yag tulus, tanpa menuntut balas, namun iklas tanpa mengharap balas. Namun sebagai manusia yang merasakan pertolongan dan telah bebas dari beban dan pergumulan hidupnya sudan sepantasnya mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala kebaikannya. Berkat dan segala kebaikannya membuat kita semakin merendahkan diri di hadapan Allah. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar