KOTBAH MINGGU SEXAGESIMA
Minggu, 23 Februari 2025
Ev. Matius 5: 38-48
MENGASIHI MUSUH
Selamat Hari Minggu! Semua orang pasti menginginkan hidup damai dan jauh dari permusuhan. Semua orang menghendaki lingkungan dimana di hidup aman tenteram jauh dari kegaduhan dan perseteruan. Mungkin spontan kita akan menjawab hal itu sangat sulit dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Manusia dalam setiap memenuhi kebutuhannya ada persaingan, kompetisi bahkan harus mengalahkan lawan untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
Coba diperhatikan berita-berita di media sosial tentang "kriminal" rupanya ada banyak fenomena masyarakat terjadinya kekerasan sering sekali bermuara pada sakit hati dan balas dendam yang berujung kepada kematian. Saya pernah membaca satu suku di Indonesia mengenal tradisi "carok". Suatu sikap balas dendam yang terpelihara dan diwariskan kepada anak-anaknya. Seorang ayah yang meninggal di carok oleh lawannya, maka sang ibu menyimpan kain bekas darah. Setelah anaknya bertumbuh dewasa dan dirasa cukup matang sang ibu mengeluarkan kain bekas darah ayahnya dan menceritakan musuh ayahnya. Jika sakit hati orang tua tidak dibalaskan anak-anak akan dianggap menjadi hutang dan dinilai hina. Apa jadinya jika sakit hati dibalas dengan sakit hati tentu manusia saling bermusuhan dan kalaupun sedikit nyaman hanya tinggal tunggu meledakkan dendam. Demikianlah lingkaran hitam akar kekerasan kejahatan jika dibalaskan dengan kejahatan dan dendam akan dibalaskan kepada dendam. Manusia memiliki musuh sepanjang hidupnya dan dibayangi ketakutan akan balas dendam orang lain.
Syukurlah ajaran Yesus yang Maha Agung tentang pengampunan dan kasih, sehingga orang percaya tidak akan menyimpan dendam, tidak akan membalaskan kejahatan dengan kejahtan, kesalahan dibalas dengan kesalahan, pukulan dibalas dengan pukulan, tamparan dibalas dengan tamparan namun Yesus mengajarkan agar kita mendoakan dan memberkati orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Ajaran kasih Yesus bukanlah sekedar mengasihi dan membalaskan kebaikan dengan kebaikan namun ajaran damai dan kasih terhadap musuh sebagaimana kotbah minggu ini dari Matius 5:38-48. Mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita mungkin semua orang menerapkannya, namun siapakah diantara kita yang mengasihi musuh? Apakah masih ada di antara kita jika disakiti masih memberkati dan mendoakan mereka
Sahabat yang baik hati, marilah kita belajar dari kotbah minggu ini yang dapat kita gali sebagai pedoman hidup untuk tetap tinggal di dalam kasih dan tanpa pembalasan. Dengan kotbah ini kasih Kristus semakin terpancar dan menyebar sebagai nilai-nilai yang dihidupi oleh masyarakat.
1. Jangan membalaskan kejahatan dengan kejahatan melainkan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.
Jika dunia mengajarkan mata ganti mata, kejahatan dibalaskan dengan kejahatan yang lebih besar maka manusia akan terus dalam lingkaran kejahatan dan kekerasan yang tiada tara. Mewariskan kejahatan demi kejahatan dan akan terus menjadi hukum balas membalas yang saling menggigit dan memusnahkan. Yesus yang penuh kasih dan damai mengajarkan kepada kita rumus menghentikan semua itu dengan tidak membalaskan kejahatan, tetapi mengampuni dan mengalahkan kejahatan dengan perbuatan baik.
Matius 5:39 (TB) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Mungkin bagi sebagian orang termasuk saya, nas ini merupakan perintah tersulit yang dilakukan dalam hidup. Memaafkan dan mengampuni orang maaih bisa kita lakukan, namun memberi diri ditampar sekali lagi itu sesuatu yang berat dan teramat berat. Apa makna di balik pernyataan Yesus ini? Bagi saya, jangan sama sekali ada pembalasan.
Sikap membalas akan menghasilkan permusuhan terus menerus, namun saat kita memiliki sikap tidak membalas maka permusuhan pun akan berakhir. Sebaliknya akan muncul rasa hormat dan berlomba untuk hidup didalam kasih dan damai sejahtera.
2. Melakukan sesuatu lebih dari apa yang diminta.
Sebagai mahluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat kita memiliki harapan dan tuntutan terhadap orang lain sebagaimana hukum normatif; membantu, menolong dan memberi uluran tangan terhadap sesama. Yesus mengajarkan jika masih membalaskan kebaikan dengan kebaikan secara normatif maka anak-anak dunia ini juga melakukan hal yang sama. Bukankah para penjahat mengasihi sesamanya bahkan mungkin kasih mereka sangat besar yang rela berkorban demi kawannya. Kelebihan anak-anak Allah adalah melakukan lebih dari apa yang dituntut orang lain.
Matius 5:40-41 (TB) Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
Kwalitas kebaikan kita harus lebih baik dari anak-anak dunia ini. Meneladani Allah yang mengasihi tanpa mengharapkan balasan atau agape. Kasih yang tulus untuk menolong, dan bukan hanya sekedar menolong tetapi membantu orang lepas dari pegumulannya dengan tidak mengharapkan imbalan.
Melakukan lebih dari pada yang diminta! Disini kita diminta memiliki keralaan dan kesediaan melakukan lebih dari apa yang diminta. Jika kita memberi apa yang diminta itu adalah hal bisa, namun jika seseorang melakukan lebih dari yang diminta itu adalah perbuatan kasih.
3. Mengalahkan diri sendiri lebih besar dari mengalahkan musuh.
Dunia ini mengajarkan kepada kita bahwa pahlawan itu diberikan kepa orang kuat yang dapat mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya. Seperti pahlawan perang yang dapat mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya. Itulah jalan dunia ini, Injil Yesus Kristus berbeda dengan jalan dunia: Yesus mengajarkan pahlawan yang sesungguhnya adalah mereka mengasihi musuh, berdoa dan memberkati mereka yang membenci dan menganiaya kita.
Dari seluruh ajaran injil mungkin hal tersulit dilakukan adalah ajaran ini. Bagaimana kita mengasihi musuh? Kata hati kita dan sesak dihati hendak membalaslan kejahatan dan melampiaskan dendam dan angkara murka. Namun jika kita terima dengan akal sehat tentu ajara ini menyelamatkan kita dari amarah dan angakara murka. Bukankah dendam dan angkara murka hanya membawa kita kepada kebinasaan. Yesus tidak menghendaki kita binasa oleh balas dendam, namun harus selamat, hidup penuh damai sejahtera dan menjadikan dunia ini lebih baik dengan mengasihi musuh, berdia dan memberkati orang yang menyakiti dan menganiaya kita.
Dalam menutup kotbah ini baiklah kita memohon kekuatan kepada Tuhan. kita berdoa: Ya Tuhan, firman yang Engkau ajaran minggu ini sangat sulit kami lakukan, namun engkau menghendaki hidup kami penuh damai dengan ajaran kasih. Berikanlah kekuatan bagi kami agar kami dapat melakukannya dalam hidup kami. Amin
Salam dari kami:
Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar