Sabtu, 09 November 2024

MEMBERI DARI KEKURANGAN

 Kotbah Minggu XXIV Stlh Trinitatis

Minggu, 10 Nopember 2024

Ev. 1 Raja-raja 17: 7 - 16




*MEMBERI DARI KEKURANGAN*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati. Kotbah minggu ini memberikan keyakinan kepada kita bahwa Tuhan itu memelihara hidup kita. Kekurangan tidak menjadi alasan untuk dapat berbagi, justru di dalam kekuarangan itulah kita dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain sebagaimana contoh kisah janda di Sarfat. Memberi dari kekurangan: tidak ada alasan untuk tidak berbagi dan menolong orang lain sekalipun kita kekurangan. Kerelaan memberi dari kekurangan di situ ada berkat berkelimpahan. 


Elia adalah nabi besar dalam sejarah Israel. Dia hadir sebagai nabi melawan rezim Ahab dan isterinya Izebel yang sangat jahat. Kejahatannya menjadi peringatan bagi bangsa Israel agar tak ada lagi pemimpin demikian: membunuh para nabi, membuat patung baal dan mendatangkan mala petaka yang besar bagi Israel. Jika Salomo adalah Raja yang paling bijaksana maka Ahab sebaliknya raja hang paling terkenal kejahatannya bersama Izebel.

Perlawanan Nabi Elia terhadap Ahab/Izebel adalah bahwa Allah Israel itu adalah Allah yang hidup dan berkuasa sementara baal yang puja-puji Izebel adalah benda mati. Elia telah bernubuat bukti Tuhan Allah Israel adalah Allah yang hidup bahwa tidak akan datang hukan selama tiga tahun enam bulan (1 Raj 17, band Luk 4:25-26). Atas kelaliman Ahab, Elia hadir menyakinkan umat Allah bahwa Tuhan itu hidup dan berkuasa dengan berbagai mujizat yang dilakukannya. Puncak pembuktian Allah Israel itu adalah Allah hidup dan berkuasa dibuktikan pada peristiwa bukit Karmel (Baca 1 Raj 18:20dyb).


Kotbah Minggu ini satu dari sekian peristiwa besar yang dilakukan oleh Elia. Setelah sungai Kerit kering Allah menyuruh Elia untuk pergi ke Sarfat. Satu daerah yang kering karena dampak kekeringan. Berangkat dari daerah kering menujung ke daerah kering kerontang, daerah yang mengalami kelaparan dan kekeringan. Penduduknya hanya tinggal menunggu lonceng kematian. ALLAH memakai Elia untuk melanjutkan kehidupan Jandi di Sarfat dan penduduknya. Elia melakukan mujizat besar sehingga janda itu dapat melanjutkan kehidupannya melewati masa kelaparan dan kekeringan. Tuhan memelihara hidup hambaNya


*1. Tuhan itu adalah Allah yang hidup - memelihara hidup hambaNya:*


Sebelum perikop kotbah minggu ini, telah diceritakan bahwa untuk menyelamatkan diri dari pengejaran Izebel, Elia diperintahkan Tuhan oergi dan tinggal di sungai sungai Kerit. Selama menjalani musim kering Tuhan akan memelihat hidup hambaNya Elia melalui burung gagak. Burung yang paling rakus dapat dijadikan Tuhan menjadi penyedia makanan bagi hamba Tuhan (baca 1 Raj 17:1-6). 1 Raja-raja 17:6 (TB) Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.


Peristiwa ini membuktikan bahwa Allah memelihara hidup hambaNya. Elia hamba Allah tidak akan mati kelaparan, saat tak ada manusia yang perduli Tuhan memakai burung gagak memperhatikan Elia. Elia bukan hanya bertahan hidup, namun dalam serba kekuarangan dipakai Tuhan berkelimpahan. Elia melakun mujizat di Sarfat dan menghidupi orsng disekitarnya. Elia 


*2. Memberi dari kekurangan - teladan iman dari Janda di Sarfat yang tulus dan taat.*


Ada saja cara Tuhan memelihara orang yang percaya kepadanya. Kisah seorang janda di Sarfat membuktikan iman akan menolong kita menemukan jalan kehidupan. Janda ini sudah kehabisan stok makanan, tinggal sekali masak lagi setelah itu dia dan anaknya akan mati.

Bagaimana mungkin bisa memberikan roti bagi orang lain sedangkan dirinya sendiri berkekuarangan? 


Logika egoisme manusia pasti berkata tidak mungkin mendahulukan orang lain. Seandainya janda itu posisi saya pasti tidak akan memberikannya karena inilah stok terakhir san setelah itu mati. Bagaimana kita bisa memberi sementara kta kekurangan? Seseornsg yang berkelebihan saja terkadang sulit memberi. Itulah penilaian umum yang terjadi di kalangan masyarakat - orang akan memberi dari kelebihannya. 


Kotbah minggu ini mengubah mindset berpikir justru agar kita hidup melewati pancaroba, jangan berpikir untuk menerima saja tetapi dalam.keadaan krisi setiap orang harus bersedia memberi. Apa jadinya janda itu jika egois, tidak mau memberi dsn menghabiskan stok terakhir dari rotinya? Besok tohndia akan mati karwna sudah habis stok. Namun saat mau berbagi dan rela memberi Allah memberkatinya prang lain tertolong dan dirinya terselamatkan. 


Disinilah Tuhan datang menolongnya dengan ujian. Memamg bisa saja kita sebut sebagain ujian. Elia meminta janda itu agar memberinya minum dan memberi sepotong roti. Janda itu terbuka mengatakan sejujurnya stok padanya tinggal stik akhir. Namun Elia berkata agar janda itu membuat roti itu dan leboh dahulu membuatnya untuk Elia : 1 Raja-raja 17:13 (TB) Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu."


Permintaan Elia ini hendak memberi pelajaran. Di dalam keadaan krisis sekalipun, kita tetap mengutamakan orang lain. Siapa tahu yang dilayani adalah hamba Tuhan atau suruhan Tuhan yang mengurapi dan memberkati 


Dalam keadaan demikian janda itu tak banyak tanya, dia melakukannya untuk Elia. Apa yang dapat kita lihat dari iman janda ini:

- dalam keadaan kritis sekalipun dia masih membuka pintu bagi orang lain.

- jujur atas apa yang ada padanya

- melakukan apa yang disampaikan nabi Elia: mendahulukan hamba Tuhan sekalipun stok makanan terakhir

Janda si Sarfat adalah contoh iman bahwa apa yang ada padaNya diberikan dengan tulus kepada hambaNya. Lihatlah dia tidak kekurangan justru mendapat pemeliharaan Tuhan.


*3. Mujizat di Sarfat: tepung tak habis dan minyak tak berkurang.*


Janda di Sarafat mungkin berpikir ini adalah hari terakhir baginya, setelah itu mati karena stok makanan telah habis. Pasrah menunggu lonceng kematian namun sebelum mati telah memberi dari kekurangan. Ini adalah yang diberikannoleh Janda di Sarfat. Tuhan berkehendak lain, justru Allah yang hidup, melakukan perbuatan besar dimana stok terakhir tidak pernah berakhir. 1 Raja-raja 17:16 (TB) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. 


Usai Elia makan roti stok terakhir itu, janda di Sarfat mendapat duka, anaknya sakit dan meninggal dunia. Elia turut berseding dan dia melakukan sesuatu. Elia menyembuhkan dan menghidupkannya kembali anaknya. Disini kita menerima suatu pelajaran bahwa Tuhan bukan hanya mengatasi kelaparan atau apa yang kita butuhkan dalam hidup namun Tuhan sendiri memberikan kehidupan janda di Sarfat . Yesus berkata, akalah kebenaran, jalan dan hidup (Yoh 14:6). Yesus sendiri telah memberikan nyawaNya agar kita beroleh hidup yang kekal.

Dalam keadaan krisis sekalipun kotbah ini menginspirasi bahwa Tuhan menyediakan kebutuhan hidup dan kehidupan itu sendiri.


Sahabat yang baik hati! Tuhan itu adalah Allah yang hidup, demikianlah Tuhan memelihara hidup kita di jaman kini. Dia tetap hadir dan akan selalu hadir memelihara hidup kita. Tuhan memberikan jaminan atas krisis yang kita alami, memberikan kesembuhan dan memberikan kehidupan yang kekal bagi kita. Percayalah kepada Tuhan Allah kita yang hidup. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak





Sabtu, 26 Oktober 2024

TUHAN SANGGUP MELAKUKAN SEGALA SESUATU

 Kotbah Minggu XXII Stlh Trinitatis,

Minggu, 27 Oktober 2024 

Ev. Ayub 42: 1-6




TUHAN SANGGUP MELAKUKAN SEGALA SESUATU


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Kotbah minggu ini meneguhkan kita mengimani bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Penderitaan yang dialami orsng percaya hendaknya tidak mengubah kesetiaan kepada Tuhan. Orang yang setia di dalam penderitaan lebih berharga di mata Tuhan, sekalipun harus kehilangan segala sesuatu dari apa yang dia miliki, percaya Tuhan dapat memulihkan keadaan dan menyediakan yang lebih berharga bagi hidup kita. 


Kitab Ayub sebagai sastra hikmat memberikan pemahaman keagamaan; memiliki iman bukan hanya menerima apa yang baik dari Tuhan tetapi tetap setia dalam penderitaan. Tuhan tidak hanya bekerjaa saat mendatangkan kebahagiaan, dalam segala keadaan Allah menyampaikan maksudnya kepada manusia. Penderitaan bisa juga menguji kesetiaan kita dan cara Allah memberi berkat pada orang yang dikasihinya.  Dibalik semua yang terjadi dalam hidup ini, kita percaya Allah mengetahuinya. Keputusan Tuhan tidak dapat dinilai dari cara berpikir manusia, seolah orang baik dapat kemujuran dan orang yang buruk akan mendapatkan hukuman. Ada kalanya orang fasik meraih keberhntungan namun keberuntungannya tidak menjadi berkat. Ada kalanya orang baik harus mengalami hal buruk namun itu bukan buah dari perbuatannya.  Penderitaan yang dialaminoleh orang baik adalah cara Allah menyampaikan maksudnya bagi manusia. Kitab Ayub hendak berpesan apa yang terjadi dalam hidup ini sepenuhnya di dalam Tuhan. Maka dalam keadaan baik atau buruk orang percaya harus tetap setia dan memuji Tuhan. Kita percaya tidak ada kejadian yang tidak dikeyahuinoleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi adalah atas sepengetahuan Tuhan. Manusia hanya terbatas memahami maksud Allah dari apa yang terjadi. Pelajaran dari kitab Ayub, kita percaya Allah maha kuasa dan sanggup melakukan segala sesuatu menurut kehendakNya. Tugas manusia adalah menjalankan keputusan Allah dengan setia. 


Kitab Ayub menjadi literasi yang mencerahkan, menolak teodisi yang umum diterima orang. Teodisi adalah suatu ajaran yang membenarkan Tuhan atau membela Tuhan atas realitas hidup. Hanya kebaikan bersumber dari Tuhan, segala yang buruk adalah dampak dari dosa, jika ada penderitaan itu adalah akibat dosa dan diyakini sebagai hukuman. Sahabat-sahabat Ayub adal tipe-tipe teodisi yang ada pada masa itu, pemahaman mereka bahwa tidak mungkin hal buruk diberikan Tuhan kepada Ayub, kalau Ayub setia di dalam Tuhan. Mereka mendorong Ayub untuk memeriksa hidupnya bahwa pasti ada kesalahan yang telah terjadi. Ayub menyangkal paham teodisi dari pada sahabatnya sampai Ayub menyebut mereka sebagai penghibur sialan. Yang terjadi pada Ayub tidaklah seperti yang dituduhkan sabat-sahabat Ayub, dia diijinkan Tuhan mengalami penderitaan, semua derita yang dia alami bukanlah karena dosa. Ayub tercatat orang baik, saleh, jujur  dan Takut akan Tuhan (Ayub 1: 1-2). Kalau penderitaan itu semua akibat dosa, Ayub tidak berterima dan itu suatu kekeliruan besar. Namun Ayub percaya keputusan Allah adalah hak dan otoritas Allah, tidak ada yang dapat memberikan pertimbangan kepada keputusan Allah benar atau salah karena Allah adalah maha kuasa. Kisah Ayub memberikan pengajaran mendalam agar tidak seorang pun menghakimi atas penderitaan yang dialami oleh seseorang namun percaya daam segala hal Allah sanggup memelihara dan memulihkan keadaan. 


Berkenaan dengan pandangan teodisi sahabat-sahabat Ayub, yakni: Penderitaan adalah buah dari pelanggaran dan dosa manusia. Allah tidak mungkin mendatangkan hal buruk pada manusia. Jika ada hal buruk itu adalah ulah manusia itu sendiri. Pandangan semacam itu dapat kita temukan dari sudut pandang sahabat-sahabat Ayub yakni: Elifas, Bildad, Zofar dan Elihu. Berikut ini saya kutip argumentasi sahabat-sahabat Ayub:  yaitu: 

- Ayub 4:1, 7-8 (TB) 1 Maka berbicaralah Elifas, orang Téman: 7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?  8 Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.

- Ayub 5:6-7 (TB) 6 Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; 7 melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi.

- Ayub 8:4-7 (TB) 4 Jikalau anak-anakmu telah berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka. 5 Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa, 6 kalau engkau bersih dan jujur, maka tentu Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu. 7 Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia. 

- Ayub 22:29-30 (TB) 29 Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala! 30 Orang yang tidak bersalah diluputkan-Nya: engkau luput karena kebersihan tanganmu." Argumentasi sahabat-sahabat ayub jika dirangkumkan ada 


Kitab Ayub menolak teodisi bahwa penderitaan yang menimpa seseorang adalah akibat dosa karena apa yang terjadi pada Ayub tidaklah demikian.  Ayub adalah orang saleh, jujur dan takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan (1: 1,8). Ayub menganggap sahabatnya keliru bahkan sangat kesal sampai menyatakan: "Hal seperti itu telah acap kali kudengar, Penghibur sialan kamu semua." ( Ayub 16:2). Kitab Ayub hendak memberikan pencerahan bahwa ada kalanya hal buruk terjadi pada orang baik dan tugas orang percaya adalah setia di dalam penderitaannya. Ayub dalam menjalani penderitaannya tidak menyalahkan Tuhan atau menganggap keputusan Tuhan atas penderitaan yang dijalani Ayub adalah keliru. Bagi Ayub itu adalah kuasa Tuhan, tidak ada hang dapat mempengaruhi keputusan Tuhan. Tugas kita adalah percaya bahwa Allah adalah yang Maha Kuasa yang sanggup melakukan apapun. Apapun yang terjadi dalam hidup manusia saat bahagai dan susah tetap setia berjalan bersama Tuhan. 


Ayub pada akhirnya kembali menghadap Tuhan, berbicara dari hati ke hati. Ayub lelah berdebat dan berargumentasi dengan para sahabatNya. Maka pada bagian akhir kitab Ayub ini menghantarkan kita kepada kesadaran diri, siapa kita di hadapan Allah. Ayub membuka diri tentang siapa dirinya, dan menyerahkan hidupNya kepada Tuhan dan percaya Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu. Enam ayat pertama pada pasal 42 ini sangat menentukan bagaimana anugerah terjadi. Ayub menerima dua kali lipat dari apa yang dimilikinya sebelumnya bukan karena budi baiknya atau tetapi Anugerah Allah yang memulihkan Ayub. 


Baiklah kita menarik pelajaran dari nas kotbah Minggu ini:


1. Ayub membuka diri dihadapan Tuhan:


Ayub 42:2 (TB)  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 


Dialog ayib dan sahabatnya meruoakan perdebatan yang tak kunjung ada titik temunya. Penulis kitab ayub membawa kita kepada kesimoulan diskui, setiao orang haru jujur dihadapan Allah. Mungkin ada orang yang memiliki oaham teodisi seperri sahabat-sahabag Ayub. Sahabatnya membela Tuhan dan menyalahkan aayib. Mereka terus mendorong Ayub mengoreksi diri bahwa dibalik semua derita ini pasti ada kesalahan Ayub dan diajak untuk bertobat. Seolah sahabatnya adalah hakim atas perbuatan manusia dan dilegitimasi dengan atas nama Tuhan (teodisi). Pada pihak Ayub sendiri, dia memberikan penjelasan bahwa dalam semua yang dituduhkan adalah keliru, Ayub tidak berterima dirinya disalahkan dibalik semua penderitaan ini. Jadi mendengarkan apa kata orang kita akan lelah dan teriris perasaaan tidak berterima dipersalahkan dan lelah menyusun argumentasi untuk membenarkan diri. 


Penulis kitab Ayub pada bagian pasal 42 ini mengajak kita:

Pertama, manusia diperhadapkan kembali dihadapan Tuhan, biar kita terbuka dari hati ke hati, berbicara di hadapan yang maha Tahu bahwa apa yang terjadi dalam hidup ini Tuhan mengetahuiNya. Tidak ada perkataan dan tindakan manusia yang tidak diketahui oleh Tuhan.  

Kedua, percaya bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu atas apa yang dikehendakiNya dan tidak ada rencana Tuhan yang gagal. Bagi Ayub kemujuran atau penderitaan yang dialami jangan menjadi tolak ukur untuk setia dan tidak setia kepada Tuhan. Dalam segala keadaan kita setia dan percaya Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu menurut kehendakNya. Amal dan kebaikan, kesalehan dan kejujuran manusia tidak menentukan kemujuran seseorang, namun Tuhan memiliki keputusanNya sendiri menurut kehendakNya.


Allah Maha kuasa tidak ada satupun yang dapat menggagallkan rencana Allah. Sekali Ia berfiman jadilah maka akan jadi. Keputusan Allah absout tidak ada yang dapat membatalkannya. Tugas kita adalah membuka diri dihadapan Allah, untuk dikoreksi dan dipulihkan oleh Allah. Manusia tidak mempunyai wewenang untuk membenarkan atau menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada hidup orang percaya. Tuhan memiliki otoritasnya sendiri tentang apa yang menjadi keputusaannya.


2. Menyadari ketidaktahuan:


Ayub 42:3 (TB)  Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. 


Salah satu sifat manusia adalah  ingin tahu. Jatuhnya manusia ke dalam dosa adalah penasaran akan keingin tahuan. Hawa ingin tahu apa rencana Tuhan dibalik larangan. Saat keingin tahuan itu disiasati Iblis akhir mereka jatuh ke dalam dosa. Kejadian 3:4-5 (TB)  Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."


Keingin tahuan ini membuat mereka tidak taat pada perintah Allah. Bukankah mereka telah menerima perintah dan larangan? Namun keingin tahun adalah sifat yang melekat pada manusia, karena manusia diberi akal dan pikiran. Seblmakin banyak tahu semakin banyak pula pengetahuannya. Tidak heran orang berlomba-lomba untuk mengurangi ketidak tahuan melalui pencarian informasi, pengetahuan dll.  Namun salah satu bahanya dari sifat keingin tahuan manusia adalah manusia jatuh pada berpura-pura tahu. Akhirnya jatuh pada kekeliruan. Ibarat hakim yang menimbang perkara, namun tidak mengetahui akan apa hang terjadi maka keputusannyapun bisa keliru. Demikian orang yang menghakimi sesamanya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi. Bagi Ayub, pertimbangan Tuhan tidak dapat diselami namun sering manusia juga merasa benar atas apa yang mereka tidak ketahui.


Disinilah Kitab Ayub memberikan pesan pencerahan yang berharga kepada sahabat-sahabat Ayub dan kepada para pembacanya.  Kitab Ayub menggugat barang siapa yang merasa mengetahui dasar dan pertimbangan Tuhan dalam menilai apa yang terjadi pada seseorang itu afalah kekeliruan yang besar. Hanya Allah sendirilah yang mengetahui dasar dan pertimbangan akan apa yang terjadi pada seseorang.  Ayub di akhir cerita ini mebawa kita agar menyadari ketidak tahuan kita. Di hadapan sesama dia membantah namun dihadapan Tuhan dia memohon pengampunan atas ketidak tahuannya. 


*Good or bad who knows?* Dalam baik atau buruk siapa yang tahu? Kisah ini sudah sering kita dengar. 


Seorang tabib dipenjara oleh tuannya, karena tidak sanggup mengobati jarinya yang luka saat berburu akhirnyan harus diamputasi dan kehilangan satu jari. Akitbatnya tuannya pun memenjarkaan dia.  Tuannya seorang raja yang suka berburu, suatu ketika mereka berburu di dalam hutan, namun sang tabib tidak ikut laginkarena sudah dipenjara. Entah kenapa mereka masuk kepada suatu wilayah suku pedalaman yang anti orang asing. Sang raja ditangkap beserta rombongan dan hendak dijadikan sebagai kurban penyembahan kepada dewa yang mereka percayai. Raja pun diikat dan diletakkan diatas mezbah penyembahan. Namun kepala suku membatalkan raja itu dijadikan korban karena jarinya tidak sempurna. Akhirnya raja pun dilepaskan dan dibebaskan karena dianggap tidak sempurna. 

Pulang dari berburu sang raja pun menjumpai sang tabib dan menyamoaikan terima kasih karena telah mengamputasi jarinya karena itulah dia selamat. Sab tabib pun membalasnya, saya bersukur di penjara oleh tuan, karena kalau saya ikut bersama tuan mungkin saja saya yang akan menjadi kurban. Mereka pun saling merangkul dan memulihkan hubungan diantara mereka. 


Good or bad who knows? Baik bukuk, siapa yang tahu? Tidak ada seorang pun manusia yang dapat memastikannya, hanya Tuhan yang mengatur rencanaNya dalam hidup ini. Ayub di akhir carita ini membuka kesadaran baru bagi kita, mari sadari ketidak tahuan kita tentang Allah, tentang apa yang terjadi dan tentang apa yang akan terjadi. Tugas kita adalah menjalani hidup ini dalam baik atau buruk, dalam bahagia atau susah tetap setia dan memuji Tuhan yang maha tahu dan maha kuasa.


3. Aku percaya bukan karena apa kata orang tetapi karena pengalaman pribadi bersama Tuhan. 


Penulis kitab Ayub memberikan pengajaran, beriman bukan berarti apa kata orang, tetapi apa yang kita imani dan percayai. Itulah sebabnya Ayub berkata: Ayub 42:5 (TB)  Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 


Gereja lama berdebat dan terpecah karena doktrin yang dirumuskan dalam konfessi. Dokumen-dokumen Konfessional menjadi pemisah di antara aliran gereja-gereja yang ada. Syukurlah ada gerakan oikumene yang mempersatukan seluruh umat Kristen sehingga semakin menyadari kesatuan di dalam Yesus Kristus. Sekalipun keunikan masing-masingnharus di hargai.


Apa yang menarik dari pengakuan Ayub ini, yaitu: kektistenan kita bukan apa yang diajarkan orang, atau bukan apa dirumuskan dalam konfessi, atau doktrin-doktrin yang kaki, namun bagaimana iman seseorang itu bertumbuh karena pengalaman rohani dan perjumpaan dengan Tuhan.  


Saya mencek Ensiklopedia Britannica tentang arti pengalaman religius, yakni demikian: pengalaman religius , pengalaman khusus seperti rasa takjub akan ketidakterbatasan kosmos, rasa kagum dan misteri di hadapan sesuatu yang sakral atau suci, rasa ketergantungan pada kekuatan ilahi atau tatanan yang tak terlihat, rasa bersalah dan cemas yang menyertai kepercayaan pada penghakiman ilahi, atau perasaan damai yang mengikuti iman pada pengampunan ilahi. Beberapa pemikir juga menunjuk pada aspek religius pada tujuan hidup dan takdir individu.  Singkatnya, pengalaman keagamaan berarti pengalaman khusus tentang yang ilahi atau yang hakiki dan pandangan tentang setiap pengalaman sebagai penunjuk kepada yang ilahi atau yang hakiki.


Selanjutnya disebutkan: “Pengalaman keagamaan” tidak banyak digunakan sebagai istilah teknis sebelum terbitnya: Ragam Pengalaman Keagamaan (1902) oleh William James , seorang psikolog dan filsuf Amerika terkemuka, tetapi penafsiran konsep dan doktrin keagamaan dalam konteks pengalaman individu sudah ada sejak mistikus Spanyol abad ke-16 dan zaman reformis Protestan . Penekanan khusus pada pentingnya pengalaman dalam agama ditemukan dalam karya-karya pemikir sepertiJonathan Edwards , seorang profesor di Universitas Harvard, Friedrich Schleiermacher , dan Rudolf Otto . Dasar dari pendekatan eksperiensial adalah keyakinan bahwa pendekatan ini memungkinkan pemahaman langsung tentang agama sebagai kekuatan nyata dalam kehidupan manusia, berbeda dengan agama yang dipahami baik sebagai keanggotaan gereja atau sebagai keyakinan pada doktrin yang berwenang .


Bagaimana kotbah Ayub mendorong setiap orang agar mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Jika Ayub dulu percaya hanya dari apa kata orang, namun dalam kotbah ini setelah Ayub mengalami sendiri bagaimana diuji dia mengalami perubahan. Pengalaman hidup yang terjadi menjadi perjumpaan dengan Tuhan.  Bagaimana setiap orang mengalami pengalaman rohani dan perjumpaan dengan Tuhan.


Pengalaman religius ini juga menekankan bahwa keimanan kita bukan dasar pengetahuan, rumusan konfessional atau apa kata orang, tetapi pengalamn pribadi berjumpa dengan Tuhan melalui apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Memgetahui konsep keagamaan adalah baik, namun bagaimana kita mengalami apa yang kita imani. Sama seperti kotbah, bukan aoa yang kita katakan tetapi bagaimana setiap pengkotbah mengalami dan menghidupi kotbahnya. 


Perjumpaan dengan Tuhan bukan hanya hal suka atau duka, tetapi kesadaran akan apa yang terjadi kini. Tuhan itu hidup dan bekerja serta campur tangan dalam hidup kita. 


Sahabatkut! Ada banyak implikasi kotbah yang dapat kita petik dari kisah Ayub. Pada hari ini kita diteguhkan Allah sanggup melakukan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh - Praeses HKBP D.28 Deboskab


Sabtu, 12 Oktober 2024

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis

Minggu, 13 Oktober 2024

Ev: Habakuk 2:1-4




ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Kotbah minggu ini mengajak kita untuk mendalami bagaimana orang benar hidup oleh iman di tengah-tengah kemerosotan moral. Apakah orang percaya tetap berdiri teguh di dalam prinsip iman sekalipun dunia ini telah mengalami pergeseran nilai-nilai?


Saya mencoba mendalami kotbah minggu dengan merenungkan pertanyan: bagaimana konsistensi hidup orang percaya dalam mengahadapi godaan dan tantangan kehidupan ini. Apakah orang percaya tegap setia di dalam iman saat ada godaan dan tawaran yang menggiurkan? Atau Apakah orang percaya tetap setia di dalam pergumulan, ancaman dan tekanan? Bisa saja orang jatuh karena godaan, saat lapar ditawarkan mankanan, saat haus ditawarkan air minum, saat menganggur ditawarkan pekerjaan dan saat bekerja ditawarkan jabatan. Dalam menjalani kehidupan ini apakah tetap konsisten di dalam iman menjani kehidupan dalam berbagai rayuan dan godaan? Sebaliknya dalam perjalanan orang percaya, kita hidup dan berjuang untuk meraihnya kita diperhadapkan dengan kesulitan: diancam, ditekan dan ditindas. Saat terjadi demikian apakah kita akan terus hidup berjuang di dalam iman? Apakah tetap mencerminkan nilai-nilai kristiani dan tetap memiliki integritas yang kokoh diantara godaan dan ancaman? 

Kitab Habakuk menyampaikan pertanyaan yang sama kepada kita di Minggu XX setelah Trinitas ini. Tokoh-tokoh Alkitab telah menunjukkan imannya bahwa orang benar akan hidup oleh iman di dalam dunia yang sedah bergumul seperti: Nuh, Abraham, Ayub. Mereka telah menjadi telah dalam menjalani kehidupan ini dan dituliskan dalam Kitab Ibrani 11:1 dan seterusnya. 


1. Dunia ini dalam rangkulan Allah:


Kita harus percaya bahwa hidup ini ada pada rangkulan Allah. Arti nama "habakuk" dalam bahasa Ibrani berarti "merangkul". Kata ini mengingatkan kasih Allah yang merangkul dan memeluk umatNya. Dalam keadaan yang menimpa hidup ini: Tuhan tetap merangkul umatNya dalam kasih setia. Dalam suka dan duka, dalam gembira dan sedih dan didalam air mata kesusahan atau kegembiraan yang meluapluap, Allah sendiri mendekap dan merangkul kita. Tidak ada yang tersingkirkan dan diasingkan, tidak ada pemisahan yang satu dirangkul yang lain dibuang. Semuanya ada dalam rangkulan Allah yang rahamani dan murah hati. Sehebat apapun kuasa fasik menekan dan menenggelamkan orang benar, Tuhan sendiri memeliki cara unik menyelamatkan orang yang dikasihinya. 


Kitab Habakuk berisi peneguhan umat Israel dalam keadaan yang tersesak. Ada perasaan yang tidak bisa diterima atas perlakuan Kasdim yang tidak Adil (1:5-11), namun Habakuk teguh berpendirian: orang benar akan hidup oleh iman (2:4). Karena itu orang percaya harus hidup setia di dalam Tuhan. Habakuk menyanyikan kuasa Tuhan dan kesetiaan orang beriman. Dalam deru perang yang mematikan, situasi dan kondisi yang memusingkan dan terjadinya musim kelaparan orang yang percaya akan tetap takut akan Tuhan dan setia kepadaNya.  

a) Sekalipun bangsa-bangsa datang menyerang dan mengamuk serta berkuasa meremukkan 3:16. Lebih takutlah kepada kuasa Tuhan karena kuasa Tuhan itu melebihi dari apapun, Dia sungguh mulia dan agung. Dengan tenang orang percaya akan menjalani segala kesusahan yang menimpa.

b) Sekalipun petani gagal panen (3:17): apa yang dikerjakan mengecewakan, ladang tak menghasilkan, pohon ara tak berbuah, hasil anggur mengecewakan, tiada gandum untuk dipanen. Demikian dengan ternak menghasilkan apa-apa. Orang percaya tidak akan meninggalkan Tuhan. Tetaplah percaya, ingatlah waktunya akan bersorak-sorai bersama Tuhan. Tuhan itu akan menolong Dan menyelamatkan. 

c) Tuhan adalah kekuatan kita. Dia tidak akan membiarkan orang yang dikasihiNya larut dalam duka dan ratapan. Tuhan itu akan meneguhkan kaki kita seperti rusa (ay. 3:19) itu berarti Tuhan akan memampukan kita melakukan sesuatu agar dapat keluar dari situasi sulit yang kita hadapi. Tuhan akan membuat orang percaya melangkah seperti kaki rusa meninggalkan pemangsanya. Amin

Ketiga hal diatas merupakan tujuan kitab Habakuk, agar kita percaya bahwa Tuhan merangkul kehidupan kita dan Dialah pertolongan kita. 


