Kotbah Minggu II Stlh Ephipanias
Minggu, 19 Januari 2025
Ev. Yesaya 62:1-5
BANGSA-BANGSA MELIHAT KEMULIAAN ALLAH
Selamat Hari Minggu ! sahabat yang baik hati, Minggu Ephipanias berarti "patar" atau "hapapatar" (Batak), jika diterjemahkan artinya kemuliaan Allah terpancar atau menampakkan kemuliaanNya dan menjadi nyata. Ephipanias berasal dari dua kata Yunani, yakni: ἐπί (epi) berarti "di atas" atau "di permukaan." φαίνω (phainō) berarti "menyatakan" atau "menampakkan."
Minggu Ephipanies dalam gereja ditetapkan tgl 6 Januari, diambil dari tradisi orang Majus berjumpa dengan Yesus. Orang Majus yang mencari sinar bintang akhirnya menemukannya di Bethlehem (Mat 2:1-12). Adu juga yang menghubungkannya dengan Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis saat itu langit terbuka dan Roh Tuhan turun atasNya dan suara yang berseru: Inilah AnakKu yang Kukasihi kepadaNyalah Aku berkenan (Mat 3:12-17) dan Ada juga yang menghubungkan Ephipanias dengan Mujizat diperkawinan di kana, karena disinilah Yesus pertama kali melakukan mujizat (Yoh 2:1-11). Semua yang hendak diceritakan adalah bahwa kemulian Allah dinyatakan. Makna Ephipanias dalam kalender gerejawi berarti umat Tuhan merayakan penampakan kemulian Allah nyata bagi semua oran.
Berkaitan dengan topik Minggu ini Bangsa-bangsa Melihat Kemuliaan Allah. Suatu visi nabi Yesaya, bahwa setelah kepulangan umat Allah ke Yerusalem, seluruh bangsa-bangsa akan melihat dan menyaksikan kebenaran dan kemuliaan Allah. Allah berkuasa atas segala bangsa, Allah mengalahkan Babelonia melalui raja Persia dan Raja Persia sendiri yakni Kores dipakai Allah memulahkan umat Allah dari pembuangan Babel. Bukan hanya itu, menurut nabi Yesasa sebagaimana dalam kotbah minggu ini bahwa segala bangsa akan menyaksikan kemuliaan Allah. Disebutkan dalam Yesaya 62:2 (TB) Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri.
Sion bukan hanya pusat beribadahan umat Allah, namun segala bangsa-bangsa akan sujud dan beribadah ke Sion.
Sekarang baiklah kita memetik beberapa pelajaran dari kotbah Minggu ini.
Kitab Yesaya 62 masuk dalam Trito Yesaya - masa setelah pembuangan. Umat Allah sedang mempersiapkan pembangunan Bait Suci dan pembangunan kembali tembok Yerusalem. Memang ada keluhan, karena mereka baru kembali dari pembuangan, selain masi mengawali kehidupan di Yeruselem, membuat rumah, mempersiapkan ladang dan ternak dan kebutuhan lainnya, namun mereka menerima sati amanat untuk membagun Sion. Sekalipun pembangunan itu berat namun visi Yesaya ini menginspirasi dan emmotivasi umat Allah, akan karya besar Allah. Dengan kembalinya Allah berdiam di Sion, segala bangsa akan melihat kebesaran, keagungan dan kemuliaan Allah.
1. TUHAN tidak berdiam diri.
Yesaya 62:1-5 menekankan bagaimana Allah tidak akan diam atau berhenti bekerja sampai kebenaran dan keselamatan umat-Nya bersinar seperti terang. "Allah tidak pernah berhenti mengasihi dan memulihkan"
Allah Tidak Pernah Diam untuk Umat-Nya (Ayat 1) Allah menunjukkan kasih-Nya yang aktif dan penuh komitmen. Seperti seorang penjaga yang berjaga sepanjang malam, Allah terus bekerja untuk memastikan umat-Nya dipulihkan. Dengan demikian kita diajak untuk percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka, bahkan dalam kesulitan atau penderitaan.
Allah tidak berdiam diri
Dalam teks asli bahasa Ibrani, kata "berdiam diri" berasal dari kata kerja "חָשָׁה" (ḥāšâ), yang berarti "tetap diam," "tidak berbicara," atau "tidak bertindak." Dalam konteks Yesaya 62:1, frasa "לְמַעַן צִיּוֹן לֹא אֶחֱשֶׁה" diterjemahkan sebagai "Demi Sion, aku tidak akan berdiam diri" (TB). Ini menunjukkan komitmen Allah untuk tidak tinggal diam, melainkan bertindak aktif demi umat-Nya.
Allah Tidak Pasif: Kata ini menekankan bahwa Allah tidak akan membiarkan keadaan umat-Nya tetap seperti itu. Ia tidak bersikap acuh tak acuh terhadap penderitaan, kehancuran, atau ketidakadilan yang dialami umat-Nya. Allah secara aktif memperjuangkan pemulihan, kebenaran, dan keselamatan umat-Nya. Kesetiaan Allah kepada Janji-Nya: Frasa ini menunjukkan bahwa Allah setia kepada janji-Nya terhadap Sion (Yerusalem sebagai simbol umat Allah). Kesetiaan Allah mendorong tindakan-Nya yang terus-menerus, meskipun umat-Nya sering gagal dalam kesetiaan.
Pekerjaan Allah yang Berkelanjutan:
Dalam ayat ini, "tidak berdiam diri" juga dapat dipahami sebagai pekerjaan Allah yang tidak berhenti sampai tujuan-Nya tercapai, yaitu kebenaran Sion bersinar seperti terang dan keselamatan-Nya seperti suluh yang menyala (ayat 1b).
2. Identitas Baru yang Diberikan oleh Allah (Ayat 2-3)
Yesaya 62:2b (TB) dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri.
Pada bahagian ini Yesaya menyampaikan bahwa bangaa-bangsa akan melihat kebenaran Allah dan menyaksikan kemuliaan Allah. Pemulihan Allahbatas umatnya mengangkat nama Umat Allah. Keadaan ini berbeda dengan apa yang mereka alami sebelumnya, yaitu merasa terasing, tersingkir dan terbuang. Selama di pembuangan mereka dilanda kwkuatiran akan masa depan, mereka tidak percaya diri dan terkungkung atau terpenjara dalam "mental pembuangan".
Namun tindakan Allah memulihkan dan mengembalikan mereka ke Yerusalem serta agenda pemulihan Tuhan akan Sion membuat mereka dipandang dan berharga di mata orang.
Pemulihan Allah setelah kembalinya ke Yerusalem bangsa-bangsa akan menyebut umat Allah menjadi nama baru. Penamaan itu tentu berkaitan dengan identitas dan situasi baru yang dimasuki oleh imat Allah setelah kembali dari pembuangan Babel.
Umat Tuhan akan diberi nama baru, mencerminkan status mereka yang diperbarui sebagai milik Allah. Mahkota kemuliaan menunjukkan betapa berharganya umat Allah di mata-Nya.
Nama lama seperti "Yang Ditolak" atau "Yang Ditelantarkan" (ayat 4) mencerminkan dosa, kehancuran, dan penderitaan masa lalu. Dipulihkan dengan mwmiliki nama baru "yang disukai-Nya" dan "yang menjadi istri") mencerminkan pemulihan hubungan dan kasih Allah kepada umat-Nya.
Identitas baru sebagai Umat yang Dimuliakan disebut sebagai "mahkota keagungan di tangan TUHAN" dan "serban kerajaan di tangan Allahmu." Mahkota Keagungan: Simbol kehormatan dan kemuliaan yang diberikan Allah kepada umat-Nya.
Di Tangan TUHAN: Ini menunjukkan bahwa identitas baru umat Allah tidak hanya mulia, tetapi juga aman dalam perlindungan dan pemeliharaan-Nya. Umat yang sebelumnya terhina karena dosa-dosa mereka sekarang menjadi lambang kemuliaan Allah di hadapan bangsa-bangsa.
Nama baru ini bukan hasil usaha manusia, tetapi diberikan oleh Allah sendiri. Ini menunjukkan bahwa identitas baru umat Allah adalah bagian dari karya penebusan dan anugerah-Nya. Pengakuan oleh Bangsa-Bangsa: Ayat 2 menyebutkan bahwa bangsa-bangsa akan melihat kebenaran dan kemuliaan umat Allah. Identitas baru ini bukan hanya untuk pemulihan internal umat, tetapi juga menjadi kesaksian bagi dunia.
Dalam kehidupan jemaat pemulihan dari masa lalu dan ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak mendefinisikan mereka berdasarkan dosa atau kegagalan masa lalu, tetapi berdasarkan rencana-Nya untuk memulihkan dan memuliakan mereka.
Sebagai contoh seperti Paulus yang sebelumnya Saulus (penganiaya gereja) diberi identitas baru sebagai rasul Kristus.
Berikutnya untuk menjelaskan nama baru ini dapat kita bandingkan seperti seorang anak yang diadopsi dari situasi yang sulit, menerima nama keluarga baru. Nama itu bukan hanya tanda pemulihan, tetapi juga menunjukkan bahwa ia sekarang memiliki tempat, kasih, dan tujuan yang baru.
Demikian juga, Allah memberi nama baru kepada umat-Nya, menunjukkan bahwa mereka diterima sepenuhnya dalam kasih-Nya.
3. Pemulihan relasi: Allah sebagai Mempelai Laki-Laki (Ayat 4-5)
Umat yang sebelumnya disebut "yang ditinggalkan" akan disebut "yang diperkenan." Ini menggambarkan kasih Allah yang menghapus rasa malu dan kesedihan.
Relasi antara Allah dan umat-Nya digambarkan seperti hubungan mempelai laki-laki dan perempuan, penuh kasih dan kesetiaan.
Apa jadinya jika seorang suami meninggalkan isterinya? Tentu berat bukan? Apa lagi pada jaman perjanjian Lama. Seorang yang diringgal suami akan malang, tiada pelindung, tiada penolong dan akan dioandang rendah orsng lain karwna tidak bisa memelihara hubungan dengan suaminya. Tidak heran jika pada PL janda menjadi perhatian para nabi. Allah membela nasib para janda dan yatim karwna sering mejadi korban ketidak adilan, penindasan dan kesewenangan.
Seorang wanita yang ditinggal suami dalam pandangan PL demikianlah digambarkan dalam kotbah ini, kembalinya suami adalah bentuk pemulihan, perlindungan dan memelihara kembali hubungan yang intim dan hidup dalam kebahagiaan.
Aspek lain adalah suami yang kembali ke isterinya hendak menjelaskan tentang kasih setia dan pengampunan. Sekalipun umat Allah tidak setia dan berbalik kepada ilah lain, namun Allah tetap setia pada janjiNya. Demi kasihNya dan janjiNya Allah melupakan pelanggaran umatNya dan datang untuk menyelamatkanNya. Amin
Salam Ephipanias:
Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar