https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid025smzN5TYFc5eZJxLUymRTdqnhnf3jYfGQF3hQ7E4zQRGeFsDgYvZw8CLyLEmDeW2l&id=100063523332048&sfnsn=wiwspmo
Kotbah Minggu XVIII Stelah Trinitatis
Minggu, 16 Oktober 2022
Nas: Nehemia 5:1-13
*MEMBEBASKAN UMAT DARI KESULITAN HIDUP*
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan hidup. Untuk mengatasinya tentu kita datang meminta bantuan dari saudara terdekat atau sahabat yang kita anggap dapat menolong kita. Sekali dua kali pertolongan itu bisa namun kalau sudah terus menerus tunggu dulu. Adalah berat bagi seseorang untuk meminta bantuan yang sama pada orang yang sama, maka akan dicari orang lain sekalipun harus dengan meminjam dengan jasa. Jika pengembalian lancar masih baik namun bagaimana jadinya jika macet akan terjadi terbelit hutang.
Di Indonesia saat ini ada juga pinjol alias pinjaman online. Ada banyak masyarakat menggunakannya. Per Januari 2022 ada 103 pinjol yang terdaftar di OJK, itu masih yang resmi, kita tidak tahu berapa lagi yang tidak resmi bisa sampai 400 lebih. Transaksi keuangan pinjol diperkirakan lebih dari 30 Trilliun. Namun barubaru ini pemerintah menyoroti sangat tajam karena cara penagihan dari pihak pinjol yang memaksa dengan cara-cara yang tidak etis. Hutang bisa membuat orang tertindas, milik menjadi tergadai dan jatuh kepada kesengsaraan yang memprihatinkan. Kiranya warga terbebas dsri pinjol ini.
Demikianlah dalam konteks kotbah Minggu ini. Bangsa Israel telah kembali dari pembuangan. Mereka tinggal di Yerusalem dengan memulai kembali. Setiap keluarga membangun rumah, memulai mengerjakan ladang mereka dengan menanam anggur, gandum dan pertanian lainnya. Ada juga mencoba peternakan dan berbagai usaha yang dapat menopang ekonomi keluarga. Sesuatu yang memulai dengan modal yang tidak seberapa pasti berat. Selain itu umat yang dibebani lagi dengan pajak untuk membangun kembali tembok Yerusalem dan perpuluhan melalui untuk menopang pembangunan Bait Allah. Ekonomi berat namun beban hidup terus harus bertambah. Rupanya dalam menanggung beban hidup inilah umat Allah telah melakukan berbagai upaya, ada yang menggadaikan tanah, ada yang meminjam uang dengan bunga (riba), ada yang mempekerjakan anak-anak mereka untuk menghasilkan uang.
*1. Nehemi pemimpin yang mendengar keluhan dan jeritan umat*
Saat Ezra dan Nehemia mengadakan pencangan pembangunan Bait Allah dan Tembok Yerusalem disinilah umat Allah menyampaikan keluhan. Rupanya setelah mereka kembali ke Yerusalem ada banyak yang mengalami kesulitan ekonomi. Mereka dan anak-anak mereka butuh makan. Untuk memulai kehidupan di Yerusalem mereka membutuhkan modal usaha ada diantara mereka yang meminjam uang dan terlilit utang karena bunga atau riba yang ditetapkan. Ada dari antara mereka yang mengagunkan milik pusaka sehingga kebun anggur atau ladang mereka tergadai bahkan tidak sedikit lagi diantara anak-anak mereka menjadi pekerja as tau budak bagi sesamanya karena hutang. Padahal mereka harus membayar pajak kepada pemerintah untuk pembangunan. Ada dua pembangunan nasional setelah pembuangan Babel yaitu pembangunan Tembok Yerusalem dan Pembangunan Bait Allah. Maka warga wajib membayar pajak ke negara dan perpuluhan kepada imam untuk membangun kembali Bait Allah.
Atas semua beban itulah, Nehemia mendengarkan semua keluhan umat Allah. Nehemia sebagai pemimpin membuka telinga atas keluhan umatNya. Nehemia mengetahui deteil keluhan umat dan akhirnya Nehemia pun angkat bicara. Tidak tega melihat praktek riba yang membebani ornag lain bahkan membuat mereka terlilit hutang yang tidak terbanyar. Ladang dan milik pusaka tergadai dikalangan umat Allah sendiri. Padahal milik pusaka tidak boleh beralih hak kepemilikannya.
Jika kita kumpulkan realitas sosial yang terjadi
- ay 1, krisis pangan dan kelaparan
- ay 2, menggadaikan pusaka - ladang gandum
- ay 3, pinjaman, praktek riba dan terlilit hutang
- ay 4, praktek perbudakan.
Nehemia 5:5 (TB) Sekarang, walaupun kami ini sedarah sedaging dengan saudara-saudara sebangsa kami dan anak-anak kami sama dengan anak-anak mereka, namun kami terpaksa membiarkan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan kami menjadi budak dan sudah beberapa anak perempuan kami harus membiarkan diri dimiliki orang. Kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena ladang dan kebun anggur kami sudah di tangan orang lain."
Mendengar adalah aktifitas orang beriman. Ada sebanyak 1.567 kali kata "dengar" dan khusus kata kerja mendengar sebanyak 987 kali dalam Alkitab. Dengan mendengar kita memahami, dengan memahami kita tergerak untuk bertindak dan tindakan kita seturut dengan kehendak Tuhan. Paulus menegaskan bahwa iman muncul karena pendengaran. Roma 10:17 (TB) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Mendengar butuh pelajaran, mendengar bukan asal mendengar tapi memahami makna. Masih ingat Samuel saat dipanggil Tuhan di bangun, dua kali dia bangun mendengar panggilan namanya. Namun akhirnya Imam Eli memgajarinya bukan mendengar pake telinga ansih. Samuel memahami maksud Tuhan dengan kesiapan hati dan totalitas dirinya untuk mendengar panggilan Tuhan. Samuel akhirnya paham dan berkata: "Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar." (1 Samuel 3:10). Dalam kepemimpinannya kita ketahui Samuel sangat arif dan pemimpin nesar menghantarkan Israel menjadi sistem kerajaan.
Pemimpin yang memahami rakyat dan bijak bertindak tidak terelapas dari kesediaan mendengar seperti yang dilakukan oleh Nehemia ini.
*2. Kemarahan Nehemia atas realitas sosial*
Nehemia 5:6 (TB) Maka sangat marahlah aku, ketika kudengar keluhan mereka dan berita-berita itu.
Realitas sosial yang terjadi membuat Nehemia marah. Kemarahan itu disebabkan karena Nehemia menyesali keadaan kenapa bisa sesama mereka melakukan praktek riba yang membebani sesama hingga praktek perbudakan? Mereka telah tega menjadikan sesamanya menjadi budak karena hutang piutang. Kekesalan hati Nehemi karena di kalangan umat Allah terjadi praktek yang membebani sesamanya.
Bukankah Nehemia sendiri telah berusaha untuk meringankan beban umat Allah. Nehemia meminta agar raja Koresh membantu umat Allah membangun Bait Allah dan tembok Yeruaalem melalui surat yang ditandatangani raja kepada seluruh provinsi untuk membantu pembangunan Yerusalem (Neh 2:1-9, Nehemia 2:9 (TB) Maka datanglah aku kepada bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat dan menyerahkan kepada mereka surat-surat raja. Dan raja menyuruh panglima-panglima perang dan orang-orang berkuda menyertai aku)
Bukan hanya itu, para budak-budak Ibrani ditebus dari bangsa aaing agar bisa bebas dan merdeka. Tetapi hati Nehemia sangat miris karena dikalangan umat Allah sendiri terjadi praktek utang piutang, menggadaikan pusaka serta praktek perbudakan bagi sesama saudara. Nehemia mengecam para tua-tua dan mereka diam karwna kecaman Nehemia sangat benar. Nehemia pub memgumpulkan mereka untuk mengubah keadaan.
Kemarahan Nehemia ini menghentakkan umat Allah dan menyadarkan kembali bahwa praktek yangbterjadi tidak sesuai lagi dengan perintah Tuhan. Kemarahan Nehemia menghentakkan mereka untuk kembali merakit rasa persaudaraan. Akhirnya terjadilah dialog dan kesepakatan antara Nehemia dengan imat Allah berujung pada kesadaran bersama sebagai umat Allah dan berjanji menghentikan semua praktek yang membebani sesama.
Kata "marah" sebanyak 160 kali dalam Alkitab. Selain marah kadang juga ada kata murka dan sikap lainnya menggambarkan amarah. Marah adalah sikap manusiawi yang tidak dapat menerima suatu keadaan karena dianggap telah nauh dari kebenaran. Kemarahan yang mengubah keadaan kepada yang lebih baik.
*3. Resolusi Nehemia: membebaskan segala piutang dan memulai kehidupan baru di dalam rasa peraaudaraan.*
Ada ungkapan orang Batak: "Purpar pande dorpi, lam tu dipposna".
Kecaman dan kemarahan Nehemia membuahkan hasil yang positip, para tua-tua menerima kemarahan Nehemia. Nehemia mengajak suatu resolusi dimana semua orang harus membebaskan budak sesamanya, membebaskan hutang-hutang yang membebani dan ladang-ladang yang sudah sempat digadaikan dikembalikan kepada pewaris pusakanya.
Nehemia memulainya, dia mehapuskan hutang dari saudara-saudaranya yang permah meminjam padanya. Tindakan Nehemia ini disambut baik oleh semua sehi gga masing-masing membebaskan budak, membebaskan hutang-hutang sesamanya dan membebaskan ladanga yang tergadai. Pembebeasan ini merupakan gerakan bersama untuk suatu perubahan. Mereka menghidupkan kembali rasa persaudaraan yang menghidupkan.
Nehemia 5:10, 12 (TB) Juga aku dan saudara-saudaraku dan anak buahku telah membungakan uang dan gandum pada mereka. Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu!
Berkatalah mereka: "Itu akan kami kembalikan! Dan kami tidak akan menuntut apa-apa dari mereka. Kami akan lakukan tepat seperti yang engkau perintahkan!" Lalu aku memanggil para imam dan menyuruh mereka bersumpah, bahwa mereka akan menepati janji mereka.
Sahabat yang baik hati! Nehemia adalab oemimpin yang baik. Dia seorang yang benar-benar berwibawa membangun kembali Yerusalem dan membawa perubahan dengan mempertebal persaudaraan. Nehemia pemimpin yang mau mendengar jeritan dan keluh rakyatnya, tetapi marah juga terhadap praktek yang menyimpang dari kebenaran. Nehemia tidak berhenti di dalam kemarahan tetapi mencari jalan keluar bersama yakni pembebasan. Nehemi memulai dari dirinya sendiri dengan membebaskan siapa saja yang berhutang padanya. Tindakan Nehemia itu akhirnya diikuti oleh semua rakyat maka terjadilah pembebasan dan kembalinya persaudaraan yang saling membangun di dalam kasih. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar