Sabtu, 11 Mei 2024

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

 Kotbah Minggu Exaudi

Minggu, 12 Mei 2024

Ev. Mazmur 1:1-6




KEBAHAGIAAN ORANG BENAR


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini tentang kebahagiaan orang benar.  Hidup berbahagia dan diberkati tentu didambakan setiap orang tanpa terkecuali.  Namun untuk memiliki kehidupan yang berbahagia bukanlah perkara mudah, berbagai macam cara dan usaha dilakukan oleh manusia untuk mencari dan mendapatkan kebahagiaan dan tidak ada satupun indikator bahagia. 


Hidup bahagia sering kali diidentikkan dengan kekayaan dan harta yang berlimpah dan banyak, jabatan yang tinggi, dan umur yang panjang dan jauh dari persoalan dan hambatan hidup. Apakah memang demikian adanya? Tunggu dulu, jika kita telisik bisa saja pandangan ini keliru. Dalam mempersiapkan kotbah ini saya membaca artikel https://www.liputan6.com/bisnis/read/3031627/tragis-kisah-5-miliarder-yang-akhiri-hidup-dengan-bunuh-diri ada 5 orang milliarder hidupnya berakhir dengan bunuh diri. Mereka punya banyak asset dan kekayaan namun berakhir dengan tragis. 


Demikian halnya dengan jabatan, semua orang mendambakan jabatan tinggi namun apakah setelah mencapai jabatan tertinggi bahagia? Seorang pejabat tinggi pernah berkata: "hidup kami seperti memanjat tebing". Dilihat orang mencapai puncak, tinggi dan orang kagum namun ada banyak hal yang mengkuatirkan, apa yang terjadi jika jatuh, kebijakan yang salah akan menjadi sorotan tajam publik. Semakin tinggi jabatan semakin tinggi tekanan publik, jika tak tahan akan stres dan penuh tekanan. Tidak sedikit pejabat publik memimpikan kapan bisa melepaskan semua beban berat ini dengan menyelesaikan jabatan publiknya. Jadi bahagia itu tidak melekat pada material dan jabatan. 


Kebahagiaan itu ada pada hati manusia yang menerima hidup ini sebagai pemberian Tuhan dan tetap terhubung pada sumber kehidupan. Inilah yang kita temukan dalam kotbah Minggu ini.  Bahagia itu ada pada orang benar, bahagia itu melekat pada hati yang menerima kenyataan dengan penuh sukur dapat menjalani hidup penuh bahagia dalam tuntunan Firman Tuhan.


Baiklah kita dalami Mazmur 1:1-6 ini, bagaimana pemazmur menawarkan kebahagiaan orang benar. 


1. Bahagia orang benar jauh dari perilaku fasik


Mazmur 1:1-6 merupakan pendahuluan aras keseluruhan kitab Mazmur. Mazmur ini menjrlelaskan bahagia orang benar. Orang benar memiliki hikmat dan dapat menempatkan diri dalam kehiduoan ini. Pemazmur membandingkan dua sikap hidup yang kontras berbeda, hidup orang saleh dan hidup orang fasik. 


Hidup orang saleh, berciri kebenaran, kasih, ketaatan dan rajin bekerja, berlaku jujur dan rendah hati. Firman Tuhan menjadi pedoman hidupnya siang dan malam.  Dikatakan demikian: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. 


Sebaliknya hidup orang fasik adalah orang yang tidak beriman, tahu tentang Tuhan dan firman-Nya tapi tidak mau melakukannya.  Mereka melakukan kejahatan dan hidup menuruti hawa nafsunya.  Sementara pencemooh adalah orang yang kesukaannya mencari-cari kesalahan, menghakimi, mengejek, mengritik, menggosip dan merendahkan sesamanya;  orang seperti ini mudah sekali menemukan selumbar di mata orang lain tapi tidak dapat melihat balok matanya sendiri.  Mereka juga meremehkan dan memandang rendah kebenaran Tuhan.  Orang fasik, orang berdosa dan pencemooh adalah gambaran dari kehidupan duniawi. Selama kita masih hidup sama seperti orang tersebut maka berkat Tuhan dan kebahagiaan yang didampakan oleh manusia akan semakin menjauh dari kehidupan kita.


Sahabat yang baik, hidup bahagia bukan berarti tanpa masalah, pencobaan, penderitaan dan pergumulan. Memang ada orang beranggapan bahwa hidup bahagia itu diartikan tidak ada masalah, tanpa penderitaan, bebas dari cobaan dan selalu berkelimpahan. Namun, pemazmur memiliki perspektif lain tentang hidup bahagia. Itu sebabnya, mengawali tulisannya pemazmur menegaskan rahasia hidup bahagia menurut Mazmur 1:1 nampak dari perbuatan dan sikap hidupnya semata. Orang percaya akan mendengar setiap nasehat dan melakukananya dengan baik dan jelas. 


Orang percaya sejati dapat diketahui dari apa yang tidak mereka lakukan, tempat yang tidak mereka kunjungi dan kumpulan yang tidak mereka masuki. Tidak seorang pun yang dapat menikmati berkat Allah tanpa berbalik dari hal-hal yang merusak atau membahayakan. Menurut pemazmur hidup bahagia itu bukan hanya cerita atau teori semata tetapi dapat dialami dan ada hasil yang diperoleh. 


Allah menghendaki bahwa orang percaya itu sehat-sehat dan penuh berkat. Tuhan ingin segala sesuatu beres dengan kita, yaitu bahwa pekerjaan, rencana, maksud, pelayanan, keluarga kita, dsb. Berjalan sesuai dengan kehendak dan petunjuk-Nya adalah kunci kebahagiaan. 


2. Hidup orang benar mencintai Firman Tuhan siang dan malam


Mazmur 1:2 (TB)  tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. 


Orang benar tidak bergaul dengan kefasikan, karwna memang.komunitas dan lingkungan salah satu faktor menentukan. Kita hidup dan dibesarkan dalam kehidupan sosial yang kompleks. Komunitas di mana kita berada akan mempengaruhi pola, cara dan gaya hidup kita. Komunitas yang sehat tentunya akan mendukung perkembangan karakter kita menjadi positif. Tetapi sebaliknya komunitas yang tidak sehat, akan membentuk karakter kita menjadi negative. Komunitas yang tidak sehat berpotensi untuk membuat hidup kita kehilangan kebahagiaan. Tawaran-tawaran yang disajikan oleh komunitas yang tidak sehat dihadapkan kepada kita. Karena itu pemazmur mendorong kita supaya tidak mengikuti dan menerima tawaran yang merusak tersebut, bila kita ingin hidup bahagia.  Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota Korintus berkaitan dengan pergaulan sosial orang percaya menulis demikian: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” – 1 Korintus 15:33. Artinya, jika kita salah bergaul dengan orang-orang yang tidak memiliki karakter yang baik, maka karakter kita yang awalnya baik juga akan dirusakkan. Bila ini terjadi maka hidup bahagia itu akan menjadi sirna. Oleh karena itu, rahasia hidup bahagia ialah dengan menjauhkan diri dari pergaulan yang tidak baik, tetapi senantiasa hidup di dalam Firman Tuhan. 


Disinilah terlihat bagaimana orang benar menempatkan diri dalam kompleksitas  kehidupan sehari-hari.  Pemazmur memberikan kunci bagaimana orang benar hidup di dalam Tuhan: tidak ikut dalam kesuksesan orang fasik, kebahagiaan semu orang bebal dan kesenangan orang malas Orang percaya menghadapi pergumulan sehari-hari dengan sinari Firman Tuhan.  Jadi Firman Tuhan memagari hidupnya dari pengaruh luar yang berdampak negatif.


Saya membuat renungan harian dalam media sosial page FB, dengan topik: Firman Tuhan Sumber Kehidupan; kekuatan, inspirasi dan motivasi baginya. Page ininsudah 10 tahun lebih.  Tujuan renungan harian ini adalah menjadikan Firman Tuhan menjadi sumber kehidupan orang percaya.  Firman Tuhan sumber kekuatan, dalam hidup ini bisa saja kita lelah, berjerih dan berjuang melakukan kebaikan hingga seolah tak berdaya. Firman Tuhan menjadi sumber kekuatan, ibarat energi baru yang membuat kita memiliki tenaga. Firman Tuhan sumber Inspirasi, dalam banyak hal Firman Tuhan menginspirasi kita, dalam berbagai kebuntuan Firman Tuhan memberi petunjuk dan jalan keluar. Firman Tuhan sumber motivasi, menggerakkan dan mendorong kita melakukan pekerjaan dengan penuh semangat. 


Benar apa yang disampaikan dalam Mazmur 119:105 (TB)  Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. 

Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam berarti aktifitas sehari-hari dilandaskan pada kebenaran Firman Tuhan.  Maka sasaran dari Mazmur 1 ini tidak ada satupun aktifitas kehidupannya yang bertentangan dengan Firman Tuhan, karena Firman Tuhanlah sumber kehidupan baginya. 


3. Hidup orang benar seperti pohon ditepi air suangai


Mazmur 1:3, 6 (TB)  Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. 


Berkaitan dengan bagian di atas, orang percaya menjadikan Firman Tuhan sebagai sumber kehidupan. Pemazmur memberikan contoh yang sangat real, yaitu seperti pohon ditepi aliran sungai karena ketersediaan air dia dapat tumbuh segar, daunnya lebat dan menghasilkan buah pada musimnya. Intinya adalah ketersambungan dengan sumber air.

Demikianlah orang benar, ketersambungannya dengan Yesus Kristus akan menjadikannya tetap sengar, hijau, bertumbuh dan berbuah. Yesus Kristus adalah Air Hidup. 


Pada musim kemarau begini, hal yang terpikirkan bagi saya adalah bagaimana bisa tanaman bertahan hidup? Tanam akan layu dan berangsur kering kemudian mati jika tidak disiram dengan air. Sebaliknya tanaman yang selalu disiram dengan air, maka dia akan tumbuh segar karena air sebagai sumber kehidupannya tersedia. 


Bukan hanya betumbuh segar, disini pemazmur mengingatkan hal buah. Kehidupan orang benar tampak dari pekerjaannya. Pribadi seseorsng bukan terletak pada apa yang diucapkannya tetapi dilihat dari perbuatannya. Yesus mengingatkan hal ini dalam Matius 12:33 (TB)  Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.


Dengan demikian bahagia orang benar bukan terletak pada bagaimana dia mendapatkan pemeliharaan Tuhan, berkat yang melimpah, saleh dan jauh dari jalan orang fasik serta tetap tegar dalam menjalani kehidupan ini. Bahagia orang benar saat kita dapat melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Tuhan memberkati!


Salam minggu Exaudi

Pdt Nekson M Simanjuntak


Rabu, 08 Mei 2024

YESUS NAIK KE SORGA DAN KITA BERSUKACITA

 Kotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus

Kamis, 9 Mei 2024

Ev. Lukas 24: 44-53




YESUS NAIK KE SORGA DAN KITA BERSUKACITA


Selamat Merayakan Hari Kenaikan Tuhan Yesus Kristus! Sahabat yang baik hati, kenaikan Tuhan Yesus merupakan sesuatu yang paradoks, di satu sisi para murid merasa sedih karena jika Yesus naik ke Sorga maka Yesus akan meninggalkan mereka. Mereka akan kehilangan guru yang mengajari, membimbing dan menasihati mereka selama ini. Namun di sisi lain, kenaikan Tuhan Yesus memberikan sukacita, karena merayakan peristiwa kenaikan Tuhan Yesus mengingatkan tujuan hidup orang percaya. Hidup ini bukanlah hanya di dunia ini tujuan akhir kehidupan orang percaya adalah rumah bapa di Sorga.  Yesus naik ke sorga menyediakan tempat di rumah Bapa di Sorga bagi orang yang percaya. Keyakinan ini meneguhkan iman dan pengharapan orang percaya, pergumulan apapun yang dialami di dunia ini tetaplah bertahan dan menahan karena sukacita dan bahagia akan menyertai orang percaya di rumah Bapa di Sorga. Dengan pemahaman demikian perpisahan Yesus dengan murid-murid bukanlah sesuatu hal yang harus ditangisi tetapi merupakan sukacita bagi orang percaya karena kepastian akan adanya tempat di rumah Bapa di Surga.


Sesuai dengan topik kotbah minggu ini, Yesus naik ke sorga dan kita bersukacita. Sukacita apa yang kita temukan dalam peristiwa kenaikan Tuhan Yesus? Penulis Injil Lukas merangkumkannya dalam bagian penutup kitab Injil Lukas.  

Pertama: dengan peristiwa kenaikan ini, Tuhan Yesus membuka pikiran para murid bagaimana memahami secara lengkap tentang kitab suci dan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Yesus telah menggenapi kitab suci dan apa yang dikatakan Yesus tentang kematian dan kebangkitanNya benar adanya. Yesus telah menggenapi janji keselamatan Allah.

Kedua, Yesus naik ke sorga bukan berarti Yesus meninggalkan para murid bekerja sendirian. Sebagaimana telah dijanjikan Roh Kudus akan turun untuk menghibur, membimbing dan mengajari para murid untuk bersaksi di dunia ini. Roh Kudus akan memperlengkapi dan memberikan kekuata. Kepada murid-muri menjadi saksi Kristus di dunia ini.

Ketiga, Yesus memberkati para murid-murid dan mereka bersukacita memuliakan Allah di dalam Bait Allah sampai pengutusan nereka memberitakan Injil dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. 


Baiklah kita ambil pelajaran dari kotbah minggu ini yang dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.


1. Yesus membuka pikiran para murid memahami kitab suci dan perkataan Tuhan Yesus.


Lukas 24:44 (TB)  Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."


Bagi kaum Yahudi, Perjanjian lama terdiri dari 'Torah' (Taurat Musa), 'Nebiim' (Kitab para nabi)  dan 'Ketubim' (Sastra hikmat). Rangkuman isi keseluruhan Perjanjian Lama Janji keselamatan Allah kepada umatNya. Janji itu digenapi di dalam Yesus Kristus. 


Baiklah kita lihat satu persatu: 

Torah berarti Taurat, atau 'Taurat Musa' yang diberikan Allah kepada Musa di Sinai. Taurat ini berisi perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh umat Allah sebagai janji bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Di dalam Taurat itu umat Allah mengetahui kehendak Allah dan sebagai umat Allah mereka wajib melakukannya. Konsekwensi Taurat berisi berkat dan kutuk, mereka akan diberkati kala melakukan Taurat namun akan kena kutuk kal melanggarnya (Baca Ulangan 27:26 band Gak 3:11). Dari pandangan ini manusia dihadapan hukum Taurat adalah manusia berdoa yang kena hukuman Tuhan . Namun Tuhan mengasihi kita dengan tidak menghukum tetapi menebus kita dsrinhukuman melalui pengorbanan Yesus Kristus yangbrela mati di kayu salib. Dari pandangan ini kita memahami bahwa Yesus Kristus menggenapi hukum Taurat. (Rom 13:8). 


Yesus adalah penggenapan dari nubuatan para nabi. Janji keselamatan sebagaimana di nubuatkan oleh nabi-nabi digenapi di dalam diri Yesus Kristus. Saat Yesus mengajar di Rumah ibadah di Nazareth, Yesus membuka kitab Yesaya 61:1-2 dan membacakannya kemudian Yesus berkata: Lukas 4:21 (TB)  Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Apa yang dilakukan oleh Yesus mengajar, berkotbah dan menyembuhkan dengan berbagai mujizat dan kuasa semuanya hendak menggenapi kitab suci.


Yesus merupakan penggenapan dari Taurat dan kitab para nabi dijelaskan lebih baik dari cerita Yesus dimuliakan di bukit. Petrus melihat Yesus berbincang-bincang dengan Musa dan Elia. Matius 17:3 (TB)  Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Peristiwa ini snagat memukau hati Petrus sungguh indah, sampai memintah kepada Yesus agar mereka berkemah dan tinggal disitu. 


Sebelum Yesus naik ke Sorga, Yesus mengingatkan semua itu kepada murid agar mereka tidak ragu akan kebenaran di dalam Yesus Kristus. Dialah Mesias Anak Allah yang memenuhi Taurat dan kitab para nabi dan mazmur.  Taurat dan Para nabi sesungguhnya berisi kepada kehendak Allah yang menyelamatkan manusia. Hal ini dipenuhi di dalam diri Yesus Kristus melalui pengorbananNya.


2. Tugas orang percaya: menyaksikan pengorbanan Yesus Kristus

Lukas 24:46-47 (TB)  Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,

dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.


Apa yang telah dilakukan oleh Yesus haruslah diberitakan. Siapakah yang memberitakannya? Tentu semua orang percaya. Jika kita perhatikan semua kitab Injil semuanya menekankan Missi atau amanat Tuhan Yesus kepada orang percaya untuk memberitakan Injil dan menyaksikan Yesus Kristus (Matius 28:19-20; Markus 16:15), Kis 1:8 dan Yoh 21: 16-19). Semua itu merupakan amanat agung  Tuhan Yesus kepada murid-murid.


Menyaksikan Yesus merupakan tugas berat dan besar, apalagi dalam gereja mula-mula. Mereka menghadapi para hater dari kaum Yahudi dan juga Herodian. Kaum Yahudi sangat membenci kekristenan, karena dianggap bidat dan sesat. kaum Yahudi secara agresif membantah Kebangkitan Yesus sampai memberikan uang sogok kepada penjaga kubur Yesus (Baca:

Namun kebenaran tetap kebenaran, bagaimanapun hebat orang menyebarkan hoak dan berita bohong, kebenaran pada akhirnya akan menang. Itulah berita kebangkitan Yesus yang diberitakan dan disaksikannoleh orang percaya hingga kini. 


Tidak sedikit orang yang mati martyr karena menyaksikan Yesus Kristus. Namun darah orang martyr adalah benih gereja. 

Jika kita baca juga sejarah penginjilan di berbagai penjuru dunia, banyak tantangan yang mengerikan dialami oleh Pemberita Injil, namun kengerian itu tidak meredamkan semangat pemberitaan Injil.


Di tanah Batak misalnya kematian Munson dan Kuman telah menjadi berita yang santer dalam berbagai Badan Sending Eropa dan Amerika karena Munson dan Lyman dikirim oleh Badan Zending Boston Amerika. Kematian Munson dan Lyman tidak membuat lembaga-lembaga Sending menghentikan pengiriman missinaris ke Tanah Batak.  Kehadiran IL Nommensen dan para misionaris dari RMG telah mengubah Tanah Batak yang disinari Injil, beroleh pendidikan dan terpelihara kesehatan. 


Tugas orang percaya adalah menyaksikan Pengorbanan dan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Inilah yang harus terus digumuli dari waktu ke waktu, jaman ke jaman. Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan jaman, Injil Yesus Kristus harus diberitakan dan memberi dampak kepada setiap jaman.


Syair KJ No 427 sangat tepat menjadi nyanyian kita bersama sepanjang waktu: 

Kusuka menuturkan cerita cerita mulia,

cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya.

'Ku suka menuturkan cerita yang benar,

penawar hati rindu, pelipur terbesar.

'Ku suka menuturkan, 'ku suka memasyurkan

cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya.


3. Diperlengkapi oleh Roh Kudus 


Lukas 24:48-49 (TB)  Kamu adalah saksi dari semuanya ini.

Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."


Jika seseorang diberi tugas di jaman tentu pertanyaan adalah apakah kita memiliki kompetensi melakukan tugas tersebut?  Seorang pemimpin yang baik pasti terlebih dahulu membekali para anak buahnya agar mampu melakukan tugas yang diberi. Untuk memperlengkapi staf tidak sedikit perusahaan atau pemerintah mengembangkan kapasitas pekerjanya melalui pelatihan dan pemberdayaan. Kemampuan itu terus diasah dan dikembangkan untuk hasil pekerjaan yang lebih maksimal.


Yesus memanggil murid-murid dari berbagai latar belakang yang berbeda. Umumnya mereka dari orang-orang yang sederhana. Pemberdayaan Yesus kepada murid-muridnya menghasilkan pekerjaan pemberitaan Injil yang luar biasa. Petrus seorang nelayan namun mampu menyakinkan 3.000 orang Yahudi pada peristiwa Turunnya Roh Kudus. Ini suatu kesaksian yang luar biasa, malereka yang terdiri dari pakar kitab suci, imam-imam tetua-tetua kaum Yahudi dapat diyakinkan oleh Petrus. Semua itu bukan karena pendidikan Petrus setara dengan mereka, bukan karena status sosial murid-murid selevel dengan mereka namun mereka mampu memberitakan Injil karena kuasa Roh Kudus. 


Yesus juga berpesan dalam Kisah Para Rasul 1:8 (TB)  Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."


Pesan ini menjelaskan bahwa orang percaya dapat menyaksikan Yesus Kristus hanya dengan kekuatan Roh Kudus. Roh Kudus akan meneguhkan orang percaya melakukan Missi Allah. Roh Kudus akan mengajari dan menghibur orang percaya. Roh Kudus akan menyertai orang percaya sampai Kristus datang kembali. 


4. Yesus naik ke sorga dan memberkati murid-muridNya


Lukas 24:50b (TB)  ".... Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka."


