KOTBAH MINGGU JUDIKA
Minggu, 6 April 2025
Ev. Lukas 7:41-50
DOSAMU TELAH DIAMPUNI
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah Minggu ini dinamai: Judika - berilah keadilan kepadaku. Ibarat seorang yang berperkara meminta keadilan kepada Tuhan karena Tuhan afalah harapan satu-satunya yang dapat memberikan keadilan. Makna Minggu judika ini sekaligus membawa kita kepada pemahaman akan esensi manusia di hadapan Allah. Manusia mencari keadilan di hadapan Allah sekaligus disadarkan akan dosa dan pelanggarannya. Apakah manusia dapat benar di hadapan Allah? Jika dipertimbangkan dari perbuatannya maka tak seorang pun benar di hadapan Allah, karena semua telah berdosa. Saat kita mencari keadilan di hadapan Allah, justru kita diarahkan kepada suatu pengakuan dosa dan memohon pengampunan. Allah membenarkan kita bukan karena kita benar, tetapi Tuhan menghendaki kita selamat. Dosa dan pelanggaran kita dihapuskan melalui pengorbanan Yesus Kristus.
Sahabat yang baik hati! Memahami makna pengampunan dan keselamatan ini, kita diajak untuk merenungkan perikop kotbah minggu ini. Yesus mengajarkan suatu pemahaman baru kepada setiap saksi mata atas pengampunan Yesus. Yesus diajak seorang Farisi bernama Simon ke rumahnya, namun dalam kesempatan itu seorang perempuan yang dianggap paling berdosa datang menangis, sujud dan mengurapi kaki Tuhan Yesus dengan minyak. Kejadian semacam ini tentu agak janggal, apakah ini jebakan kaum Farisi kepada Yesus? Yesus bersahabat dengan perempuan pendosa tersebut, mengasihi dan mengampuninya. Yesus bersahabat dengan Farisi sekalioun Yesus sangat berbeda tajam dengan kaum Farisi.
Penulis Injil Lukas tidak menjelaskannya apakah in siasat Farisi atau peristiwa yang spontan terjadi. Kalaupun ini suatu jebakan atau karena spontan saja namun moment ini menjadi penting di mana Yesus memberikan pengajaran tentang pengampunan dan keselamatan. Yesus memuji perbuatan perempuan tersebut dan dihadapan Farisi, Murid dan orang yang menyaksikan kejadian tersebut Yesus menghadirkan pengampunan dan keselamatan. Orang berdosa diampuni, karena itu jangan memandang rendah orang berdosa seperti pemikiran picik kaum Farisi. Mereka menerima kemurahan dan pengampunan. Simon sebagai orang Farisi lalai, dia tidak membasuh kaki Yesus dengan air seperti tata krama dalam Yahudi umumnya, namun perempuan itu telah menyeka kaki Yesus dengan air matanya.
Yesus memanggil Simon dan memberikan pertanyaan. Lukas 7:41-43 (TB) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
Kotbah ini tidak mau mengajak kita siapa yang paling besar dosanya, tetapi mengajak kita.merespon tindakan Allah. Semua menjadi orang-orang yang bersyukur karena telah menerima keselamatan dari Yesus Kristus. Kita telah dibenarkan bukan karena kebenaran kita atau karena perbuatan baik kita dihadapan Tuhan, tetapi karena kasih Allah, kita dibenarkan di dalam Yesus Kristus.
Sekarang, marilah kita memetik beberapa pelajaran dalam hidup kita.
1. Mengajarkan kasih dalam setiap kesempatan.
Konteks perikop kotbah minggu ini adalah Yesus diundang ke rumah seorang Farisi. Di kalangan Yahudi, Farisi adalah seorang yang menganggap diri paling saleh dan paling benar melakukan hukum Taurat. Sebagaimana kita tahu bahwa Farisi sangat bertentangan dengan pengajaran Yesus tentang berbagai hal bahkan berululang kali kaum Farisi hanya melihat kekurangan dan menjebak Yesus dengan pertanyaan yang dilemmatis serta mencari celah untuk mempersalahkan Yesus. Dalam catatan Injil Yesus tetap memberikan pengajaran yang tidak dapat dipersalahkan oleh kaum Farisi dan kelompok lainnya (Sadusi, ataupun Herodian) namun Yesus dalam setiap kesempatan selalu meberikan pelajaran, meluruskan pemahaman yang keliru di kalangan Yahudi. Yesus mengajarkan Allah yang murah hati, penuh kasih dan pengampunan. Sedangkan kaum Farisi mengajarkan kebenaran Taurat dan setiap orang yang melanggarnya dinyatakan pendosa.
Di satu sisi ada pertanyaan, kenapa bisa datang seorang perempuan pendosa dan secara bebas menyeka kaki Yesus dengan rambutnya dan dengan minyak wangi yang sangat mahal serta mencium kakiNya. Dan tuan rumah nampaknya tidak merespon perlakuan perempuan itu kepada tamunya. Malah menjadi kesempatan untuk menunjukkan Yesus dekat dengan perempuan pendosa. Ini suatu yang agak janggal, janggal karena di rumah seorang Farisi. Kejanggalan kedua masa kaki seorang Rabbi diminyaki oleh seorang perempuan. Bagi saya ada pelajaran berharga disini, dua kejanggalan ini justru menjadi kesempatan bagi Yesus mengajarkan cinta kasih. Siapapun dia yang datang dengan niat baik layanilah dengan kasih. Mungkin jika Farisi diperlakukan seperti itu, pasti telah murka dan mengusirnya. Namun Yesus berbeda, justru membiarkannya dan mengasihinya. Bahkan mengajarkan suatu pelayanan kehidupan yang sangat berharga. Jika Farisi melihart peristiwa ini dari sudut menyalahkan Yesus dekat dengan perempuan pendosa, namun Yesus menunjukkan kasih dan mengajarkan pengampunan.
Banyak sekali pelayan publik tidak mau diundang dalam acara. Mereka hanya bersedia hadir pada saat yang mendatangkan atau meningkatkan popularitas atau yang disebut trend pencitraan. Kotbah ini mengajarkan, hadirlah mengajarkan cinta kasih dalam segala keadaan bukan menjadikan setiap momen untuk pencitraan.
2. Siapa yang paling bersyukur?
Jawaban Simon terhadap Pertanyaan Yesus sangat tepat. Orang yang paling berhutang banyak itulah yang paling berterima kasih dan bersyukur karena hutangnya yang begitu banyak lunas. Orang yang sedikit hutangnya juga bersyukur namun itu jauh dibandingkan dengan orang yang berhutang banyak. Hitungan matematis dari Simon benar, orang yang paling berterima kasih adalah orang yang paling banyak hutangnya.
Kotbah ini bukan mau mengajak hitung-hitungan dihadapan Tuhan, tetapi menyadarkan kita akan kasih Allah yang telah mengampuni. Kita selayaknya berterima kasih dan bersyukur.
Jika dipikir-pikir dalam pengalaman sehari-hari, orang yang merasa paling benar itu justru susah menerima pendapat karena terus merasa benar. Orang yang merasa paling bersih sangat susah memaafkan dan didamaikan karena terus membenarkan diri. Orang yang merasa paling berjasa sulit untuk diajak berkorbanb, karena merasa telah lebih dahulu berbuat.
Kotbah ini mengajak kita, bersyukur atas kasih Allah yang menyelamatkan kita. Sekaligus juga mengajak jika kita menerima keselamatan, jauhkanlah dari kesombongan rohani, tetapi lebih banyaklah bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan.
Yesus pernah menanyakan murid-muridnya saat meliha dua orang berdoa di Bait Allah, seorang Farisi berdoa dan mengungkapkan semua kesalehan dan perbuatannya dihadapan Tuhan. Sebaliknya seorang pemungut cukai merasa berdosa, dan mungkin menganggkat tangan untuk memohon kepada Tuhan juga merasa takut. Doanya singkat dan berkata: Ya Tuhan, kasihanilah kami orang berdosa ini. Yesus memuji doa seorang pemungut cukai. Beraling ke kotbah minggu ini, siapa yang paling bersyukur adalah kita yang telah menerima pengampunan dosa. Maka kotbah ini hendak mengajak kita untuk bersyukur atas keselamatan. Tuhan itu baik dan murah hati, kita yang seharusnya mati oleh dosa, namun karena anugerahnya kita beroleh keselamatan.
3. Iman kepada Yesus - sumber keselamatan
Iman adalah dasar kehidupan orang Kristen. Beriman berarti percaya kepada Yesus Kristus sebagai Yuruselamat. Tidak ada dasar lain yang diletakkan dalam iman selain Kristus Yesus (2 Kor 3:11), dan keselamatan tidak ada di dalam nama siapapun juga selain di dalam Dia (Kisah Para Rasul 4:1). Filipi 2:10-11 (TB) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Tiga ayat diatas merupakan landasan kuat dalam iman kekristenan. Keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Hal ini menjadi dasar kuat bagi setiap orang percaya untuk percaya Yesus Kristus sebagai Yuruselamat. Keselamatan itu bukanlah usaha manusia, atau balas dari budi baik kita tetapi anugerah Allah secara cuma-cuma. Cuma-cuma bukan murahan, tetapi anugerah itu sangat mahal karena dilakukan dengan pengorbanan Yesus Kristus. Keselamatan itu bukan pula hasil pencapaian dari tingkatan tahap meditasi hingga dapat memasuki dunia nirwana sebagaimana dalam ajaran lain. Karena jika demikian maka sangat terbatas orang yang mencapai tingkat spiritualitas yang sedemikian tinggi. Alkitab mengajarkan kepada kita keselamatan itu adalah anugerah yang kita terima melalui iman. Imanmu menyelamatkan engkau!
Imanmu menyelamatkan Engkau! Demikian kalimat ini disampaikan oleh Yesus mengampuni seorang perempuan berdosa. Saat itu Yesus dijamu oleh seorang Farisi bernama Simon. Perempuan berdosa itu melakukan hal yang tak lazim dilakukan orang. Lukas 7:38 (TB) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
Kejadian ini membuat Simon risih, dan tidak berterima masa seorang nabi mau menerima seorang perempuan berdosa? Yesus tahu apa yang ada dalam pikiran Simon maka Yesus berkata: Lukas 7:41-42 (TB) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
Pertanyaan ini memberikan pencerahan bagi Simon dan menjawab bahwa orang yang paling mengasihi adalah orang yang terbanyak hutangnya dihapuskan.
Tidak ada seorang pun yang dapat menghapuskan dosa perbuatannya di hadapan Tuhan, baik oleh perbuatan baik dan amal yang diabdikan. Upah dosa adalah maut. Maka semestinya kita akan mati oleh dosa kita. Tetapi syukurlah kepada Tuhan Yesus yang datang kw dunia ini untuk mengampuni dan menghapuskan dosa kita. Kita sama seperti perempuan berdosa ini, berdosa melaluinkata, sikap dan perbuatan kita. Sesungguhnya kita tidak layak datang dan sujud di hadapan Tuhan. Namun pengampunan Kristus menyelamatkan kita. Sama seperti seorang perempuan pendosa yang sangat terkenal diampuni dan diberkati, selama ini dia jauh dari Tuhan, tapi ketika dia mau datang menjumpai dan sujud di kaki Yesus, Yesus mengampuni dan berkata: Imanmu menyelamatkan Engkau.
Sahabat yang baik hati! Sebagai Pendeta pernah saya melayani di Desa, ketika ada perjamuan kudus banyak jemaat yang pulang, menurut mereka hanya orang yang rajin ke gereja dan dianggap baik yang mengikutinya. Saya pun mulai memberikan penjelasan: perjamuan Kudus ini disediakan untuk orang yang berdosa. Jika ada yang merasa tidak berdosa dan tidak membutuhkan pengampunan akan dosa silahkan pulang dan tak usah mengikuti Perjamuan Kudus. Sejak itu banyak yang mengikuti perjamuan. Ini mungkin agak memaksa, namun jawaban praktis yang mengingatkan kita perlu juga dilakukan agar jemaat memahami iman lebih mendalam.
Kristus telah berkorban dan menyelamatkan kita. Tetaplah percaya kepadanya dan berdiri di atas iman yang kokoh, karena iman kepada Yesus Kristus menyelamatkan kita. Amin
Salam:
Pdt Nekson M Simanjuntak