2. Mengasah tugas nabiah: mempertajam penglihatan dan menawarkan solusi


Habakuk hadir dengan tetap cermat melihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah sosial masyarakat. Nabi Habakuk tidak hanya mengeluh dan meratapi bahkan mengutuki kemerosotan moral tetapi tampil memberikan teladanan. Ini kritik kepad akita masa kinia, memang ada ada orang yang sangat tajam melihat kemerostan moral, mengeluh dan mengutukinya keadaan yang rusak namun alpa akan solusi dan keteladanan. Benar apa kata orang bijak: satu teladan lebih berharga dari seribu nasihat. Baiklah kita mencontoh nabi Habakuk, yang tetap terjaga mengamati fenomena yang terjadi di tengah masyarakat.


Habakuk 2:3 (TB) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. 


Salah satu tugas nabiah di dalam kotbah minggu ini adalah mempertajam penglihatan. Ibarat penjaga menara (watch), dia akan menyorot dan meneropong tentang apa tindakan Tuhan terhadap realitas dunia.

Apakah Tuhan berdiam saja di dalam kemerosotan moral, keangkuhan manusia dan makin meningkatnya kejahatan? Sang pelihat, yaitu nabi tidak akan berhenti menyuarakan kebenaran seperti yang dilakukan oleh nabi Habakuk. Nabi Habakuk hadir memberitahulan tentang penglihatan akan ancaman dan bahaya. Orang Kasdim bangsa sa yang garang dan bengis akan datang menghancurkan umat Allah. Ancaman orang Kasdim ini sebagai bentuk penghukuman. Nabi Habakuk hadir meneguhkan umat Allah. Bagi Habakuk dalam menghadapi ancaman ini tidak dapat mengandalkan kekuatan perang. Habakuk mendeklarasikan bahwa Tuhanlah kekuatan orang percaya dalam menjalani hidup ini. Dalam segala keadaan orang percaya tidak boleh meninggalkan Tuhan. Ketika beban hidup kita berat dan kaki kita seolah tak sanggup untuk berjalan lihatlah pengakuan Habakuk dalam ayat berikut: "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Ay 19) Arti nama "habakuk" dalam bahasa Ibrani berarti "merangkul". Kata ini mengingatkan kasih Allah yang merangkul dan memeluk umatNya. Dalam keadaan yang menimpa hidup ini: Tuhan tetap merangkul umatNya dalam kasih setia. Kitab Habakuk berisi peneguh umat Israel dalam keadaan yang tersesak. Ada perasaan yang tidak bisa diterima atas perlakuan Kasdim yang tidak Adil (1:5-11), namun Habakuk teguh berpendirian: orang benar akan hidup oleh iman (2:4).


Hal yang hendak dijelaskan oleh Habakuk adalah bahwa penghukuman akan datang, dan tidak ada yang dapat menunda atau menangguhkannya. Penghukuman akan datang dan tidak ada dapat yang menghindar dari keputusan Allah. Apakah penghukuman itu akan menjadi pembinasaan? Disinilah nabi Habakuk tampil meyakinkan umatNya bahwa orang benar akan hidup oleh iman. 


Apa yang harus dilakukan menghadapi penghukuman Tuhan? Habakuk memberikan pesan yang berharga, menghadapi penghukuman Tuhan tidak dapat dihindarkan, atau melarikan diri dari penghukuman ini. Satu-satunya yang harus dilakukan afalah mengandalkan Tuhan, percaya dan setia kepadaNya. Orang benar akan hidup oleh percayanya. 


3. Orang benar akan hidup oleh iman dan orang yang membusungkan dada akan lenyap seketika.


Tuhan tidak pernah meninggalkan umatnya, tetap seperti penjaga yang senantiasa terjaga, atau seperti CCTV yang terus mengamati, merekam setiap detik kehidupan kita. Tidak ada yang terluput dan terlupakan sedikit pun karena itu orang benar akan hidup oleh iman.


Di atas sudah disampaikan bagaimana orang benar menjalani kehidupan ini di antara godaan atau ancaman, diantara rayuan ataupun tekanan tetap di dalam iman. Orang percaya tetap berintegritas, percaya Tuhan penentu dalam kehidupan ini. Dia tidak korban rayuan atau godaan, dia pun tidak surut oleh ancaman dan intimidasi tetapi tetap tegar di dalam iman. 


Orang benar hidup oleh iman, dia akan menjalni kehidupannya dengan mengandalkan Tuhan. Dia tidak mengandalakan dirinya sendiri atau kekuatannya sendiri. Seperti ada tertulis: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)


Orang benar hidup oleh iman dan percaya Tuhan adalah hakim yang adil. Hal ini mengingatkan kita bahwa tugas orang beriman bukanlah menghakimi atau mengutuki kejahatan. Tugas orang benar adalah memberi keteladanan. ada orang yang lantang mengutuki kemerosotan moral di tengah masyarakat namun tidak memberikan keteladanan. Memperbaiki kerusakan moral bukan hanya mengutuki keadaan, tetapi memberikan contoh keteladanan. 


Orang benar akan percaya pada keadilan Allah, Tuhan adalah hakim yang benar dan adil. Orang benar percaya akan hukuman Allah atas kesombongan dan keangkuhan (Baca 2:5-9). Nabi Habakuk menjelaskan bagaimana cara Allah memberikan hukuman kepada pelaku penindasan.

Habakuk 2:6-7 (TB) Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya — berapa lama lagi? — dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian.

Bukankah akan bangkit dengan sekonyong-konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka?


Jika kejahatan merajalela, bukan berarti Tuhan tidur, jika orang fasik merajai dan menentukan bukan berarti kuasa Tuhan tak berdaya atas kejahatan. Namun ada kalanya kejahatan nyata agar kita semakin takut pada jalan fasik. Apa yang kita pelajari dari Firaun, Nebukadnezar dan Raja lalim lainnya yang dituliskan dalam Alkitab Kitab? Kita hendak belajar sejarah bahwa kekuasaan jahat akan menghantarkan hidup manusia kepada kesusahan dan kebinasaan. Bangsa Israel sendiri mencatatkan dalam Kitab Tawarikh dan kitab Raja-raja bahwa pemimpin yang takut akan Tuhan mendatanglan sejahtera, kemakmuran dan bahagia. Sebaliknya raja yang jahat yang tidak melakukan oerintah Allah akan membawa kwlesengsaraan. 


Dalam konteks Pilkada serentak, kotbah ini mengundang kita untuk memilih orang benar. Orang benar akan memimpin dengan bijaksana, menghadirkan damai sejahtera dan kebahagiaan bagi banyak orang. 


Dalam kemerosotan moral kadang kita memberontak dalam hati, ini semua tidak benar dan semuanya salah. Dalam keadaan demikian kotbah minggu ini mengajak kita orang benar akan hidup oleh iman dengan meneunjukkan keteladanan iman, seperti tokoh-tokoh Alkitab yang hidup benar di dalam dunia yang tidak benar. Orang benar hidup dalam iman dan percaya bahwa Tuhan maha adil, hukuman akan tiba bahwa orang fasik dan orang yang membusungkan dada akan hilang seketika. 


Kita harus percaya apa yang disampaikan dalam Mazmur 1:4-6 ini:

"Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan." Amin


Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh - Praeses D.28 Deboskab 


Sabtu, 05 Oktober 2024

SIAP SEDIA MEMBERITAKAN FIRMAN

 *Kotbah Minggu XIX Setelah Trinitatis*

Minggu, 6 Oktober 2024

Ev. 2 Timotius 4:1-5



*SIAP SEDIA MEMBERITAKAN FIRMAN*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, jika ingin hasil lebih baik, bekerjalah lebih sungguh. Apapun pekerjaan yang kita geluti marilah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Itulah ajakan dari kotbah minggu ini, yaitu melakukan tugas pemberitaan dengan "siap sedia". Kata siap sedia ini saya terjemahkan dengan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.

Etos kerja demikian juga dituntut dalam pelayanan sebagaimana ditekankan dalam kotbah Minggu ini. Paulus menasihati Timotius untuk sungguh-sungguh dan siap sedia melakukan tugas pemberitaan dalam keadaan apapun. Melayani lebih sunggu, mendengar dan melakukan pastoral kepada semua orang.  


Timotius merupakan anak rohani Paulus yang selalu dituntun untuk memberitakan Firman Tuhan. Ketika Timotius dalam kesusahan dan kesulitan Paulus selalu meneguhkannya agar tidak pernah menyerah dalam keadaan untuk memberitatakan Firman Tuhan. Paulus juga memberikan contoh yang sangat patut dipuji ketika dia di dalam penjara tetapi tetap memberitakan Firman Tuhan.


*1. Terus memberitakan Firman baik atau tidak baik waktunya:*


Tugas pemberitaan diamanatkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya. Sebelum Yesus nai ke Sorga, Yesus mengutus murid-muridnya untuk memberitakan Injil (Baca Matius 28:18-20; Markus 16:15, Kisa Rasul1:8) dan tugas pastoral dalam Yohanes 21. Tugas i merupakan tugas rasuli sekaligus tugas am semua orang percaya. Kita dengan semua pemberian Tuhan kita persembahkan untuk tugas pemberitaan Injil atau menopang pemberitaan Injil


Spesifik dalam kotbah ini Paulus menasihati Timotius untuk siap sedia memberitakan Firman. Disatu sisi Timotius masih muda, mungkin ada semacam tantangan bagaimana para orang tua, para ahli atau para Filsuf yang ada disitu mendengarkan pemberitaan Timotius yang muda? Disinilah Paulus terus memotivasi dan membangun kepercayaan diri Timotius untuk tampil memberikan tugas pengajaran dan pemberitaan. 1 Timotius 4:12 (TB) Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.


Dari ayat diatas Paukus memberitakan kuncinya yakni bukan pada kepandaian atau kepintaran namun keteladanan. Apalah artinya banyak pengetahuan namun tidak ada perilaku yang dapat diteladani? Tugas memberitakan Injil memang didukung dengan kesediaan belajat agar keterampilan atau memiliki kepandaian mempengaruhi orang. Tapi apalah artinya memiliki skill komunikasi atau public speangking yang hebat atau kata-kata mempesona orang lain namun hanya kata-kata? Bagi Paulus kekuatan pemberitaan Firman ada pada keteladanan. Menyatunya kata dan perbuatan dalam praktek kehidupan sehari-hari. 

Benar kata orang bijak: satu teladan lebih berguna dari seribu nasihat. 