Tradisi memberkarti ada banyak kita temukan dalam alkitab. Ishak memberkati Yakub, Yakub memberkati kedua belas suku Israel. Demikian dengan Musa, saat pidato perpisahannya dengan bangsa Israel sebelum memasuki Tanah Kanaan Musa memberkati mereka. Berikutnya imam atau suku Lewi memberkati umat dengan menumpangkan tangan.à Menumpangkan tangan dan memberkati adalah saluran berkat Allah yang disampaikan oleh hambaNya untuk memberkati, memenuhi harapan dan visi tentang akan apa ysng terjadi di depan.


Yesus naik ke Sorga dengan terlebih dahuku menumpangkan tangan memberkati murid-muridNya. Apa yang disampaikan disini adalah bahwa berkat itu menjadi doa dan harapan yang meneguhkan para murid. Yesus memberkati mereka sehingga mereka memperoleh kekuatan dalam menjalani tugas-tugas seorang murid. Berkat yang diterima membuat para murid bersuka cita dan memuji-muji Tuhan. Mereka diberkati dan percaya Allah akan menjadikan mereka menjadi berkat bagi dunia.

Dengan berkat dan sukacita yang dijelaskan oleh Injil Lukas menunjukkan kebaikan Yesus bukanlah kesedihan bari murid, namun sukacita karena Yesus memberkati kita kini dan menyediakan masa depan bagi setiap orang percaya. 


Selamat merayakan hari kenaikan Yesus Kristus bagi kita semua. Tuhan memberkati!


Salam dari:

Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 04 Mei 2024

SETIAP ORANG YANG MEMINTA AKAN MENERIMA

 Kotbah Minggu Rogate (BERDOA), 

Minggu 5 Mei 2024

Ev. Matius 7:1-11




SETIAP ORANG YANG MEMINTA AKAN MENERIMA


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Kotbah minggu ini meyakinkan kita bahwa Allah adalah murah hati. Allah berkenan mendengar permohonan doa dan memberikan setiap orang yang datang meminta, yang mencari akan menemukan dan  membuka pintu bagi setiap orang yang mengetok pintu bagi Allah. 


Yesus mengajarkan pemahaman tentang Allah berbeda dengan Farisi dan ahli Taurat. Farisi dan Ahli Taurat karena penekanan terhafap hukum Taurat yang berisi perintah dan larangan cenderung menjelaskan tentang Allah yang menuntut dan menghukum. Di dalam Taurat ada banyak perintah yang harus di lakukan dan larangan yang harus dituruti, tidak dapat memenuhi perintah akan membawa orang merasa bersalah dan melanggar larangan akan mendapat hukuman. Pandangan keagamaan demikian membentuk konsep pemahaman Allah yang menuntut dan menghukum.  Berdeda dengan Yesus dalam pengajaranNya, Allah digambarkan sebagai  Bapa yang rahmani, mengasihi dan memperhatikan setiap orang. Allah itu hadir untuk menolong dan membebaskan manusia. Jadi keberagamaan adalah kebahagiaan. Hal inilah yang kita temukan di dalam pengajaran dan kotbah Yesus di bukit. 


Kotbah Minggu ini merupakan bahagian dari kotbah Yesus di bukit, khususnya ayat 1-11 terbagi pada tiga bagian. 

Pertama adalah pengajaran Yesus agar tidak saling menghakimi (1-5), Kedua tentang peringatan terhadap muridnya agar berhikmat mengahadapi orang dan tidak ang perlu menghabiskan energi yang siasia kepads orsng yang tidak dapat berubah (ayat 6) dan Ketiga adalah tentang permohonan di dalam doa (7-11).


Baiklah kita mengambil pelajaran berharga dari kotbah Minggu ini:


1. Jangan menghakimi

Apa yang kita baca ini adalah bagian dari kotbah di Bukit yang menyegarkan dan memberikan semangat baru dalam pertumbuhan iman. Suatu spiritualitas yang baru memahami Allah, Allah bukanlah sebagai hakim saja yang menghakimi perbuatan dan perilaku setiap orang tetapi Allah adalah murah hati, memberikan apa yang dibutuhkan.


Benar bahwa Allah memberikan Taurat untuk dituruti. Dalam prosesnya seluruh perilaku diukur dari Taurat, boleh tidaknya sesuatu pekerjaan siukur dari legalitas Taurat. Pemahaman Yahudi tentang Taurat menjadikan setiap orang menjadi pengawas perilaku setiap orang. Tindakan dan perilaku dinilai dengan apakah sudah sesuai dengan Taurat atau tidak. Hal inilah yang disebut dengan legalisme. Segala sesuatu dinilai benar salah dari sudut pandang Taurat. Setiap orang akhirnya hanya melihat perilaku orang lain sehingga lupa akan melihat diri sendiri. Matius 7:3 (TB)  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?


Yesus mengkritik perilaku keagamaan yang legalis dari kaum Farisi, aturan keagamaan bukanlah untuk membenarkan diri sendiri dihadapan Tuhan dan atas nama peraturan keagamaan menilai orang lain salah dihadapan Tuhan. Aturan keagamaan bukanlah ancaman namun panduan kehidupan, yang menuntun orang dalam hidup.  Agama menuntun kita menyadari apa yang seharusnya kita lakukan sebagai buah dari keyakinan yang benar tentang Allah. Jika Jadi beragama adalah beban berat dan kuk yang berat dibalik semua tungutan keagamaan, tetapi kegembiraan karena ada jalan yang menuju kehidupan. 


Itulah sebabnya Yesus berseru: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Matius 11:28)

Kotbah di bukit ini membuka pengharapan baru bagi mereka, beragama bukanlah beban, berbagai tuntutan ini itu agar lebih kudus, atau lebih bersih dari orang lain dengan segala tuntutan perilaku ini dan itu yang diformalkan dalam Hukum Taurat. Kotbah Yesus menghadirkan bahwa Allah itu baik hati, dekat dengan semua orang yang mau menyampaikan permohonan dan memberikan yang dibutuhkan. Dengan pendekatan seperti itu berkat sorgawi bagi mereka yang selama ini sudah tertutup karena hidup dan perilaku mereka sudah serba salah menurut hukum Taurat, maka dengan kotbah Yesus merupakan air yang segar di saat mereka haus, atau ibarat roti bagi mereka yang lapar. 


Pada bagian ini Yesus menghendaki setiap.orang memeriksa diri sendiri. Alkitab tidak melarang menasihati orang dalam kesalahannya, namun jika hanya untuk menunjukkan kesalahan orang lain dengan maksud mempermalukan atau membully orang lain, hentikan mungkin saja kesalahan kita lebih besar. Jangan menghakimi, karena belum tentu dia salah. Jangan menghakimi karena Allah tidak mengangkat kita hakim terhadap orang lain. 

Roma 14:13

Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!


2. Berhikmat menghadapi orsng yang tak bernurani dan Jljangan melelahkan diri pada pekerjaan yang tidak menghasilkan buah


Nasihat ini sering saya dengarkan: jangan menghabiskan waktumu untuk mengubah orang yang tidak menyukai engkau, karena sebaik apapun yang kamu lakukan akan selalu buruk dimatanya. 

Saya memahami apa yang dimaksudkan oleh nasihat tersebut, agar kita lebih bijak. Lebih baik kita mengalokasikan waktu dan tenaga melakukan hal yang berguna dari pada seseuatu yang mungkin berguna. Namun jika sudah nyata dan tidak berguna mengapa harus menghabiskan energi? 


