Salam Natal!
Renungan Malam Natal nanti dari Mikha 5,1-4 tentang pemberitaan Keselamatan dan Damai sejahtera!
Penantian Mesias menjadi satu perjalanan panjang dalam pengaharapan Umat Israel. Berbagai nubuatan para nabi terus diperdengarkan untuk meyakinkan umat Israel tetap memelihara diri sebagai umat yang menantikan keselamatan. Pengharapan Mesias dalam PL memang banyak menggambarkan peran Mesianis yang heroik, tidak sedikit nubuatan itu yang menggambar Mesias sebagai Raja yang perkasa, kuat dan memiliki kemampuan luar biasa (Band Yes 9; Maz 24). Namun pada pihak lain Mesianis yang dinantikan itu juga digambarkan dengan tipe sederhana bahkan hina (Yes 53), tidak gagah hanya penunggang keledai (Zakharia 9) dan lahir dari desa terpencil (Mikha 5). Dengan demikian gambaran Mesias yang tinggi dan sekaligus rendah, raja dan sekaligus hamba, yang perkasa dan rendah hati sekaligus ada di dalam Mesias yang dinantikan, karena Dia adalah Raja tetapi memerintah dengan lembut dan rendah hati dan kehadirannya adalah Pembawa Damai Sejahtera.
1. YANG TERKECIL; Tidak populer dan tak terkenal
Mikha memiliki pandangan yang unik tentang Mesias, yang mungkin di luar perkiraan dan pikiran manusia pada umumnya yang mengagumkan kehebatan dan ketenaran atau keterpopuleran di jamannya. Mikha menubuatkan Mesias yang dinantikan itu tidak muncul dari kota tenar dan terkenal, dia lahir dari desa yang terkecil dan terpencil di seluruh kaum Yehuda. Ini bukan pula kelebihan Bethlehem, namun karena Tuhan berkenan. Karena catatan sejarah tentang Bethlehem mungkin tidak ada dalam peta bersejarah dalam perjalanan Israel sebelumnya jika dibanding dengan kota-kota lainnya. Kaum chauvenis (pongah) mungkin akan menertawakan nubuatan ini, demikian pengagum kepopuleran dan paham prestisius akan kaget yang menanti dan berpusat penantiannya dari pusat kekuasaan. Mesias lahir dari pheripheri atau pinggiran, bisa juga disebut terpinggirkan dan berada di pinggir. Ini menjungkir balikkan pandangan yang berorientasi keselamatan datang dari pusat kekuasaan. Kristus sang Mesias lahir di Bethlehem (Luk 2) yang mengagetkan Herodes yang berada dipusat kekuasaan.
Banyak implikasi yang dapat kita kembangkan dari Bethlehem tempat lahirnya Raja Damai itu, yang mendorong kita lebih rendah hati dan melihat yang kecil itu berharga. Yang terkecil dalam pandangan manusia dijadikan Allah menjadi terbesar dalam mempengaruhi peradaban dunia. Banyak orang mengejar keutamaan diri di mata sesama kaumnya agar lebih dianggap dan dipandang mellaui berbagai kecakapan hingga model marketing diri. Bethlehem tidak memilih untuk di pandang, dia apa adanya tak prestisius, kota tenang dan kecil dan oleh pilihan Tuhan dia menjadi kota ternama da terpandang. Kota paling mulia, seluruh dunia menyebut nama Bethlehem, karena Allah hadir di sana.
Bethlehem adalah hati kita, bahagian anggota tubuh yang tidak dilihat oleh manusia. Manusia hanya memandang wajah setiap berjumpa dan bersalam mengenal orang banyak dari ukuran face. Manusia biasanya mendengar apa yang dikatakan mulut dalam banyak hal oleh mulutnya orang banyak terkenal bahkan oleh sensasi. Manusia juga paling diagungkan karena telaah dari apa yang dipikir otak. Banyak juga terkenal karena tangan cekatan dan luar biasa karena sepak terjang kaki. Artinya ketenaran dari tubuh manusia sering berorientasimpada wajah, otak, tangan, kaki dll. Orang melupakan untuk paling penting hati. Hati di antara anggota tubuh ibarat Bethlehem di tengah-tengah kaum Yehuda, dari sana digerakkan damai sejahtera bagi seluruh umat.
2. MENJADI GEMBALA
Menjalankan pemerintahan dengan istilah gembala, pembimbing, pemelihara dan paling bertangungjawab atas kawanan domba. Gembala memiliki tongkat namun buka untuk memukul domba, namun tongkat penjaga dari pemangsa buas. Dia berjalan di depan untuk memimpin dan memandu jalan yang harus di tempuh serta menggiring dombanya ke padang rumput hijau. Gembala baik mengenal domba, dan domba mengenal suara gembalanya. Gembala juga dengan care menuntun yang tersesat; tak dibiarkan seekor pun yang tersesat oleh langkahnya yang lari dari kawanan. Dengan lembut gembala akan memanggil dan mencari yang tersesat hingga dipulihkan kepada kawanan. Gembala akan membalut kaki domba yang terluka.
Mesias sebagai gembala adalah kerinduan umat atas kehadiran pemimpin yang memperhatikan kesengsaraan umat. Kehadiran pemimpin umat yang berhati gembala adalah penantian panjang. Kita bersuyur karena di malam Natal kita merayakan kehadiran sang gembala.
Jika Dia sudah datang, menyambut kelahirannya adalah sekalugus penyerahan hidup kita untuk berkenan digembalakan okeh Yesus yang lahir itu.
3. PEMBAWA DAMAI SEJAHTERA
Jika kita periksa nubuatan nubuatan tentang Mesias, hal yang selalu dikedepankan adalah Damai Sejahtera. Dalam ibran Syalom, artinya sejahtera secara totalitas, sejahtera secara spiritualitas dan sejahterah hidup jasmaniah. Dengan istilah syalom ini tidak ada pemisahan diri manusia tetapi secara total menjadi sejahtera. Dalam kontek kitab Mikha istilah syalom ini sangat dirindukan, karena peperangan antar bangsa yang berlomba menunjukkan bangsa Super power. Muncul Babel untuk ekspansi kerajaannya dan menaklukkan bangsabangsa lain di sekitarnya. Demikian dengan Bangkitnya Assur telah membabat Israel dan negara-negara lain. Bangsa-bangsa mempertajam pedang, memperbanyak pasukan kereta kuda hanya untuk menunjukkan kepada dunia menjadi Bangsa Terpandang. Harga diri dan kehebatan bangsa diukur dari berapa banyaknya negara yang ditahklukkan dan dijajah. Jaman itu jaman yang sungguh-sungguh menunjukkan dir dengan kekuatan dan perang. Umat yang menanti Mesias bukan mendirikan kerajaan dengan pedang dan pasukan kereta kuda kegaduhan, namun memerintah dengan damai sejahtera.
Natal adalah pewartaan Damai di bumi (Luk 2,14), Damai itu telah datang dan ada di antara kita masalahnya apakah kita telah menyadaŕinya. Mungkin kita adalah orang orang yang mencari damai, padahal pencarian itu sesungguhnya tidak lagi dibutuhkan karena damai itu ada di hati.
De Mello pernah menuliskan kisah ikan pencari laut:
Iman kecil : (bertanya kepada ikan besar yang lebih tua) "maf kamu lebih tua dari aku, jadi bisakah kamuberitahukan , di mana aku dapat menemukan laut?"
Ikan besar : "laut adalah tempat kamu berada saat ini."
Ikan kecil : "...hah....ini? Ini kan air! Yang kucari adalah laut..!" (Ikan kecilpun berlalu dan kecewa, untuk mencari di tempat lain).
Itu percakapan menarik dan menyentuk kita saat ini yang merayakan natal dan mengagungkan damai tetapi masih terus mencari damai. Siapa pencari damai? Carilah...... sampaimlelah. Bagiku damai adalah menjalani hidupku dengan damai sejahtera.
Salam
Juga ada: neksonministry.blogspot.com
Selasa, 23 Desember 2014
Sabtu, 20 Desember 2014
PERCAYA DAN NYATA: Meneladani Iman Maria
Kotbah Advent IV, Minggu 21 Desember 2014
Teks: Lukas 1, 26-38
A. Jangan Takut! Memaknai salam malaikat
Entah mimpi apa yg terjadi pada Maria saat Malaikat datang menjumpainya dan menyampaikan salam. Maria ketakutan, maklum sesuatu yg tak lazim datang menjumpainya menyampaikan salam dan berkat penyertaan Allah baginya. Lukas 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
Ini sungguh ganjil, membuat Maria bertanya, salam apa gerangan? Tak terpikir olehnya karena mungkin tak pernah ada sabda seperti itu diterimanya dari imam atau rabbi sekalipun dijamannya. Salam dan sapaan yg lembut namun menggugah hati, mendorongnya bertanya dalam hatinya, apakah arti salam itu? Malaikat itupun menyebutkan suatu yg diluar perkiraannya: Lukas 1:30-33 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Salam yang disampaikan oleh malaikat adalah peneguhan dan kabar baik, kabar kegembiraan oleh Maria seluruh dunia beroleh berkat. Satu dari sekian juta perempuan di jamannya Maria memperoleh karunia yg luar biasa dari Allah, olehnya dunia akan bergembira menyambut kelahiran Yuruselamat, Allah yang Maha tinggi dan Raja Damai.
Salam malaikat adalah missi yang agung, missi penyelamatan manusia yg telah ditindas oleh kesewenangan, dijarah oleh kerakusan dan diliputi oleh hati gelap oleh ambisi dalam meraih prestise. Itulah dunia yang akan disapa, dijumpai dan diterangi oleh Mesias yang lahir itu.
Jangan takut! Adalah salam kepada Maria untuk menyapa ketakutan manusia! Menyapa pengalaman real manusia; manusia yang takut atas hidupnya; ketakutan atas masa depan, ketakutan usaha dan pekerjaan bangkrut dan pailit ketakutan atas berbagai kemungkinan yg berdampak buruk dalam diri dan keluarga. Manusia juga menghadapi ketakutan besar atas fenomena alam: banjir dan longsor di mana hitungan menit nyawa melayang, rumah tertimbun tanah dan kehilangan anggota keluarga.
Bukan hanya itu baru-baru ini ada angin puting beliung di Bandung; ratusan rumah penduduk rusak. Biasanya kita suka akan udara sejuk, angin sepoi-sepoi namun telah berubah menjadi angin kencang dan badai yang menghempaskan dan memporak-porandakan apa yang dapat diterjangnya. Lain lagi ketakutan umat manusia atas erupsi Gunung Berapi di Tanah Karo dan Ternate. Semua itu adalah fenomena alam yang membuat manusia takut karena dekatnya bahaya dan maut di sekitarnya.
Salam jangan takut adalah sapaan Allah untuk meneguhkan umat kita dari segala yang kita takuti dalam hidup ini.
B. Akan lahir Yuruselamat! Bagaimanakah itu terjadi?
Dapat kita bayangkan percakapan diatas, bukan saja membingungkan Maria. Membingungkan karena sesuatu yg tak mungkin secara logik. Bagaimana dia melahirkan tanpa mengandung, bagaimana dia mengandung tanpa menikah, karena dia masih perawan, dia wanita menjaga kesuciannya dengan tunangannya. Termasuk Yusuf adalah orang yang baik, tulus hati dan takut akan Tuhan yang menjaga kesucian tunangannya (band Mat 1). Tentu berita dari para malaikat itu adalah kemustahilan bagi Maria.
Selain kemustahilan hal itu juga menjadi penderitaan bagi Maria. Dalam budaya timur yang ketat, Maria akan menanggung beban malu atau aib di keluarga dan di tengah2 sosial. Ini sungguh beban berat bagi Maria. Atas hal ini kitab Matiusmengisahkan, malaikat menjumpai Yusuf dan memberitahukan maksud Allah atas Yusuf. Disini Yusuf bisa menerima dan memahsmi yg terjadi pda Maris. Atas hal aib dan malu ini terjawab sudah bahwa Roh yang dikandung Maria sudah sesuai dengan rencana Allah. Sehingga baik Maria ataupun Yusuf tidak perlu menanggung malu untuk melaksanakan missi Allah.
Bagaimana dengan ketidak mungkinan ini terjadi? Maria sebagai orang Yahudi yang taat tentu mengetahui kisah2 penyertaan Allah dlm sejarah pengalaman umat Israel. Bukankah sesuatu yg tak mungkin dlm pikiran manusia bahwa Abraham dan istrinya yang mandul itu tidak punya Anak? Apa yang tidak mungkin bagi manusia mungkin bagi Allah. Demikian juga dengan mujizat lainnya, siapakah Musa jika diperhadapkan Firaun, namun oleh Musa umat Israel keluar dari Mesir serta verbagai mujizat di Padang Gurun. Siapakah Daud yang dapat mengalahkan Goliat raksasa Filistin itu? Siapakah Daniel di hadapan raja Nebukadnezar. Bukankah Elia dapat menghidupakan anak janda di Sarfat dan melakukan mujizat sehingga tepung dan minyaknya tak berkesudahan? Tentu banyak lagi kisah2 ketidak mungkinanan dalam pikiran manusia tapi sungguh nyata bagi orang yang beriman. Inilah yg membantu Maria memahami yang terjadi padanya.
Selain pengalaman orang beriman di atas, Maria juga diyakinkan bahwa Roh Kudus yang turun atasnya dan kuasa Allah yang Maha Tinggi menaunginya ( ay 35). Kisah pengalaman iman dan pernyertaan Roh Kudus mempermudah bagi Maria mengerti dan memahami kehendak Allah, sehingga percaya akan kuasa Alkah yang membuat nyata sesuatu yang tidak mungkin.
C. Ketaatan Maria
"Sesungguhnya aku ini adalah Hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (ayat 38)
Jika ketakutan telah terjawab, misteri yang tak logis sudah bisa dipahami satu hal lagi yang tersisa adalah menjalani kehendak Allah di dalam ketaatan atau kesetiaan. Secara mengejutkan bagi pembaca jika Maria menjawabnya dengan kalimat di atas. Jawaban ini mendalami kita akan siapa sesungguhnya yang disebut dengan Hamba Tuhan dan ketaatan iman Maria.
1. Maria adalah Hamba Tuhan.
Predikat ini mungkin selama ini milik para imam, raja atau nabi atau yang terkait dengan pelayanan formal. Pemahaman seperti ini mengembalikan arti Hamba Tuhan yang sesungguhnya. Hamba Tuhan adalah setiap orang yang menerima panggilan dan bersedia melaksanakan panggilan itu seturut dengan kehendakNya. Inilah yang dideklarasikan Maria, seorang anak gadis, muda dan mungkin tidak diperhitungkan oleh manusia di jamannya tapi dialah hamba Allah yang sungguh-sungguh bersedia dan mau melakukan misi Allah sesuai dengan kehendakNya.
2. Jadilah kepadaku menurut petkataanmu
Suatu pernyataan kesediaan melakukan kehendak Allah. Inilah suatu komitment di dalam diri Maria, baginya lebih utama merealisasikan kehendak Allah daripada berputar menjawab pertanyaan pribadi dan berbagai pertimbangan pertimbangan menyangkut dirinya sendiri. Dia meniadakan apa yang dia khawatirkan, namun dengan bulat hati bersedià melakukan yang difirmankan.
Ketaatan Maria dalam mewujudkan kehendak Allah membuat dunia beroleh berkat. Yuruselamat lahir dari rahimnya, sekalipun dalam terbeban dengan saray dan penuh perjuangan dan derita lewat perjalanan melelahkan dari Galilea ke Yudea, tak ada rumah yang membuka pintu baginya, harus istirahat di kandang domba dan di sana Yesus lahir.
Yuruselamat lahir bukan di pusat kota dan pusat kekuasaan, tetapi dari seorang perempuan yang takut akan Tuhan, manusia sederhana, hidup di pinggir kekuasaan yaitu orang Galilea. Oleh iman dan ketaatannya dunia beroleh kasih karunia.
Mari sambut Yuruselamat di Advent ke-IV ini dengan meneladani jejak iman Maria.
Jumat, 19 Desember 2014
BERJUMPA DENGAN ALLAH DI TENGAN-TENGAH KELUARGA
BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KELUARGA (Imamat 26,12)
Judul di atas merupakan thema Natal tahun 2014. Penetapan thema ini menurut saya pantas kita respon bersama seluruh umat Kristiani sebagai sesuatu yang urgen. Urgensinya thema ini ingin melihat realitas aktifitas keluarga saat ini dan mengevaluasi di manakah moment dan bagaimanakah kwalitas moment perjumpaan Allah di tengah-tengah keluarga. Kesediaan Allah hadir ditengah-tengah keluarga mesti direspon oleh seleuruh keluarga. Kehadiran Allah ini di tengahtengah keluarga tentu akan sangat ditentukan pula dengan perjumpaan sesama anggota keluarga.
Dalam kenyataannya semua kita diperhadapkan dalam dunia yang sangat sibuk. Kesibukan anggota keluarga telah merampas perjumpaan dan moment bersama semua anggota keluarga.
Orangtua sibuk dengan segala aktifitas dan urusannya lewat pekerjaan, usaha dan bisnisnya. Berangkat subuh dari rumah sebelum anak2 bangun dan pulang malam setalah anak tidur. Ini suatu pengalaman real masyarakat. Taruhlah ada 2aktu orang tua di rumah, namun aktifitas anak juga saat ini sangat padat lewat kurikum sekolah hingga sore, belum lagi les privat, diskusi kelompk dll. Baik anak dan orang tua sungguh sangat memiliki waktu yang sangat sempit untuk bersamasama di rumah menikmati kebersamàn sebagai keluarga. Apalagi orang Batak, Sabtu menjadi agenda yang sangat paling repot bahkan tidak jarang suami dan istri harus mengatur jadwal untuk menghadiri acara adat terkadang harus berbagi satu ke undangan yang sana dan satunya lagi mesti hadir ke undangan yang lain. Waktu tersedot begitu banyak dan semakin tipis moment untuk berjumpa muka sesama anggota keluarga. Betul, berjumpa dengan keluarga bisa lewat IT sekarang dengan saling menyapa lewat sms dan telp namun kuwalitas komunikasi lewat IT tidak akan dapat menggantikan perjumpaan sesama anggota keluarga. Bagaimana dengan Minggu? Mungkin ini m3njadi moment yang sangat penting dihargai bersama agar seluruh anggota keluarga merasakan kebersamaan berjumpa bersama anghota keluarga dan berjumpa dengan Tuhan melalui kebaktian.
Fenomen lain adalah sudah sering menjadi sorotan, kalaupun ada angguota keluarga di rumah namun semua masing2 punya aktifitas semua memgang gadget masing masi, fban, tweet, sms,WA dlll yang dipromosikan secara besarbesaran lewat jaringan medsos. Bersama namun sendiri sendiri. Tak ada waktu untuk saling monitoring, saring n diskusi. Namun hidup sendiri sendiri dengan aktifitas masing masing yang tak saling memperhatikan.
Dalam realitas demikian saya dapat bayangkan Thema Natal ini menjadi hentakan bagi kita bersama sebagai suatu PERNYATAAN ALLAH yang memberikan berkatNya dengan berkenan Hadir dan berjumpa di tengah2 keluarga kita. Nats kutipan diatas diambil dari Berkat bagi umat. Hal ini menunjukkan kehadiran Allah di tengah2 keluarga akan menjadi berkat bagi keluarga. Berkat ini tentu diterjemahkan dalam bentuk aktifitas keluarga yang saling memperhatakan pertumbuhan iman.
Dengan thema ini masing2 keluarga disapa untuk mengevaluasi dan membuat langkah untuk menjadikan moment pertemuan dalam keluarga menjadi moment perjumpaan dengan Allah. Mendesign kesibukan masing masing dengan memberikan ruang dan waktu untuk beerjumpa dan bersamasama dengan seluruh anggota keluarga merupakan suatu tuntutan demi suatu kualitas perjumpaan dengan Allah di tengah-tengah keluarga.
Berjumpa dengan Allah di tengah-tengah keluarga, juga berpesan menghadirkan Allah menyinari dan memimpin keluarga kita hidup dalam dalam damai sejahtera Allah. Artinya thema ini mendorong kwualitas kebahagiaan keluarga dengan bersamasama merasakan kehadiran Allah dalam rumah tangga masing-masing. Seluruh nasihat pernikahan sebagai mana dalam liturgi pemberkatan mesti menyegarkan masing-masing: suami dan istri.
Judul di atas merupakan thema Natal tahun 2014. Penetapan thema ini menurut saya pantas kita respon bersama seluruh umat Kristiani sebagai sesuatu yang urgen. Urgensinya thema ini ingin melihat realitas aktifitas keluarga saat ini dan mengevaluasi di manakah moment dan bagaimanakah kwalitas moment perjumpaan Allah di tengah-tengah keluarga. Kesediaan Allah hadir ditengah-tengah keluarga mesti direspon oleh seleuruh keluarga. Kehadiran Allah ini di tengahtengah keluarga tentu akan sangat ditentukan pula dengan perjumpaan sesama anggota keluarga.
Dalam kenyataannya semua kita diperhadapkan dalam dunia yang sangat sibuk. Kesibukan anggota keluarga telah merampas perjumpaan dan moment bersama semua anggota keluarga.
Orangtua sibuk dengan segala aktifitas dan urusannya lewat pekerjaan, usaha dan bisnisnya. Berangkat subuh dari rumah sebelum anak2 bangun dan pulang malam setalah anak tidur. Ini suatu pengalaman real masyarakat. Taruhlah ada 2aktu orang tua di rumah, namun aktifitas anak juga saat ini sangat padat lewat kurikum sekolah hingga sore, belum lagi les privat, diskusi kelompk dll. Baik anak dan orang tua sungguh sangat memiliki waktu yang sangat sempit untuk bersamasama di rumah menikmati kebersamàn sebagai keluarga. Apalagi orang Batak, Sabtu menjadi agenda yang sangat paling repot bahkan tidak jarang suami dan istri harus mengatur jadwal untuk menghadiri acara adat terkadang harus berbagi satu ke undangan yang sana dan satunya lagi mesti hadir ke undangan yang lain. Waktu tersedot begitu banyak dan semakin tipis moment untuk berjumpa muka sesama anggota keluarga. Betul, berjumpa dengan keluarga bisa lewat IT sekarang dengan saling menyapa lewat sms dan telp namun kuwalitas komunikasi lewat IT tidak akan dapat menggantikan perjumpaan sesama anggota keluarga. Bagaimana dengan Minggu? Mungkin ini m3njadi moment yang sangat penting dihargai bersama agar seluruh anggota keluarga merasakan kebersamaan berjumpa bersama anghota keluarga dan berjumpa dengan Tuhan melalui kebaktian.
Fenomen lain adalah sudah sering menjadi sorotan, kalaupun ada angguota keluarga di rumah namun semua masing2 punya aktifitas semua memgang gadget masing masi, fban, tweet, sms,WA dlll yang dipromosikan secara besarbesaran lewat jaringan medsos. Bersama namun sendiri sendiri. Tak ada waktu untuk saling monitoring, saring n diskusi. Namun hidup sendiri sendiri dengan aktifitas masing masing yang tak saling memperhatikan.
Dalam realitas demikian saya dapat bayangkan Thema Natal ini menjadi hentakan bagi kita bersama sebagai suatu PERNYATAAN ALLAH yang memberikan berkatNya dengan berkenan Hadir dan berjumpa di tengah2 keluarga kita. Nats kutipan diatas diambil dari Berkat bagi umat. Hal ini menunjukkan kehadiran Allah di tengah2 keluarga akan menjadi berkat bagi keluarga. Berkat ini tentu diterjemahkan dalam bentuk aktifitas keluarga yang saling memperhatakan pertumbuhan iman.
Dengan thema ini masing2 keluarga disapa untuk mengevaluasi dan membuat langkah untuk menjadikan moment pertemuan dalam keluarga menjadi moment perjumpaan dengan Allah. Mendesign kesibukan masing masing dengan memberikan ruang dan waktu untuk beerjumpa dan bersamasama dengan seluruh anggota keluarga merupakan suatu tuntutan demi suatu kualitas perjumpaan dengan Allah di tengah-tengah keluarga.
Berjumpa dengan Allah di tengah-tengah keluarga, juga berpesan menghadirkan Allah menyinari dan memimpin keluarga kita hidup dalam dalam damai sejahtera Allah. Artinya thema ini mendorong kwualitas kebahagiaan keluarga dengan bersamasama merasakan kehadiran Allah dalam rumah tangga masing-masing. Seluruh nasihat pernikahan sebagai mana dalam liturgi pemberkatan mesti menyegarkan masing-masing: suami dan istri.
MISTERI DI BALIK DUKA BANJAR NEGARA
Berkabung buat Longsor Banjar Negara
Dibalik berkabung atas musibah lingsor di Banjar Negara, ada juga pertanyaan yang berulang disorot di TV dari peristiwa Banjar Negara:
1. Rumah bercat putih; rumah ini utuh tak tertimpa longsor seperti rumah lainnya, pada hal dari segi posisi rumah ini berada dekat lereng. Setelah ditelurusuri rumah ini dihuni seorang ibu yang hamil sembilan bulan. Sekalipun dia kehilangan suami dan beberapa anghota keluarga. Namun kejadian itu pantas menjadi refleksi yang sangat betharga, dalam genggaman maut ada kesrlsmatan. Bagi orang yang beriman ini hendak mengatakan dalam bahaya apapun yang paling dekat pada maut ada Tuhan yang Kuasa menjaga, melindungi dan menolong. Diberkatilah ibu yg srlamat dari maut tersebut dan anak yg dikandungnya. Sejarah yg sangat mengharukan baginya kelak.
2. Demikian halnya Wawan, seorang yang penyandang dissabilitas karena kaki kirinya sudah tidak ada. Dari dalam tanah yang menimbun dia bisa keluar sendiri dari tanah yang menimbunnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Nyawa Wawan pun selamat dari kejadian maut Lonsor Banjar Negara. Ini duatu mistery hidup, Wawan yg adala dissabilitas bisa keluar dari timbunan tanah dan selamat dari tanah longsor yang menguburnya.
Kedua kejadian ini menjadi renungan, dibalik duka yang mendalam Banjar Negara kita patut membuka hati untuk berduka atas para korban yang telah meninggal dunia dan masih ada juga yang tidak ditemukan. Duka dalam meliputi Banjar Negara adalah duka kita bersama. Di dalam duka itu kita mesti takjub juga Tuhan berbicara atas penyelamatan yang terjadi.
Natal 2014 bagi umat Kristen menjadi moment penting utuk merenungkan begitu dekatnya bencana di sekitar kita dan kita percaya sedekat itu pula Tangan Tuhan menolong dan menyelamatkan kita.
Dibalik berkabung atas musibah lingsor di Banjar Negara, ada juga pertanyaan yang berulang disorot di TV dari peristiwa Banjar Negara:
1. Rumah bercat putih; rumah ini utuh tak tertimpa longsor seperti rumah lainnya, pada hal dari segi posisi rumah ini berada dekat lereng. Setelah ditelurusuri rumah ini dihuni seorang ibu yang hamil sembilan bulan. Sekalipun dia kehilangan suami dan beberapa anghota keluarga. Namun kejadian itu pantas menjadi refleksi yang sangat betharga, dalam genggaman maut ada kesrlsmatan. Bagi orang yang beriman ini hendak mengatakan dalam bahaya apapun yang paling dekat pada maut ada Tuhan yang Kuasa menjaga, melindungi dan menolong. Diberkatilah ibu yg srlamat dari maut tersebut dan anak yg dikandungnya. Sejarah yg sangat mengharukan baginya kelak.
2. Demikian halnya Wawan, seorang yang penyandang dissabilitas karena kaki kirinya sudah tidak ada. Dari dalam tanah yang menimbun dia bisa keluar sendiri dari tanah yang menimbunnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Nyawa Wawan pun selamat dari kejadian maut Lonsor Banjar Negara. Ini duatu mistery hidup, Wawan yg adala dissabilitas bisa keluar dari timbunan tanah dan selamat dari tanah longsor yang menguburnya.
Kedua kejadian ini menjadi renungan, dibalik duka yang mendalam Banjar Negara kita patut membuka hati untuk berduka atas para korban yang telah meninggal dunia dan masih ada juga yang tidak ditemukan. Duka dalam meliputi Banjar Negara adalah duka kita bersama. Di dalam duka itu kita mesti takjub juga Tuhan berbicara atas penyelamatan yang terjadi.
Natal 2014 bagi umat Kristen menjadi moment penting utuk merenungkan begitu dekatnya bencana di sekitar kita dan kita percaya sedekat itu pula Tangan Tuhan menolong dan menyelamatkan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)
MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN
Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...
-
Sermon Jamita Minggu 7 Okt 2018 Turpuk : 2 Timoteus 4:1-5 SAHAT ULA TOHONANMI - TUNAIKANLAH TUGAS PELAYANANMU Patujolo/Pendahuluan ...
-
MENIADAKAN MAUT DIGENAPI DALAM KEBANGKITAN KRISTUS Yesaya 25:6-9 Selamat Paskah II...! Sahabat yang baik hati, dalam gereja Batak Hari in...