Kotbah Minggu Estomihi (Engkalah Bukit Batu dan Pertahananku Mazmur 31:3b)
Minggu, 2 Maret 2025
Ev. Keluaran 34:29-35
NYATAKAN CAHAYA KEMULIAAN TUHAN
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah Minggu ini diambil dari kisah Musa menerima Hukum Taurat di Gunung Sinai. Tuhan memanggil Musa untuk naik ke Sinai untuk menerima perintah Tuhan yang hendak disampaikan dan dilakukan oleh umat Israel.
Pada pasal 24 diceritakan Musa naik ke gunung Tuhan dan berpuasa selama 40 Hari: Musa menerima perintah Tuhan dan saat Musa turun, ia sangat murka karena bangsa itu telah membuat patung lembu emas untuk disembah. Musa menghancurkan patung lembu emas dengan melemparkan dua loh batu yang dibawa dari gunung Tuhan (Kel 32:19).
Allah adalah Tuhan yang murka terhadap pelanggaran namun penuh dengan kasih sayang dan kasih setia. Pada pasal 33 Musa pun dipanggil Tuhan untuk naik ke gunung Tuhan memohon penyertaan dalam perjalanan pada gurun dan diberi perintah untuk disampaikan ke pada umat Allah. Berikutnya Musa memohon: Keluaran 34:9 (TB) serta berkata: "Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu." Sebelum berjalan, Tuhan sendiri menuliskan perintah kepada umat Israel untuk ditaati dan dilaksanakan. Allah sendiri menuliskannya, perinta itu tertulis agar mereka mengingat dan membacanya berulang-ulang dan diwariskan kepada anak cucu mereka.
Dalam kotbah ini, ada perubahan yang dicatatkan dalam nas kotbah ini, yaitu cahaya kemuliaan yang melingkupi Musa saat menerima perintah Tuhan. Musa itu bercahaya sehingga umat Israel ketakutan, ketakutan bukan karena takut atas kemarahan seperti sebelumnya, namun dalam nas ini disebutkan karena kulit Musa memancarkan cahaya kemuliaan.
Inilah yang harus kita gali dan kembangkan dalam kehidupan kita, bahwa Allah membentuk umatNya menjadi umat yang memancarkan sinar kemuliaan. Seperti Musa saat menerima dua log batu dari Tuhan, Musa memancarkan sinar kemuliaan. Tentu inilah pesan yang sangat berharga bagi kita. Kita dipanggil Tuhan untuk memancarkan cahaya kemuliaan dalam hidup ini.
Bagaimana kita menyatakan dan memancarkan cahaya kemuliaan dalam kehidupan ini, dari kotbah ini kita menemukan!
1. Hidup di dalam Perintah Tuhan.
Pembebasan Israel dari Mesir merupakan rencana Allah yang besar. Allah akan membuat mereka bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Janji Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub adalah janji yang dipelihara dengan setia. Allah tidak membiarkan umatnya menjadi budak di Mesir, Allah membebaskan mereka dengan tangan yang kuat agar merwka menjadi bangsa merdeka dan berdaulat dan menuntun mereka ke Tanah Perjanjian.
Pemberian Perintah Tuhan di Sinai bertujuan untuk membentuk umat Israel sebagai umat Allah yang kudus yang berbeda dengan bangsa lainnya. Allah membentuk mereka dengan menata hubungan yang baik dengan Thhan dan kwpada sesama. Mereka dibentuk menjadi umat yang taat dan setia kepada Tuhan. Karena Allah setia kepada janjinya.
Pemberian Hukum itu lebih dijelaskan dalam kita Ulangan, mereka mereview kembali apa tujuan Tuhan membentuk umat Allah sebagai umat yang kudus, dengan memelihara pentintah dan setia kepada Tuhan.
Ulangan 7:6-8 (TB) Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.
Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu — bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? —
tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
Dengan demikian, sesungguhnya umat Allah yang setia dan taat melakukan perintah Tuhan akan memancarkan cahaya kemuliaan karena hidup di dalam perintah Tuhan menghidupi nilai-nilai yang memuliakan harkat dan hidup manusia.
2. Musa memancarkan cahaya kemuliaan.
Setelah peristiwa pertama Musa Murkan dan melemparkan dua log batu, pada padal 34 ini ada seuasana yang berbeda di kalangan umat Israel. Musa turun membawa kedua log batu berisi perintah Allah kulit mukanya memancarkan bercahaya.
Keluaran 34:29 (TB) Ketika Musa turun dari gunung Sinai — kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu — tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.