Apa yang disampaikan oleh Yesus dalam ayat berikut ini mengingatkan kita, jangan menghabiskan energy kepada sesuatu hal yang tidak mungkin berubah. Matius 7:6 (TB)  "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."


Anjing dan babi dua binantang yang dikonotasikan negatif bahkan dinajiskan oleh kaum Yahudi.  Yesus hendak memberikan nasihat kepada murid-muridnya dalam melakukan pemberitaan Injil. Saya tidak bisa membayangkan jika seseorang hamba Tuhan datang menegor dan menasihati orang yang sangat bengis dan kejam? Jangan-jangan nasihatnya tidak berguna malah dianggap sebagai tamparan atau lemparan yang memancing murkah dan amarah akhirnya akan menyerang balik dan mendatangkan resiko yang berat hingga mengancam nyawanya. Benar semua orang harus dinasihati dan berharap akan mendengarkan suara Injil. Namun jika itu menjadi pemicu yang membuat segala sesuatu siasia dan tak berguna, mari pikirkan sebelumnya. 


Injil harus sampai kepada semua orang, namun harus diperhatikan dengan seksama jangan sampai menjadi pekerjaan siasia. Nasihat ini dapat diterapkan juga pada ketetapan-ketetapan Injil yang sifatnya memeteraikan, yang tidak boleh diberikan secara sembarangan kepada orang yang jelas-jelas jahat dan cemar, supaya barang-barang yang kudus tidak dipandang hina, dan supaya dengan demikian orang-orang yang najis menjadi semakin keras hati. 


Yesua juga pernah menjawab permintaan perempuan Kanaan, sepintas jawaban ini menundamg amarah: Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing (Baca Mat 15:26). Namun dalam dialog Yesus dengan perempuan Siro Fenesia menunjukkan iman yang kuat dan kesungguhan memperoleh pengasihan Yesus. Jawaban yang sangat menggugah hati Matius 15:27 (TB)  Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 


Namun demikian, kita harus sangat berhati-hati dalam mengutuk orang sebagai anjing dan babi, dan tidak boleh melakukannya sebelum menguji segala sesuatunya terlebih dulu, dengan bukti-bukti yang lengkap. Banyak orang yang terhilang karena dianggap demikian, padahal, seandainya sarana-sarana yang benar dipergunakan, ada kemungkinan mereka bisa diselamatkan. Seperti halnya kita harus berhati-hati dalam menyebut orang baik sebagai jahat, dengan menghakimi semua orang percaya sebagai munafik, demikian pula kita harus berhati-hati dalam menyebut orang jahat sebagai tidak tertolong lagi, dengan menilai semua orang jahat sebagai anjing dan babi.


3. Dengan meminta kita diberi, mencari akan menemukan dan mengetok pintu dibukakan dan 

Matius 7:7-8: Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka akan mendapatkan dan ketoklah maka pintu  akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan. 


Di dalam doa kita meyakinkan diri bahwa ada Tuhan sumber pengharaoan kita.  Allah itu baik, Dia mengetahui apa yang dibutuhkan. Tidak mungkin memberikan batu atau ular bagi mereka yang meminta ikan kepadaNya. Allah itu baik dan bertindak tepat pada waktunya sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Datanglah kepadaNya, Dia hanya sejauh doa. Kita bisa menjumpainya kapan saja, dimana saja dan apa saja yang kita butuhkan. Ibarat rumah, Allah itu adalah pintu rumah yang selalu terbuka kepada tamu-tamunya yang hendak berkunjung. Banyak orang memahami, ketika tersesak baru datang menjumpai Allah. Padahal dalam segala hal Allah selalu terbuka untuk dijumpai


Dengan pengajaran hal berdoa ini Tuhan Yesus mengajarkan segala sesuatu tersedia dan Allah berkenan memberikannya. Apa yang kita inginkan ada dan tersedia bagi Allah. Apakah setiap meminta langsung diberikan? Dalam hal doa ketiga: minta, cari dan ketok,  urutan ini memberikan kita makna berdoa dan apa yang harus kita lakukan di dalam hal berdoa.


Mintalah,  Allah itu adalah baik, pemurah dan memberi apa yang kita minta. Allah adalah Bapa yang rahmani yang berkenan memberikan apa yang diminta oleh anak-anakNya. Dia hanya sejauh doa. Bagi Allah ada semua, karena Dialah yang empunya segalanya. Mintalah suatu ajakan yang menanamkan rasa optimis dalam hidup, bagi Allah segalanya tersedia. Dia adalah Bapa kita dan kita anak-anakNya. Kasih Allah jauh melebihi kasih seorang kepada anaknya. Tak mungkin seorang ayah memberikan batu ketika anak meminta roti, atau memberi ular sementara anaknya meminta ikan (Mat 7:9-10) atau seorang sahabat memulangkan sahabatnya sementara apa yang diminta ada padanya. Kasih Allah itu jauh lebih dari seorang bapa terhadap anak dan kasihnya melebihi dari seorang saudara (baca Lukas 11:5dyb)


Carilah! Meminta kepada Tuhan bukan seperti menunggu rejeki seperti durian runtuh (penunggu pasif), namun harus ada usaha, mengerjakan apa yang kita doakan. Jika kita berdoa memohon sesuatu bagaimana cara Allah memberikan itu pada kita? Untuk itu carilah. Jika seorang petani ingin menikmati hasil panen melimpah ruah, tentu bekerjalah mengolah lahan, memilih bibit dan merawatnya. Itulah medium Allah memberkati panen kita dengan melimpah. Tuhan akan memberkati tanaman yang kita tanam untuk mendatangkan hasil yang baik.


Ketoklah! Disini yang ditekankan butuh keasabaran. Hal sederhana saja misalnya jika kita mau memasuki rumah teman atau sahabat. Setelah kita ketuk (bell) tentu kita tidak langsung masuk dan menjumpainya di dalam rumah bukan? Namun setelah kita ketok, kita akan menunggu beberapa saat dan ketika tuan rumah mengetahuinya sang tuan rumah pun membuka pintu dan mempersilahkan kita masuk rumah. Jadi Yesus disini hendak mengajarkan suatu ajakan agar kita menunggu respon Allah atas apa yang kita minta. Kita percaya Allah akan mendengarkan doa dan memberikan apa yang kita minta dan memberikannya tepat pada waktunya. Sebagaimana kata Pengkotbah: segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkotba 3:11a). Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 27 April 2024

ORANG YANG MENCARI TUHA. AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU

 Kotbah Minggu Kantate, 28 April 2024

Ev. Mazmur 22:26-32



ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini merupakan undangan untuk memuji-muji Tuhan. Sesuai dengan nama minggu yaitu "kantate" artinya: nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan. 


Melalui Mazmur 22 ini kita belajar dari kesaksian iman pemazmur. Dia hidup di jalan Tuhan, setia dan tetap percaya dalam menghadapi segala kesengsaraan yang menimpa hidupnya. Setia di jalan Tuhan bukan berarti semuanya indah, di sini pemazmur mengalami kesusahan, hidupnya merana dan jauh dari pertolongan Tuhan. Dalam kesengsaraan yang mendalam tersebut pemazmur tetap berharap dan memiliki keyakinan pada pertolongan Tuhan. Dia percaya orang yang takut akan Tuhan akan tetap memuji-muji nama Tuhan. 


Jika kita baca keseluruhan pasal 22 ini bahwa kesengsaraan pemazmur bukan karena kesalahannya sendiri, namun karena musuh-musuhnya kejam dan bengis. Pemazmur kewalahan menghadapi musuh-musuhnya, kekuatannya habis dan seolah tak berdaya (ay 16). Dia diibaratkan seperti ulat yang tak berdaya (ay 7) semantara musuh-musuhnya digambarkan seperti lembu jantan dan banteng (ay 13) yang dihadapi seorang matador, seperti singa yang siap menerkam (ay 14) dan seperti gerombolan anjing galak (17). Semua itu musuh-musuh bengis, gerombolan penjahat yang siap mengepung dan melahap mangsanya. Pemazmur tidak berdaya menghadapi semua itu, disinilah pemazmur berdoa dan menantikan pertolongan Tuhan.


Mazmur 22 ini sangat terkenal karena doa inilah yang disampaikan oleh Tuhan Yesus di kayu salib saat-saat terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhir. 

Mazmur 22:2 Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. 

Seruan itu bukanlah mau mengatakan bahwa Yesus ditinggalkan Allah, namun Yesus menyampaikan doa orang saleh sebagaimana disampaikan dalam Mazmur 22 ini.


Sahabat yang baik hati! 

Marilah kita mengambil pelajaran penting dari kotbah ini dalam menjalani kehidupan kita saat ini.


1. Sekalipun hidup merana namun tetap berkantate memuji nama Tuhan! 


Hidup penuh tekanan tetap berkantate, hidup penuh dengan ancaman tetap berkantate. Kotbah ini mungkin sulit dijalankan, namun pemazmur dan Yesus telah melakukannya, bahkan mungkin banyak pengalaman rohani orang percaya menerapkan kisah seperti itu. 


Mungkin ada pengalaman-pengalaman pahit dalam hidup kita, pengalaman hidup di komunitas dan lingkunga kerja: anda telah melalukan yang terbaik namun selalu salah di mata orang. Anda telah berjerih juang yang terbaik namun belum membuahkan hasil. Ada telah bekerja keras dan menghasilkan yang terbaik namun tidak dihargai oleh orang lain. Telah banyak orang menikmati buah pekerjaan anda dalam komunitas namun anda mendapat demosi tetap bahkan dengan sengaja memojokkan dan mematikan karier anda. Dalam keadaan demikian janganlah berhenti menjadi orang yang menghasilkan kebaikan, tetaplah berbuah seperti pengalaman pemazmur ini.


Sekalipun sudah tak berdaya pemazmur berkata dalam Mazmur 22:14-15 (TB) (22-15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; 

(22-16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. 

Namun dalam ayat berikutnya pemazmur memupuk asa dalam dirinya bertumbuh menjadi iman yang kokoh. Dalam.keadaan merana dia mencari Tuhan, dalam.keadaan tak berdaya tetap menaruh harapan pada pertolongan Tuhan. Dia berdoa dan mengungkapkan rasa sesak dihati kepada Tuhan, "...mengapa Engkau meninggalkan aku?"


Dia percaya bahwa orang yang setia mencari Tuhan akan memuji-muji namaNya. Dalam segala keadaan yang menyusahkan tetap berkanteta, memuji Tuhan dan menyanyikan bagian baru bagi Tuhan. 

Sedikitpun tidak ada terbertik dalam pikirannya untuk meninggalkan Tuhan. Pemazmur tetap setia, taat dan saleh, menaati kewajiban religiusnya dengan membanyar nazar dan persembahan yang dikhususkan untuk Tuhan. Otulah jiwa pemazmur yang tetap berkantate sekalioun hidup merana.


2. Saatnya orang jahat berbalik dan orang sombong bersujud


Sebagaimana disebutkan diatas kejahatan musuh-musuh pemazmur telah digambarkan seperti binatang, seperti lembu jantang dan banten-vbanten yang siap menyeruduk, seperti singa yang siap menerkam, dan seperti anjing yang yang mengerumuni dan menggonggong. Bagaimana seseorang menghadapi situasi ini? Jika kita baca keseluruhan pasal 22 ini tidak ada sikap reaktif dari oemazmhr, namun dia pasrah dalam doa dan memohon pada Tuhan.


Namun keyakinan pemazmur tehadap musuh-musuhnya adalah akan ada waktunya orang jahat berbalik dan orang sombong sujud. Pemazmur percaya Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan, dan kesombongan menghina dan menindas orang ysng tak berdaya 


Dalam pengalaman hidup sehari-hari bisa saja terjadi demikian. Seorang petinju dalam pertemuan pers sangat sombong menghina lawannya, namun saat bertanding jatuh tersungkur dan kalah memalukan. Atau mungkin dalam hidup bertetangga, merasa kaya dan menghina orsng lain namun dalam seturut waktu keadaan berbalik.


Alkitab adalah bukti historis Allah melawan kesombongan melalui kisah nyata dalam sejarah peradaban manusia. Banyak kisah Alkitab yang menjadi pelajaran bahwa kesombongan diruntuhkan oleh Tuhan. Firaun menjadi mummi, pembangunan Menara Babel berantakan, kisah Goliat dan Daud, serta cerita-cerita lainnya yang menggugah hati.


Hal yang mau diingatkan oleh Pemazmur adalah Tuhan tidak akan berdiam membiarkan kejahatan bertambah jahat dan kesombongan orsng sombong menjadi-jadi. Tuhan bekerja waktunya orang jahat akan berbalik dan orang sombong akan sujud. Orang percaya tetap setia dan rendah hati menikmati berkat Tuhan. Itulah sebbanya pemazmur berkata: Mazmur 22:26 (TB) (22-27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! 

Tetapi orang sombong akan sujud dan tidak dapat menyambung hidup.


3. Kantate orang yang mencari Tuhan bukan hanya kini tetapi sampai ke masa depan anak cucu


Pada bagian akhir kotbah ini, diceritakan tentang masa depan orang yang setia mencari Tuhan, dimana keturunannya dan anak cicunya akan menceritakan tentang Allah, perbuatan dan pertolongan Tuhan dalam sejarah hidup keluarga orang yang mencari Tuhan.


Mazmur 22:30-31 (TB) (22-31) Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. 

(22-32) Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya. 


Disini kita menemukan visi dari pemazmur, berharap pada Tuhan bukan hanya terjawab kini tetapi juga pada generasi berikut. Kemenangan orsng yang mencari Tuhan bisa saja tidak terjadi pada masa hidupnya, namun kejayaan pada anak cucunya. 


Kesetiaan orang yang mencari Tuhan sekalipun sengsara dan merana akan membentuk pribadi yang ulet, tangguh dan berkarakter. Keteladanan menghadapi itu akan membentuk karakter unggul pada anak-cucu. Mereka akan menceritakan kisah leluhur mereka yang memantafkan penderitaan menjadi kemenangan. Sehingga mereka mengikuti jejak pendahulunya serta taat beribadah.


Pemazmur disini mau menceritakan tetang pengalaman bangsa Israel yang disebut dengan Credo. Mereka mengingat semua penderitaan di Mesir dan oleh kuasa tangan Tuhan mereka bebas dan memberikan Kanaan. Credo ini harus diajarkan, diulangulangi dan setiap angkatan akhirnya memiliki dan menghayati cerita itu dan membentuk mereka menjadi pribadi yang tetap memelihara keyakinan leluhur mereka dengan beribadah kepada Tuhan. 

Selengkapnya Credo ini dapat kita baca dalam: 


Ulangan 6:21-25 (TB) maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat. 

TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita;

tetapi kita dibawa-Nya keluar dari sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberikan kepada kita negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita.

TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini.

Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita." 


Menceritakan masa sulit, hidup merana yang dialami oleh orang tua perlu diceritakan kepada anak-anak agar mereka memiliki daya juang, tangguh dan siap menghadapi masalah. Mari kita berkantante dan kelak juga anak-cucu kita menjadi anak-anak yang mencari Tuhan dan berkantate. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 20 April 2024

YESUS GEMBALA YANG BAIK

 Kotbah Minggu Jubilate, Minggu 21 April 2024

Ev. Yohanes 10:11-18




YESUS GEMBALA YANG BAIK


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengajak berjubilate karena berita sukacita yaitu: Yesus Gembala Yang Baik. Yesus bukanlah gembala biasa yang menuntun domba ke padang gurun, menuntun ke air sejuk. Lebih dari itu, Yesus datang mencari yang hilang,  menuntun kita kepada kehendak Allah dan memgobankan nyawaNya agar kita memperoleh kehidupan yang kekal.


Jubilate berarti bersukacita atas pembebasan. Jubilate mengingatkan kita akan tahun Yobel dalam kitab Imamat 25. Dalam tahun Yobel umat Allah merayakan tahun rahmat Tuhan telah datang, umat bersukacita merayakan pendamian dan pembebasan; pembebasan manusia dari bebagai beban hidup: perbudakan, hutang dan beban lainnya. Tanah dan rumah yang tergadai pada tahun yobel kembali kepada pemiliknya. Tahun yobel menghargai harkat orang miskin, menghargai tanah karena tahun ke limapuluh ladang beristirahat dan tidak diolah. Pembebasan itu bukanlah karena usaha manusia tapi karena ketetapan Tuhan. Setiap orang bersukacita dan bersoraksorai karena rahmatNya.


Marilah kita menggali beberapa pokok pesan yang penting dari kotbah minggu ini. Sebagai ungkapan syukur kita karena keselamatan di dalam Yesus Kristus. Yesus adalah Gembala yang baik yang telah membebaskan kita dari dosa dan menuntun kita kepada kehidupan yang kekal. 


1. Yesus Gembala yang baik - mari menghayati  pengorbananNya.


Yesus gembala yang baik. Mungkin kita di Indonesia tidak familiar memahami tugas seorang gembala. Kalau pun ada beternak dan memelihara kerbau paling satu atau dua ekor, sebelum pergi ke sekolah bangun pagi membawa kerbau ke ladang untuk bisa makan rumput.


Gembala dalam konteks Perjanjian Baru sangat berbeda, yakni menjelaskan tugas dan tanggung jawab besar untuk  memelihara, merawat dan mengawasi kawanan domba yang banyak di padang gurun. Seorang gembala harus menuntun kawanan domba saat pagi hari ke padang rumput, mengawasi dan melindunginya dari segala predator buas seperti singa, serigala dan binatang buas lainnya. Menjelang petang hari sang gembala akan menuntun dombanya meminum air sejuk setelah itu membawa mereka kembali pulang ke kandang. Gembala yang baik akan tahu jumlah dombanya, jika ada yang tersesat, maka dia akan segera mencarinya agar tidak dimangsa serigala. Jika luka dia akan membalutnya dan menggendongnya.


Gambaran demikianlah yang dimaksukan oleh Yesus berkata: Akulah Gembala Yang Baik! Suatu pernyataan sejuk dan memberikan jaminan bagi kita. Yesus sang Gembala Yang Baik akan melihara hidup kita. Yesus menuntun kita ke padang rumput hijau, dijagai dari mara bahaya, dituntun ke air sejuk dan dibawa pulang sebagai kawanan domba Allah.


Yesus sebagai Gembala yang baik menjelaskan kepada kita lebih dalam dari tugas gembala biasa, yaitu oengorbanan diri. Yesus gembala yang baik yang menyerahkan Nyawa demi menyelamatkan manusia. Disini Yesus menyebutkan tugas yang diembanNya melalui kematianNya di kayu salib. Dosa telah membuat manusia tersesat dan semakin jauh dari Tuhan. Konsekwensi dosa adalah maut. Yesus datang ke dunia ini mencari dan menyelamatkan kita. Karena manusia telah diperhamba dosa dan konsekwensi dosa adalah maut. Maka satu-satunya menyelamatkan manusia berdosa adalah Yesus menjalani kematian agar kita yang mati oleh dosa ditebus dan menjadi milik Allah.


Ketika kotbah ini memperdengarkan Yesus gembala yang baik, kita bersyukur atas pengerobanan Yesus dan sekaligus mengajak kita untuk menghayati tugas pastoral para murid. Pertanyaan dan penugasan Yesus kepada Rasul Petrus kini diperdengarkan kembali kepada kita. Jika kita benar-benar mengasihi Yesus dengan sungguh-sungguh maka kita melakukan tugas pelayanan kita dengan pengorbanan lebih sungguh-sungguh. 


2. Domba yang mengenal gembalanya


Pada bagian kedua ini saya mengajak kita untuk mendalami keberadaan kita sebagai kawanan domba Allah. Hal ini berkaitan dengan pernyataan dari  Yohanes 10:14b ".....domba-domba-Ku mengenal Aku."


Pelayanan sang Gembala yang baik, membuat kawanan domba menaati dan apa yang diperintahkannya. Gembala berjalan di depan dan kawanan domba mengikutinya. Ketika sang gembala bersuara mengarahkan semua kawanan domba, suara gembala dikenal domba dan mengikutinya. Gembala yang baik akan didengarkan dan ditaati kawanan domba.


Gembala yang baik mengharapkan domba-dombanya yang baik pula, mau dituntun, dibimbing dan diarahkan sehingga tak tersesat dan tercerai berai oleh serigala pemangsa. Kita bersyukur mengenal Yesus sang gembala yang baik dan kita adalah kawanan domba. 


Sebagai kawanan domba yang baik ada tiga hal yang harus dimiliki oleh orang percaya sebagai domba gembalaan Tuhan Yesus Kristus. Ketiga hal ini ini sekaligus menjadi tiga tahapan menjadikan kita menjadi murid Tuhan Yesus. 


2.1. Mendengar: 

Mendengar adalah indera penerima pesan dalam diri manusia. Jika terganggung pendengaran maka sulit untuk diarahkan, diajak dan dituntun. Dengan mendengar kita mengetahui, aba-aba atau perintah. Suara sang Gembala akan memanggil donba-dombanya agar dituntun kepada padang rumbut hijau. Demikianlah orang percaya harus mau mendengar suara Tuhan Yesus yang senantiasan bersei dan menggil nama kota satu-persatu untuk melakukan kehendak Allah.   Dapat kita bayangkan bagaimana domba yang tak mau menuruti suara gembalanya dia tak akan menadapat rumput hijau malah tersesat dan bisa menjadi sasaran predator.


2.2. Mengenal: jika kita mengenal seseorang pasti kita mengenal suaranya. Nomor yang tidak tercantum namanya di hp anda pasti anda bisa menebak suara siapa yang menelpon anda. Itulah contoh kekuatan mendengar.  Dengan mendengar kita mengenal suara seseorang. Demikianlah orang percaya di dunia ini, begitu banyak suara yang lewat di telinga menggoda, merayu dan membujuk kita agar meninggalkan imannya bahkan dengan janji-janji. Dalam semua itu sebagai murid harus bisa membedakannya mana suara dunia yang menyesatkan dan mana suara sang gembala agung yang menuntun kita kepada keselamatan. Domba yang baik akan selalu.mendengar dan mengenal suara Tuhan Yesus. Dialah  Yuruselamat dunia yang diutus Allah menyelamatkan manusia dari dosa.


2.3. Mengikut: 

Mendengar dan mengenal tak cukup, tetapi harus mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus. Lagu lama ini sering kita dengar: mengikut Yesus keputusanku, mengikut Yesus keputusanku, mengikut Yesus keputusanku. Kutak ingkar, ku tak ingkar. 


Sahabat yang baik hati ketiga hal dan tahapan inilah yang harus dimilikiIi oleh seorang murid Tuhan Yesus: mendengar, mengenal dan mengikut Tuhan Yesus. Tanpa ketiga hal ini kita tidak dapat nenjadi muridNya sebagaimana telah dikatakan oleh Tuhan Yesus: Matius 16:24 (TB)  Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.


3. Tugas pastoral orang percaya masa kini terhadap domba-domba lain milik Allah


Yohanes 10:16 (TB)  Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.


Bagian ketiga dari kotbah ini mengingatkan kita akan tugas dan tanggung jawab pastoral orang percaya di tengah-tengah dunia ini. Hal ini dapat kita kembangkan dari ayat 16, dimana Yesus sendiri memberitahukan bahwa masih ada domba-domba lain milikNya namun belum dalam satu kandang. Pesan ini merupakan pemberitahuan dan sekaligus penugasan pada murid untuk melakukan missi . Setiap orang di bumi ini adalah milik Allah, yang harus dihormati, dihargai dan disayanhi karena mereka juga adalah orang yang ikut di dalam penebusan. Setiap orang harus merasakan dan merayakan pengorbanan Yesus sang gembala yang baik. Jadi arang lain adalah milik kepunyaan Allah yang harus dituntun, diajak untuk untuk mau mendengar suara sang gembala dan menjadikan mereka menjadi satu kawanan (missi). 


Mendalami makna ayat 16 ini setidaknya ada tiga tugas orang percaya terhadap orang lain


3.1. Harus Kutuntun

Yesus telah menuntun kita kepada kehendak Allah, melaluim pengajaran Yesus tentsng kerajaan Allah kita murid-muridNya dituntun kepada kehendak Allah. Sehingga kita mengetahui apa yang baik dan benar serta apa yang seharusnya dilakukan dalam hidup imi.


Meneladani Yesus gembala yang bagi menugaskan kita dalam minggu ini bagaimana kita menjadi orang yang dapat mencegah orang hidup dalam kesesatan. Di dunia ini banyak tawaran dan godaan, siasat dan jebakan yang membuat orang tersesat dalam hidupnya sehingga jauh dari kehendak Allah. 


Yesus memanggil dan menugaskan Rasul Petrus untuk melakukan tugas penggembalaan. Yohanes 21:17 (TB)  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.


3.2. Mendengar suara Yesus

Tugas kedua disini adalah bagaimana mengajak orang mendengarkan suara Yesus. Dunia yang kita diami saat ini penuh dengan suara dari suara bisik-bisik hingga suara keras yang memekakkan telinga. Dalam kenyataannya ada banyak orang yang tersesat seperti kisah anak yang hilang, menhikuti keinginan dan berjakan kepada kebinasaan. Yesus sang gembala yang baik datang mengingatkan dan menuntuk kita kepada kehendak Allah. 


Inilah yang saya sebutkan sebagai tugas pastoral orang percaya dimasa kini. Masa kkta nisebut dengan era 4.0, era digital dan dalam tehnologi komjnikasi disebut era 5G. Banyaknyang memperdengarkan ajakan, mempertontokan kekoyolan dan berbagai sikap yang tidak terpuji agar viral. Hingga ada yang berkotbah bukan lagi menyuarakan kebenaran Firman tetapi bagaimana agar viral. Jika kita tidak arif kita akan jatuh kepada kesesatan yang semakin jauh dari kehendak Allah. Saat ini Yesus menegaskan akan Kutuntun. Sebagsi pengikut Yesus,  orang percata diingatkan oleh kotbah Minggu ini disapa untuk mau mendengar suara Yesus. Suara Yesus yang lembut yang menuntun kita jalan kehidupan yang kekal.


3.3. Menjadi satu kawanan

 Bagian ketiga ini bagaimana kita hadir menjadi sahabat bagi yang lain. Alasan utama disini adalah orang lain itu bukan musuh, bukan yang harus diharamkan dan dikafirkan. Kita diajak mengoreksi pemahaman kita terhadap orang lain. Di kalangan Krisren dendiri masih banyak yang menjafakan kita umat yang diberkati, yang lain yang dikutuki. Disini, Yesus mengingatkan  mereka adalah milik kepunyaan Allah juga. Setiap orang di dunia ini adalah milik kepunyaan Allah. Orang lain bukan musuh, namun sahabat yang perlu disapa dan rangkul agar mereka untuk merasakan hangatnya cinta kasih dari sang gembala yang baik.


Dengan tugas ini, kita diajak untuk mengevaluasi sikap kita terhadap orang lain. Jika orang lain adalah milik Allah maka ujaran kebencian, menghina dan merendahkan orang lain adalah tindakan yang tidak terpuji. Hadirlah menjadi sahabat bagi orang lain dan setiap pribadi menjadi duta Allah untuk menyalurkan kasih sayang sang gembala yang baik.


Sahabat yang baik hati! Pesan Tuhan Yesus kepada kita untuk menggapai kawanan domba-domba yang lain adalah milik Allah dan visi Yesus kelak mereka akan menjadi satu kawanan domba Allah di dalam penggembalaan sang gembala yang baik. 


Yesus tidak membatasi diri suku bangsa tertentu, tetapi di Gembala untuk semua, bahkan termasuk kawanan domba lain yang belum masuk dalam penggembalaan sang Gembala yang baik. "Kawanan domba-domba lain" adalah sebutan bagi non Yahudi dan segala suka bangsa yang mau menerima Yesus Kristus dalam hidupnya. Dengan renungan ini kita semua adalah bahagian yang digembalakan Yesus Kristus. Sehingga tidak ada pembatasan baik Yahudi maupun non Yahudi, kita semua kawanan dombanya yang dipersatukan di dalam Yesus Kristus. 


Yesus juga berdoa agar kawanan domba yang percaya kepada Yesus Kristus atas pemberitaan orang percaya masuk dalam satu kawanan Sang Gembala yang baik. Yohanes 17:20-21 (TB)  Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.


Sahabat yang baik hati! Inilah yang harus kita syukuri dan berjubilate bahwa kita semua hidup dalam pemeliharaan dan penggembalaan Yesus sang Gembala yang baik.  Sebagaimana ungkapan pemazmur 23:1 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Mari ikut ajakan suara sang Gembala yang baik.


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...