Kunci kedua disampaikan Paulus dalam ayat ini 2 Timotius 4:2 (TB) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.


Siap sedia artinya senantiasa berkenan, tidak memilih-milih waktu atau memilih-milih event. Kapan pun dan dalam keadaan apapun siap sedia memberitakan Injil. Dalam pelayanan harus rajin, bisa mengelola waktu dan mengelola pelayanan dengan baik jangan sampai terkesan memilih-milih. 


Dalam buku Parrohaon dohot Pangalaho Sipujion di Tonga ni Halak Batak, salah satu pangalaho sipujion di dalam melakukan pekerjaan dalam.orang Batak adalah: "RINGGAS" atau "RAJIN." bagi orang Batak kerajinan melebihi kepandaian, disebut dalam dalam ungkapan: "nunut si raja ni ompuna." Kerajinan seseorang akan menentukan keberhasilan. Orang yang bekerja dengan tekun akan mengalahkan orang pandai. Ada orang pandai namun malas, ada orang pintar namun sering melipat tangannya akhir tak menghasilkan apa-apa. Orang rajin akan bekerja dengan ulet dan mengerjakan tugasnya tanpa mengenal lelah sampai berhasil. Seorang yang memiliki etos kerja RINGGAS atau rajin akan senantiasa siap sedia melakukan tugasnya kapan pun dan dimanapun. 


*2. Bukan soal apa yang enak di telinga atau disukai orang tetapi tentang kebenaran*


Firman Tuhan dalam kotbah Minggu ini pagi ini merupakan nasehat yang disampaikan paulus kepada Timotius anak rohaninya bahwa akan datang waktunya kemerosotan rohani terjadi. Akan banyak orang yang tidak menerima dan menyukai ajaran sehat tetapi lebih menginginkan ajaran yang dapat menyenangkan dan memuaskan telinga mereka saja seperti dongeng. Untuk itu Paulus menginginkan supaya Timotius tetap berjaga-jaga dan waspada. Timotius harus tetap menyampaikan kebenaran Firman yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata, tetap melakukan pemberitaan injil apapun yang terjadi.


Saya perhatikan akhir-akhir ini sudah semakin banyak kritik kotbah yang bertujuan hanya untuk membuat tertawa. Tertawa memang kebutuhan manusiawi bahkan sesuatu yang kita cari, dengan tertawa kita terhibur dan syaraf kita terbuka akan aura bahagia. Kotbah sering menjadi sarana bagi orang untuk terhibur, namun kotbah bukanlah hiburan apalagi kebenaran Firman tidak ada kaitannya dengan lelucon atau kata-kata lucu yang disampaikan. Dalam.kotbah memang kita terhibur karwna Berita Sukacita, namun Kotbah bukanlah stand up komedi - kata yangbhanya membuat tertawa namun kosong makna.


Pergumulan para pengkotbah rupanya sudah klasik sejak jaman Perjanjian Baru. Paulus menasihatkan, bahwa akan ada waktunya orang mendengarkan cerita lucu, dongeng atau berita lainnya yang asyik untuk di dengar. Asyik di dengar bukan berarti benar. Dalam kotbah kebenaran Firman adalah utama, bukan bagaimana supanya enak di dengar. 


Hal yang harus kita sadari adalah bahwa tidak semua orang bertalenta untuk membuat orang tertawa, tetapi kita juga menuntut para pemberita bisa menyampaikan kotbah dengan menarik. Tidak bisa berhenti saya tidak bisa begini atau begitu, semuanya bisa belajar bagaimana kita sungguh-sungguh mempersiapkan diri dalam setiap tugas pemberitaan. 


Tugas pemberitaan bukanlah hanya di mimbar, tugas pemberitaan itu ada pada aktifitas sehari-hari. Hidup kita adalah pemberitaan kita. Pilihan gaya hidup kita adalah bagian dari pemberitaan kita.  


*3. Sikap seorang pelayan dalam memberitakan Firman.*


Hal yang paling berharga adalah pembentukan pribadi seorang pemberita itu sendiri. dalam kotbah ini ada beberapa hal yang dinasehatkan oleh Paulus kepada Timotius dalam pelayanannya: 


a. Menguasai diri dalam segala hal : Paulus memerintahkan agar Timotius bahwa dia harus menjalani kehidupan didalam kebenaran Kristus yaitu dapat mengendalikan diri apapun keadaannya. Orang yang dapat mengendalikan diri adalah orang yang berkarakter yang meliputi tingkahlaku, perkataan, perbuatan, kasih, kesucian hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan. Maka dia akan menjadi panutan dan teladan bagi orang yang diajar atau digembalakannya.


b. Sabar dalam penderitaan: Rasul Paulus merupakan seorang yang sabar dalam penderitaan yang dialaminya, sekalipun dicaci karena kebenaran, mengalami kekurangan karena melayani dan kesesakan dalam hidupnya, alkitab mencatat bahwa Paulus tidak mengeluh dan mundur dari imannya. Penderitaan yang dialami oleh Paulus berupa tekanan-tekanan secara jasmani, tekanan mental dan rohani. Paulus menjadikan dirinya contoh untuk diteladani oleh Timotius. Maka Paulus menasehatkan supaya Timotius sabar dalam penderitaan, karena Paulus tahu ketika dia melibatkan diri dalam pelayanan Tuhan maka penderitaan akan datang. Tetapi Paulus juga mengingatkan bahwa walaupun penderitaan datang Tuhan juga akan menolong.


c. Jangan pernah berhenti; lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil : Orang yang memberitakan injil adalah orang yang telah mempersiapkan diri. JKika pun ada tantangan atau hambatan, disambut atau ditolah, dicela atau dicerca, teruslah melakukan pemberitaan. Begitulah nasihat Paulus kepada Timotius agar terus menempa diri dan mempersiapkan diri untuk memberitakan Injil. Pengalaman bersama Paulus dalam pemberitaan injil merupakan pelajaran yang terus ditekuni. Paulus pernah ditolak, dikecam dan dicerca, namun pernah juga disambut seperti dewa. Dalam semua itu Tuhan bekerja. BDiterima atau tidak, berakar, bertumbuh atau berbuah Firman yang ditabur dalam hidup seseorang alah pekerjaan Roh Kudus. Tugas kita terus menyampaikan Firman Tuhan bagi semua orang dan dalam semua kesempatan. 


Setiap pemberita Injil harus menyadari bahwa Yesus menyertai kita sampai akhir zaman. Matius 28:20b "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


d.Menunaikan Tugas Pelayanan: Paulus menginginkan Timotius melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan sampai ketujuan. Tentu banyak tantangan yang akan dihadapinya, tapi sedashyat apapun itu, iman harus dijaga supaya dapat tampil sebagai pemenang, itulah yang dikatakan oleh Paulus “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku teah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”. 


Sahabat yang baik hati sebagai orang yang percaya kita semua juga memiliki tugas untuk memberitakan injil melalui perbuatan, perkataan bahkan respon kita ketika menghadapi persoalan dan tantangan kehidupan. Maka marilah kita membekali diri dengan Firman Tuhan dan juga senantiasa memberikan tempat Roh Kudus untuk berdiam didalam hati kita, sehingga roh kudus lah yang menguasai diri kita untuk membantu kita sabar dalam penderitaan dan dapat melaksanakan tugas pelayanan sampai akhir.


Sahabat yang baik hati! kotbah Minggu ini mengajak kita semua untuk melaksanakan tugas panggilan Allah (vocatio Dei) kepada setiap.orsng percaya. Kita semua dipanggil menjadi murid Kristus yang memberitakan Firman melalui hidup kita masing-masing. Tuhan telah menganugerahkan talenta, skill dan berbagai karunia kepada kita. Mari kita persembahakan kemuliaan Allah. Selamat menunaikan tugas bagi kita semua. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh 

Praeses Distrik 28 Deboskab

Sabtu, 28 September 2024

PERTOLONGAN KITA HANYA DI DALAM NAMA TUHAN

 Kotbah Minggu XVIII Stlh Trinitatis

Minggu, 29 September 2024

Ev. Mazmur 124:1-8



*PERTOLONGAN KITA ADALAH DI DALAM NAMA TUHAN*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, apa respon anda jika selamat dari suatu musibah yang mengancam nyawa anda? Tentulah rasa syukur. Apalagi musibah yang menimpa kita nyaris kehilangan nyawa, seperti suatu kecelakan mobil ringsek namun orang ya tidak terluka, atau rumah ditimpa pohon, rumahnya rusak berat tetapi tidak seorang pun di dalam rumah terluka. Kejadian seperti itu tentu ada rasa syukur yang luar biasa. Bagi orang Batak bila kejadian seperti itu akan diberikan sipir ni tondi. Dimana orang tua atau pihak hula-hula akan membuat upacara khusus dengan meletak beras ke atas kepala sambil berkata: pirma tondimuna... (artinya "kuat dan teguhkanlah hatimu"...sambil menyebutkan nama yang bersangkuat) kemudian sebahagian lagi dilemparkan keatas sembari berkata horas, horas, horas.  Itu salah satu contoh dalam budaya orang Batak untuk mensyukuri seseorsng yang luput dari mara bahaya.


Bagaimana kita menyampaikan rasa syukur saat kita merasakan pertolongan dan keselamatan dalam hidup ini? Dalam kotbah Minggu ini kita menyanyikan suatu pujian dan syukur atas pertolongan Tuhan yang besar. Tuhan telah melepaskan dan membebaskan pemazmur dari ancaman nyawa. Tuhan telah menyelamatkan pemazmur dari ancaman maut musuhnya. Dari segi kondisi, tidak mungkin pemazmur dapat melepaskan diri dari bahaya maut yang menimpanya, sama seperti seseorang yang diterpa bahaya air, atau mungkin seperti seekor burung yang lepas dari jating, atau seperti domba yang dilepaskan dari rahang seringala yang siap memanghasa dan melahapnya. 


*1. Ditindas namun tak binasa*


Hal pertama yang perlu kita petik dari kotbah minggu ini adalah keyakinan orang percaya bahwa sehebat apapun kuasa musuh untuk menenggelamkan atau menghabisi seseorang jika Tuhan memihaknya tidak akan tenggelam. Sekalipun ditindas dan ditekan dari berbagai penjuru, kalau Tuhan memihaknya, tidak akan dibiarkan binasa begitu saja. Allah dengan penuh puasa dapat melindungi dan melepaskan dari berbagai kesusahan


Ini pengalaman real dari Daud, berapa kali upaya pengejaran yang dilakukan oleh Saul namun selalu ada jalan yang dipakai Tuhan melepaskan Daud. Sekalipun Saul punya kuasa, punya pasukan, punya segalanya untuk melenyapkan Daud namun Daud tetap luput dan selamat dari pengejaran Saul. 


Menurut para ahli, dilihat dari sastra bahwa Mazmur ini dituliskan setelah masa pembuangan. Syukur ini bisa dipahami bagaimana orang Yehuda keluar dari pembuangan? Dilihat dari kekuatan mereka tidak mungkin bisa menghadapi Raja Babel, Nebukadnezar yang kejam. Dari segi apapun, bangsa itu tidak mungkin keluar dari pembuangan dari diri mereka sendiri. Namun Allah memakai raja Koresh, raja Persia yang menahlukkan Babelonia dan mengumumkan pembebasan bagi Yehuda. Bukan hanya membebaskan mereka namun jika kita baca kitab Ezra dan Nehemia, bagaimana raja Koresh membekali setiap orang yang kembali dari Babilonia, membantu pembangunan Bait Allah dan pembangunan tembok Yerusalem. Bagi sebahagian orang Babilonia mungkin adalah akhir cerita akhir umat Allah, namun Tuhan memulangkan mereka di luar jangkauan pemikiran mereka. Pemulangan umat Allah dari Babel  bukan terjadi begitu saja atau karena kekuatan Yehuda. Mereka hanya sisa-sisa yang terbuah yang sidah menanti kematian dan kebinasaan di Babilonia namun oleh karena Tuhan memihak umatNya, Tuhan membebaskan Yehuda. Mereka dipulangkan ke Yerusalem. 


*2. Menyadari Hidup kita dikelilingi bahaya*


Ada tiga kiasan yang dipakai oleh Mazmur 124 ini tentang bahaya yang hendak membinasakan kita.


2.1. Ibarat banjir yang menghayutkan dan menenggelamkan. 


Mazmur 124:4 (TB)  maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, 


Banjir bandang merupakan istilah yang sering kita dengar belakangan ini di Indonesia yakni suatu bencana alam yang bersumber dari air.  Banjir Bandang suatu peristiwa dimana tiba-tiba air meluap menghayutkan apa saya yang ada dilintasan air dan memorakporandakan yang ada di sekitar; membawa potongan-potongan kayu besar, batu, pasir dan apapun dapat menerpa rumah-rumah penduduk dan menyebabkan bencana dan kematian bagi umat manusia. Banjir bandang itu tiba-tiba dan tidak ada kedempatan untuk melepaskan diri. Setiap musim hujan, pemandangan seperti itu kerap terjadi. berulang kali para pecinta lingkungan menyampaikan semua ini terjadi karena kerusakan alam. Maunisa merusak alam dan alam pun akhirnya murka membinasakan manusia. Mazmur ini mengingatkan kita bahaya yang mengancam kehidupan kita bisa saja terjadi seperti banjir bandang atau banjir yang menenggelamkan. Kita tidak tahu kapan datangnya namun dengan amarah air yang besar menghayutkan, memporakporandakan dan meneggelamkan 


2.2. Tak membiarkan kita mangsa bagi gigi mereka

Dalam 'Animal Channel' sering kita menyaksikan bagaimana para predator mengggitgit musuhnya. Taring yang tajam menembus dan mencabik-cabik mangsanya.  Bagaimana mungkin seekor domba bisa lepas dari taring gigi serigala, atau rusa dari gigitan singa? Tentulah hanya menunggu waktu untuk ditelah oleh predator. Predator adalah penuang yang gigih mengintai, mengejar da. mengigit mangsanya. Sekali sudah digigit maka akan sulit untuk lepas. 


Demikialah pemazmur menggambarkan ancaman dan bahaya dalam kehidupannya. Bahaya menimpa membuat kita tak berdaya, tinggal pasrah dan menunggu ditelan.  Namun Tuhan berkuasa membebaskannya dari gigi predator.  Sesuatua yang tidak mungkin namun mungkin ' notjong is imposible. Bagi Yuhan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Artinya sekalipun kita sudah dipintu maut dan sudah tinggal telan, bila Tuhan memihak kepada kita, tak akan dibiarkan kita ditelah oleh musuh. Terpujilah Tuhan yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka.

 

2.3. Terjerat perangkap

Semasa SMP saya ingat pernah membuat perangkap burung. Keahlian membuat oerangkap buruh meruoakan hal yang umum bagi anak remaja sejaman saya di kampung. Kita memasang jerat dengan umpan apa yang disukai oleh burung tersebut. Saat terperangkat atau terjerat, burung akan berusaha meronta-ronta untuk melepaskan diri, ada memang yang lepas mungkin karena ikat jeratnya kurang kuat, umumnya karena tali jerat kuat burung tersebut masuk sangkar. 


Kotbah minggu ini, mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini kita diingatkan akan jerat dan perangkap musuh. Kita tidak tahu peluang, tawaran, godaan bahkan peetarungan hang kita jalani adalah mjngkin bahagian dari jerat yang menjatuhkan kita. Namun percayalah sehebat apapun perangkap musuh menjayuhkan kita jika Tuhan berpihak tidak akan terjerat. 


3. Pertolongan kita ada di dalam nama Tuhan


Mazmur 124:8 (TB)  Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. 


Ketiga contoh diatas dijelaskan pemazmur, bahwa dalam bahaya yang sedemikian berat, menenggelamkan, menghayutkan, menggigit dan menelan, mencabik-cabit dan melahap. Sekalipun sudah terperangkap dan tidak bisa mengelak. Dalam semua itu pertolongan kita ada di dalam nama Tuhan.


Daud, dalam mazmur hari ini, memaparkan betapa banyaknya hal yang bisa "menelan kita hidup-hidup" (3), menjerat kita, dan membuat diri kita menjadi mangsa. Bahaya jasmani maupun rohani selalu ada di sekeliling kita selama masih hidup di dunia ini. Musuh-musuh berwujud manusia (2-3) maupun kuasa-kuasa jahat (yang dilambangkan dengan air dan sungai; 4-5) siap menenggelamkan kita dalam kehancuran dan kebinasaan. Daud dengan tegas mengatakan bahwa kalau kita masih dalam keadaan sehat-walafiat jasmani-rohani, itu semua karena "TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Betapa luar biasanya! Dia yang begitu besar, yang menjadikan langit dan bumi, memperhatikan kita satu demi satu. Ya, satu demi satu! Dia menjaga langkah kita, menjaga hidup kita, menjaga kesehatan kita jasmani-rohani sehingga Minggu demi Minggu, kita masih bisa kembali datang ke gereja untuk bersekutu dengan saudara seiman dan memuliakan nama-Nya.


Coba kita ingat saat awal Pandemi Covid, kita tidak bisa membayangkan bagaimana keluar dari pergumulan itu. Tinggal di rumah takut terinfeksi covid dan hidup kita mencekam. Puji Tuhan kita semua akhirnya dapat beraktifitas nornal saat ini.


Pertolongan kita ada di dalam nama Tuhan, suatu kesaksian dari oemazmur atas pengalaman hidupnya dan pengalaman perjalanan hidup umat Allah. Kini kotbah ini menguatkan dan meneguhkan kita, Tuhan tidak tidur, Tuhan tertap terjaga menjagai dan memelihara hidup kita. Sehebat aoaoun tantangan, ancaman, hanbatan dan bahaya yang mengancam kehidupan kita, percayalah pertolongan Tuhan. Tuhan selalu berpihak bagi orang-orang yang dikasihinya. Amin


Salam:

Pdt. Nekson M Simanjuntak

Praeses HKBP D.28 Deboskab

Sabtu, 21 September 2024

KEBESARAN TUHAN DALAM SELURUH CIPTAAN

 Kotbah Minggu XVII Stlh Trinitatis

Minggu, 22 September 2024

Ev. Mazmur 104:1-3; 13-23



*KEBESARAN TUHAN DALAM SELURUH CIPTAAN*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, wisata alam merupakan salah satu favorit tujuan wisata yang paling disukai. Alam yang indah menyimpan dan menyingkapkan banyak hal yang menarik mata setiap orang pengunjungnya serta dalamnya oengertian akan Tuhan dibalik indahnya alam. Jika anda pecinta traveling pasti anda tahu bahwa kamar hotel view alam akan dibadrol lebih mahal dibanding kamar tanpa view. Selain itu, tidak sedikit warga gereja agau kumpulan persekutuan berwisata ke alam atau retreat yang alamnya bagus. Masalahnya setelah kita mengunjungi wisata alam apakah kita semakin bersyukur memuji dan memuliakan Tuhan? Atau hanya sekedar buat status photo di medsos dan berkata waah...indah bingitz! He..he..!


Kotbah Minggu ini mengajak kita memuji dan memuliakan Tuhan setelah melihat dan memahami ciptaan Tuhan. Pemazmur menyampaikan kesaksian tentang alam; alam ini menceritakan kebesaran Tuhan dan di dalam penataan alam serta seluruh ciptaan membuat kita takjub. Sungguh begitu agung dan muliaNya Allah yang menciptakan segala sesuatu sehingga baik dan tertata sedemikian rupa. Melihat realita demikian, pemazmur mengajak melalui alam kita memahami dan mengerti begitu agungnya Tuhan itu.  


Jika kita baca kotbah minggu ini dapat kita eksposisikan menjadi tiga bahagian. Bagian pertama adalah pemazmur memuji dan memuliakan Allah pencipta, kedua adalah ekosistem dimana ciotaan yang satu dengan lainnya adalah mata rantai kehidupan dan ketiga adalah pengaturan waktu dan habit mahkluk ciptaan diciptakan sedemikian rupa bagian dari penataan Tuhan agar tidak saling mengganggu antara yang satu dengan yang lain, namun hidup menurut habitnya masing-masing, teratur dan tidak bertabrakan.


Baiklah kita mendalami ketiga bagian kotbah berikut ini:


1. Memuji dan memuliakan Allah Pencipta yang Agung


Mazmur 104:1 (TB) Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, 


Alam ini adalah ciptaan Tuhan, Tuhan yang Maha Agung adalah pelukis alam yang indah dan tinggal dalam ruang-ruangnya yang maha kudus. Keagungan Tuhan dipancarkan dari hasilnya karya ciptaanNya. 

Sama sepelukis, pelukis terkenal dari karyanya denikian dengan professi lainnya. Disinilah pemazmur mengajak kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan karena ciptaanNya yang agung. Karya ciptaan Tuhan yang agung masih dalam alam berpikir kita, bagaimana lagi dengan hal-hal lain yang tersembunyi yang belum dapat dijelaskan dalam alam berpikir manusia. 


Sahabat yang baik hati! Ajakan pemazmur disini benar-benar menghantarkan kita kepada suatu kesadaran Allah itu agung dan luar biasa. Seluruh ciptaanNya memggambarkan dan menceritakan kemuliaan Tuhan. 


Sehubungan dengan lagu ini, tentulah kita ingat lagu ini: MAKA JIWAKU PUN MEMUJIMU (KJ 64 atau BE 569)


Dalam BE diterjemahakan: 

O Debata tung longang do rohangku,

Molo hubereng na tinompaMi,

Saluhut bintang, hilap dohot ronggur,

Manghatindanghon hasangaponMi,

Marende au Tuhan mamuji Ho,

O, Debata, sangap do Ho.

Marende au Tuhan mamuji Ho

O, Debata, sangap do Ho.


Lagu ini sudah sangat terkenal. Refreinnya demikian: maka jiwaku pun memujiMu, sungguh besar kau Allahku. Lagu ini dtulis oleh Pdt. Carl Bobberg pada musim panas tahun 1885. Suatu hari ketika berjalan pulang dari sebuah pertemuan, terjadi hujan badai dan halilintar. Sejam kemudian setelah badai reda, ia tiba di rumah. Ketika ia membuka jendela dan menjenguk keluar, pada hari menjelang senja, permukaan air laut di pelabuhan kecil itu terlihat bagaikan kaca yang mencerminkan langit cerah. Dari dalam hutan di seberang pelabuhan itu, terdengar kicau burung yang merdu. Sewaktu-waktu juga terdengar lonceng gereja di desa itu berbunyi.


Setiap ada ibadah padang atau ibadah yang berkaitan dengan wisata alam maka lagu ini selalu menjadi favorit warga jemaat. Sama seperti yang diungkapkan oleh pemazmur. Pengalaman manusia sama saat melihat alam, takjub dan rasa syukur kepada sang pencipta yang agung. 


Marilah menjadi bagian orang yang bersyukur terhadap alam dan ikut merawat alam ini sebagaimana kita menjadikan minggu ini menjadi Minggu Ekologi.


2. Ekosistem yang saling bergantung - sesama ciptaan penopang ciptaan lainnya.


Mazmur 104:13-14 (TB) Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu. 

Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah 


Hal kedua mengajak kesadaran kita untuk menghargai sesama ciptaan dengan alasan kongkrit. Alam ciptaan ini bukan hanya indah, tetapi alam ini diciptakan memiliki ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Tuhan menciptakan udara yang dibutuhkan oleh pohon, pohon adalah rumah bagi burung-burung. Tanah menyediakan yang dibutuhkan tanaman dan tanaman menghasilkan dan dan buah atau daun yang dibutuhkan mahkluk lainnya. Jadi kelangsungann hidup satu ciptaan sangat tergantung pula dengan cipaan lainnya, saat suatu habit rusak atau ketika satu ciptaan terganggu kelangsungan hidupnya maka siklus kehidupan dan kelangsungann hidup ciptaan lainnya akan terganggu pula.


Pemazmur disini mempelajari kelangsungan hidup, lebih dari seorsng oengamat tetapi oenguasaan terhadap alam, tumbuhan (flira) dan hewan (fauna). Kwtergangingan ciltaan gang sak dengan lainny yang disampaikan pemazmur dalam ilmu pengetahuin ini lazim disebut ekosistem. Setiap ciptaan memiliki mata rantai kehidupan dengan mahkluk hidup lainnya. Semuanya ada saling ketergantungan antara yang satu dengan lainnya. Jika yang satu terganggu maka mata rantai kehidupan lainnya akan terganggu pula. Makhluk hidup di suatu ekosistem tertentu, hidup dengan saling bergantung satu sama lain. Hal tersebut merupakan salah satu cara, agar mereka mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika terjadi kepunahan di antara salah satu makhluk hidup tersebut, cepat atau lambat akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya. 


Istilah simbiosis berasal dari bahasa Yunani "syn" yang berarti bersama atau menjadi satu dan "ibos" yang berarti kehidupan. 

Baiklah kita mengulang pelajaran biologi inix agar kita semakin menyadsri bahwa saya dan mahkluk ciptaan lain adalah saling tergsntung. Alam ini bukan hanya diciptakan untuk manusia, namun manusia harus juga mendeklarasikan dirinya sangat menggantungkan kelangsungan ciptaan lainya kepada manusia.



3. Pergantian waktu dan musim adalah penataan Tuhan atas aktifitas mahluk hidup.


Hal ketiga dari kotbah minggu ini menurut saya sangat menarik adalah pemazmur menyingkapkan bagaimana Allah menata alam ini sedemikian rupa dengan waktu. Habitat dari jenis binatang dan mahkluk tertentu diciptakan sedemikian rupa bersktofotas dalam tuang dan waktu yang tentu. Ini dilakukan Tuhan untuk tatanan kehidupan. 


Mazmur 104:20, 22-23 (TB) Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka hari pun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. 

Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; 

manusia pun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. 


Alam ini dan pergeseran waktu adalah bagian dari lenataan Tuhan terhadap aktifitas mahkluk hidup. Pemazmur mencoba menyingkapkan pergantian waktu berkaitan dengan aktofotas mahkluk ciotaan. Jadi disini kita harus melihat penataan Allah yang bwsar akan waktu, iklim, musim, cuaca dan habitat binatang dan aktifitasnya menjadi bagian dari penataan Tuhan. 

Gajah yang besar dan Jerapah yang lehernya panjang hanya makan tanaman atau daun-daunan. Padahal predator seperti citah pemakan daging dan tidak tahu berapa binatang yang sudah dilahapnya tetap ukurannya seperti itu. 


Belakangan ini sering berita muncul Gajah di daerah Sumatere mengamuk dan merusak warga. Demikian Harimau Sumatera akhirnya memangsa hewan piaraan penduduk akhirmya tewas diamok penduduk. Mengapa jadi lain? Tentulah jawabannya ada pada alam habit mereka semakin sempit. 

Kotbah minggu ini mengajak kita merenungkan bersama setiap mahkluk hidup: manusia binatang dan tanaman demikian dengan tanah, air, udara dan iklim serta musim ditata sedemikian rupa untuk kelangsungan hidup bersama ciptaan Tuhan.


4. Tangtangan ekologi saat ini 

Perubahan iklim atau disebut Climate Change menjadi tabtangan real umat manusia saat in. Menurut Global Annual Temperature Outlook yang dikeluarkan NCEI (National Centers for Environmental Information) Amerika Serikat, terdapat peluang sebesar 22% bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah dan peluang sebesar 99% untuk menduduki peringkat lima besar. Pada bulan Januari terjadi rekor suhu permukaan laut global bulanan tertinggi selama 10 bulan berturut-turut.


Apa yang sampaikan NCEI tersebut sangat nyata dan itu kita rasakan saat ini, yakni suhu bumi makin panas berturut-turut. Selain itu bencana lainnya sangat mengancam kehidupan kita, longsor, banjir, cuaca ekstrem dan musim yang tidak menentu, kita semua diambang bahaya yang mengancam kehidupan kita.


Tentulah kotbah ini tidak akan menyelesaikan tantangan besar ini perubahan iklim. Menghadapi climate change adalah PR besar seluruh penduduk bumi tanpa terkecuali baik kebijakan global dan mikro. Hal yang dapat disentuh kotbah ini adalah bagaimana kita semakin peduli dan menekankan gaya hidup yang ramah lingkungan menjadi budaya kita. 


Secara praktis ini enam saran menjadi gaya hidup menuju Prinsip Hidup Berkelanjutan (Sustainable Living)

1 Reduce, reuse, recycle. 

2. Penggunaan sumber daya dengan hemat.

3. Konsumsi makanan dengan bijak.

4. Pilih produk yang bertanggung jawab.

5. Mobilitas yang ramah lingkungan. ...

6. Berbelanja dengan bijak.


Ini bukanlah pekerjaan mudah, namun tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi orang beriman sesuatu yang sulit bahkan diluar perkiraan dan pikiran manusia dapat terjadi. Enam prinsip hidup sustainable living dapat dilakukan. Tuhan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita semua. Tuhan memberkati! Amen


Salam dari kami

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh

Praeses HKBP D.28 Deboskab

Sabtu, 14 September 2024

TUHAN TELAH MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADAMU

 Kotbah Minggu XVI Stlh Trinitatis

Minggu, 15 September 2024

Ev. Mazmur 116:1-9




TUHAN TELAH BERBUAT BAIK KEPADAMU


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengajak kita untuk melakukan refleksi pribadi bahwa di dalam segala pergumulan yang telah terjadi dalam hidup ini kita mengaku: Tuhan telah berbuat baik kepada kita. Hal inilah yang dilakukan oleh Pemazmur, bahwa dalam pengalaman hidupnya yang berat, beban yang menekan dan menyesakkan, dia berdoa dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Tuhan itu baik, Tuhan mendengar seruan pemazmur, menolong dan menyelamatkan dia dari tali-tali maut. Atas apa yang dialami pemazmur dia menyampaikan kesaksian dan membuat refleksi bahwa Tuhan itu penyelamat, penolong dan pemberi ketenangan kepadanya.


Setelah membaca keseluruhan pasal ini, maka dalam kotbah minggu ini, saya membuat disposisi pada tiga bahagian: 

Pertama, meneladani pemazmur dalam menghadapi pergumulan dan pengalaman sulit yang menyesakkan. Kedua bersyukur atas tindakan Tuhan yang menolong dan menyelamatkan. Pertolongannya tidak pernah terlambat dan Ketiga, atas pertolongan Tuhan, pemazmur membuat kesaksian berupa pengakuan pemazmur siapa Tuhan dalam hidupnya dan membuat refleksi atas apa yang dialami. Tuhan itu baik dan telah memberikan ketenangan kepada jiwa. 


Sekarang iklah kita mendalami ketiga bagian ini.


1. Pemazmur menghadapi tekanan dan kesulitan yang menyesakkan. 


Mazmur 116:3 (TB) Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan.


Pada bagian pertama ini ada baiknya kita dapat mengidentifikasi berbagai pergumulan dan pengalaman yang menyesakkan dari pemazmur. Hal itu terlihat dari beberapa kata dan ungkapan ungkapan pemazmur dalam teks: "kegentaran dunia orang mati menimpa aku" (ay 3), "kesesakan dan kedukakaan" (ay3), "aku sudah lemah" (ay 6), penuh dengan "air mata" (ay 8), kaki tersandung (ay 8), "aku tertindas (10). 

Dari identifikasi diatas kita dapat memperoleh gambaran bagaimana tekanan dan kesesakan yang dialami pemazmur. Dia tertindas, ada kuasa dan kekuatan yang menekan, dia tersandung berarti secara aktif lawannya berupaya menjegal dan menjatuhkannya. Dia berurai air mata karena tidak dapat melakukan apapun terhadap kesesakan yang dialami, karena dia lemah dibandingkan dengan musuhnya. Kesesakan dan kedukaan bahkan tali-tali maut telah mengelilingnya. Tidak ada lagi jalan atau kesempatan untuk melepaskan diri dari cengkeraman musuhnya dan sudah dekat dengan kematian. 


Dalam keadaan demikian, pemazmur tidak berputus asa, sebagai orang yang percaya dan beriman dia berdoa, dan berseru minta pertolongan Tuhan. Mazmur 116:4 (TB) Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: "Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!" 

Pemazmur menjalani keadaan sulit dengan berserah kepada Tuhan. Pemazmur merendahkan hati dihadapan Tuhan dan terbuka menceritakab kepada Tuhan atas kesesakan dan atas apa yang dialaminya. Dia sadar siapa dirinya, orang yang tidak berdaya dan lemah terhadap musuh. Dapat kita bayangkan bagaimana Daud berurusan dengan raja Saul. Saul memiliki pasukan serta kuasa yang dimilikinya yang bisa melenyaokannya. Dalam keadaan lemah dan tidak berdaya semua harapan ditumpahkan kepada Tuhan. Apa yang dilakukan pemazmur disini menjadi contoh menjalani pergumulan hidup ini. Kita melakukan yang menjadi tugas kita dan selanjutnya percaya dan biarkan Tuhan melakukan yang menjadi bagiannya. Kita percaya pertolonganNya tidak pernah terlambat. Dalam catatan Alkitab, Daud beberapa kali luput dari pengenjaran Saul, bahkan keadaan terbalik beberapa kesempatan Daud sebenarmya dapat membunuh Saul, namun Daud tidak melakukannya karena Saul orang yang diurapi Tuhan. 


Dari pergumulan pemazmur ini kita menemukan pelajaran yang sangat berharga. Pemazmur menjalani keadaan sulit dengan berserah kepada Tuhan. Pemazmur merendahkan hati dihadapan Tuhan dan terbuka atas apa yang dialaminya. Dalam keadaan lemah dan tidak berdaya semua harapan ditumpahkan kepada Tuhan. Apa yang dilakukan pemazmur disini menjadi contoh menjalani pergumulan hidup ini. Kita melakukan yang menjadi tugas kita dan selanjutnya percaya dan biarkan Tuhan melakukan yang menjadi bagiannya. Kita percaya pertolonganNya tidak pernah terlambat.


Atas kesesakan yang dialami, dia mungkin sudah mencoba menaruh harapan akan ada pertolongan dari sahabat dan kolehanya, namun lihatlah dalam segala keadaan yang dialami dia tidak menemukannya sampai dia berkata. Mazmur 116:11 (TB) Aku ini berkata dalam kebingunganku: "Semua manusia pembohong." 

Mungkin ada yang orang yang telah berjanji namun janjinya tidak ditepai, semuanya hanya pemberi harapan palsu (PHP).  


Pemazmur akhirnya tidak menyandarkan harapan kepada manusia tetapi menaruh poengharapan kepada Tuhan. Pemazmur berseru kepada Tuhan dan menjalani kesulitan di dalam pengarapan Tuhan menolong. Inilah sikap baik bagi orang oercaya dalam menghadapi pergumulan berat. Kita menjalani hidup ini di dalam Tuhan. Sekalipun sekarat dan seperti dalam Mazmur 116 ini hampir sama dengan Mazmur 23:4a (TB) "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman." Seberat apapun pergumulan yang kita hadapi, tetaplah berpengharapan jangan pernah berputus asa. 


Mazmur 50:15 (TB) Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." Sela 


2. Bersyukur atas tindakan Tuhan menyelamatkan


Mazmur 116:8 (TB) Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung.


Salah satu kekayaan rohani dari kitab Mazmur adalah pengalaman langsung pemazmur yang merasakan perlindungan dan pertolongan Tuhan. Gubahan-gubahan syair yang maha indah dituangkan dalam bentuk pujian, lagu, syukur dan doa. Kitab Mazmur ini juga banyak menginspirasi orang dalam karya-karya seni. Salah satu lagu populer berkaitan dengan bagaimana Tuhan meluputkan bahkan mengangkat kita lebih dari apa yang kita pikirkan digambarkan dalam lagi: "You Raise Me Up" yang dipopulerkan oleh artis Josh Groban. Liriknya sangat indah yang kemungkinan besar digubah dan diinspirasi dari Mazmur


When I am down and, oh, my soul, so weary;

When troubles come and my heart burdened be;

Then I am still and wait here in the silence,

Until you come and sit awhile with me.


You raise me up, so I can stand on mountains;

You raise me up to walk on stormy seas;

I am strong when I am on your shoulders;

You raise me up to more than I can be.


You raise me up to more than I can be. (Engkau mengangkat aku, lebih dari apa yang aku bisa). Inilah kelebihan orang beriman yang memiliki Tuhan yang maha baik; bukan hanya menolong dan namun menyelamatkan, bukan hanya membimbing namun menghantarkannya sampai ke tujuan. Bukan hanya menuntun namun menggendong kita.


Hal inilah yang kita baca dalam renungan di ini:


- Tuhan meluputkan dari maut. Siapa yang mengetahui apa yang ada di depan jalan yang hendak kita lalui? Siapa yang mengetahui apa yang akan terjadi besok pada diri kita? Tiada tang tahu namun kita melangkah dengan pasti karena jaminan keselamatan dari Tuhan. Demikian pemazmur mengalami ketidak pastian, nyawanya diburu oleh orang-orang yang membencinya. Namun Tuhan menyelamatkan nyawanya dari maut. Tuhan meluputkan nyawa dari jaring dan perangkap musuhnya. Sesungguhnya tali-tali maut telah melilitnya, kesesakan dan dekat dengan dunia orang mati (ay 2). Namun Tuhan meluputkannya.


- Tuhan menghapus air mata dari matanya. Apa yang membuat orang menangis? Tentu duka, kesedihan dan segala beban yang membuat kita tak berdaya. Memang ada saja orang menangis karena bahagia, namun itu air mata kebahagiaan. Pemazmur dalam renungan di pagi ini merasakan kebaikan Tuhan akan kasihNya yang menghapus air mata dari mata orang yang dikasihinya.


- Tidak tersandung: sehebat apapun rencana jahat dari musuh dan rencana untuk menjatuhkan pemazmur tetapi Tuhan melindungi dan mengangkat dia. Mungkin, musuh-musuh Daud telah melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan dirinya. Namun pertolongan Tuhan senantiasa tepat waktu. 


Hal inilah yang harus kita yakini sehebat apapun upaya orang lain untuk menjatuhkan atau melenyapkan, percayalah Tuhan akan melindungi dan menolong. Tuhan tidak akan membiarkan orang yang dikasihinya terbenam oleh siasat jahat dari musuh. 


3. What Kind of God? Kesaksian dan pengakuan pemazmur


Sendainya ditanyakan kepada kita saat ini, berdasarkan pengalaman yang terjadi pada diri kita, siapakah Tuhan menurutmu? Mungkin bagi orang yang telah sembuh dari penyakit akan berkesaksian: Tuha itu adalah tabib yang agung, dokter yang mulia. Mungkin bagi yang pernah mengalami kecelakaan : kesaksiannya akan mengatakan "Tuhan itu pelindung". Bagi orang yang merasakan pertolongan Tuhan atas pekerjaan dan berkat yang di terima: Tuhan maha baik, dll. Tentu masih banyak lagi sebuatn tentang siapa Tuhan itu bagi kita. Menurut saya coba buat waktu merenung sejenak dan membuat kesaksian dan refleksi, bagi saya Tuhan itu adalah....


Di dalam Kotbah Minggu ini, pemazmur menyaksikan. Mazmur 116:5 (TB) TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. 


a. Tuhan pengasih dan penyayang

Hal ini harus tetap kita pegang teguh bahwa Allah adalah pengasih dan penyayang. 

Mazmur 103:8, 13-14 (TB) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. 

Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. 

Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. 


b. Tuhan maha adil

Sepintas mungkin realitas sosial yanh kita alami berbeda dengan apa yang kita harapkan, bahkan seolah banyak sekali terjadi ketidak adilan. Ada orang yang baik namun hidupnya kurang beruntung, tetapi sebaliknya ada orang yang dianggal "liar" dan takabur tetapi hidup dalam kemakmuran. Ada orang baik namun hidupnya pendek, namun ada orang yang audah banyak menyakiti orang hiduonya panjang dan sehat-sehat saja. 


Percayalah, Tuhan itu adil dan tidak akan pernah meninggalkann orang benar. Di dalam Tuhan kejahatan tidak akan menang atas kebenaran. Ingatkah kegagahan orang fasik hanya sesaat. Tuhan itu adil. Seperti dituliskan dalam Mazmur 37:35-37 (TB) Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; 

ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui. 

Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan; 


c. Tuhan penyelamat - Savior.


Pemazmur membuat kesaksian bagaimana hidupnya lepas tali-tali maut. Tuhan itu penolong, penyelamat dan pelindung bagi orang yang dikasihinya. Allah itu Yuruselamat, inilah yang terus kitabyakini, kasih Allah yang besar mengutus anakNya yang tunggal agar stiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. 

Allah bukan hanya penyelamat dari kesulitan di setiap segmen kehidupan kita, tetapi jauh ke depan Allah membuat rencana keselamatan yang besar bagi orang yang dikasihiNya. 


Sahabat yang baik hati, tentu masih banyak kesaksian dan pengakuan iman yang dapat kita sampaikan atas pengalaman yang terjadi dalam hidup ini. Dalam kita ini kita diajak untuk bersyukur atas segala kebaikan Tuhan dan menempa diri untuk selalu hidup di dalam kebaikan Tuhan. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak - Praeses D.28 Deboskab

MEMBERI DARI KEKURANGAN

 Kotbah Minggu XXIV Stlh Trinitatis Minggu, 10 Nopember 2024 Ev. 1 Raja-raja 17: 7 - 16 *MEMBERI DARI KEKURANGAN* Selamat Hari Minggu! Sahab...