Sebelumnya di dalam Keluaran 3:2 Allah menampakkan diri kepada Musa dalam bentuk api yang menyala. Maka Musa pun menutup wajaahnya karena tidak sanggup berjumpa dengan Allah. Dalam perikop kotbah ini, perjumpaan Musa dengan Allah membuat perubahan dalam diri Musa. Wajah Musa memancarkan cahaya kemuliaan. Peristiwa ini bisa saya terjadi secara kasat mata dampat perjumpaan Musa dengan Allah dalam bentuk Api membuat wajah Musa berbeda. Namun hal yang paling kita tekankan adalah orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan akan berdampak pada diri seseorang yang memancarkan cahaya kemuliaan. Musa yang memegang dua log batu berisi perintah Tuhan. Perjumpaan Musa dengan Tuhan mengubah pandangan umat Israel terhadap Musa. Musa bercaha dan memancarkan kemuliaan. Bukan hanya perubahan dalam Musa yang bercahaya membuat itu mereka takut mendekat kepada Musa.
Keluaran 34:30 (TB) Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.
"Takut mendekat kepada Musa', kata takut disini bukan dipahami sebagai ketakutan kepada seseorang yang kejam atau bengis tetapi takut karena Musa memiliki wibawa dan karisma di hadapan umat Israel. Musa itu adalah pemimpin besar, membawa umat Allah keluar dari Mesir dengan 10 tulah dan menyeberangkan mereka di laut Merah. Semua itu adalah mujizat yang besar. Musa dalam peristiwa-peristiwa besar itu digambarkan sebagai Musa sang pemimpin yang gagah dan perkasa mengalahkan musuh dan tatangan. Dalam kotbah ini Musa tampil bercahaya menggambarkan pemimpin yang ditakuti karena rasa hormat, takut karena wibawa dan disegani karena kemashurannya di mata umat Allah.
Jadi umat Allah takut mendekati Musa karena wajahnya bercahaya, ini hendak melengkapi kharisma Musa
3. Selubung wajah
Keluaran 34:33-34 (TB) Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya.
Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.
Wajah yang bercahaya membuat mata bangsa Israel silau dan tak sanggup melihat Musa. Wajah yang memancarkan cahaya kemuliaan kita temukan juga dalam Perjanjian Baru. Saat Yesus dimuliaakan di Buit, Yesus berjcakap-cakap dengan Musa dan Elia. Sampai Petrus meminta kepada Tuhan Yesus agar mendirikan kemabh diatas bukit itu. Sinar kemuliaan yang dipancarkan Yesus, Musa dan Elia membuat murid-murid betah dan hendak membangun tenda. Di dalam pemberian Perintah Tuhan kepada umat Allah, wajah Musa memancarkan cahaya kemuliaan dan umat itu ketakutan dan takut berjumpa dengan Musa. Ini sautu pelajaran penting bahwa dalam menyampaikan perintah Tuhan Musa menyelubungi wajahnya. Artinya Musa memahami bagaimana kondisi umat Allah melihat dan memandang Musa. Karena cahaya kemuliaan yang dipancarkan Musa, maka Musa memahami apa yang dirasakan oleh umat Allah, sehingga dalam menyampaikan perintah Tuhan Musa menyelubungi wajahnya.
Kejadian ini merupakan contoh bagi para hamba Tuhan dalam menyampaikan Firman. Seseorang menyampaikan firman harus memahami siapa pendengar dan bagaimana sikap mereka. Selubuh wajah Musa menjadi solusi bagaimana Musa hadari menyampaikan perintah Tuhan kepada umatNya yang dibanyangi rasa takut dan gentar ditambah wajah Musa yang memancarkan cahaya.
Sebaliknya saat menghadap Tuhan, Musa membuka selubung wajahnya. Menghadap Tuhan kita harus terbuka dan tidak ada yang membatasi kita berjumpa dengan Tuhan. Mungkin saat ini masih terpelihara bagi orang Kristen, saat berdoa spontan membuka topi, suatu pemahaman bahwa kita harus membuka diri dihadapan Tuhan. Berjumpa dengan Tuhan tidak ada selubung wajah, atau tidak ada sesuatu yang boleh ditutup-tutupi saat menghadap Tuhan.
4. Menjadi orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan
Kualitas iman seseorang terlihat dari apakah seseorang memiliki relasi yang baik dengan Tuhan. Inilah yang juga kita temukan dalam hidup Musa. Sepanjang missi Musa membawa umat Allah dari perbudakan Mesir hingga perjalanan di padang gurun, satu hal yang kita temukan adalah bahwa Musa selalu berjumpa, berdialog dan memohon petunjuk kepada Tuhan dalam segala keadaaan. Apa artinya ini? Musa memiliki Spiritualitas dan hubungan yang dekat dengan Tuhan.
Marilah menjadi pribadi yang senantiasa memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. hubungan personal dengan Tuhan akan membuat kita memancarkan cahaya kemuliaan. Cahaya kemuliaan itu ada pada diri kita yang menghormati dan menghargai orang lain yang segambar denganr upa Allah. Artinya sinar kemuliaan dari seseorang terpancar dari sikap dan cara bagaimana dia menghormati dan memuliakan orang lain. Amin
Selamat hari Minggu bagi kita semua, salam dari kami: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar