Sabtu, 29 Maret 2025

TUHAN SUMBER AIR KEHIDUPAN

 Kotbah Minggu Letare

MInggu, 30 Maret 2025

Ev. Bilangan 21:10-20



TUHAN SUMBER AIR KEHIDUPAN


Selamat Hari Minggu! Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah air. Secara umum seseorang dapat bertahan hidup tanpa air hanya 3 hari, sedangkan tanpa makan seseorang bisa bertahan 2-3 Minggu, tergantung cadangan lemak dalam tubuhnya. Apa artinya, ketergantungan hidup manusia dengar air melebihi makanan. Inilah sukacita (Letare) bagi kita Allah sumber air kehidupan bagi kita.


Alkitab juga menceritakan bagaimana pentingnya air dalam hidup ini. Setelah bangsa Israel menyeberangi laut merah, tiga hari kemudian mereka tidak mendapatkan air untuk di minum, seolah sukacita mereka sirna, kengerian di Mesir lebih ngeri lagi mati akibat tidak ada minum. Mereka bersungut-sungut dan sangat meram terhadap Musa. Mereka menemukan air di Mara tapi pahit. Ini menyangkut kebutuhan pokok mereka sangat murka kepada Musa, seolah mereka menyeberang hanya untuk dikubur dipadang gurun ini. Musa berdoa dan Tuhan pun melakukan mujizat dengan mengubah air pahit menjadi air segar bagi mereka dengan hanya melemparkan kayu ke dalamnya. 


Sahabat yang baik hati! kotbah minggu ini menceritakan saah satu kisah perjalanan bangsa Israel. Dalam pemeliharaan Tuhan menyediakan sumber air bagi Israel. Gersang dan kekeringan meliputi sekeliling namun di dalam Tuhan mereka menemukan sumber air kehidupan. Mereka telah bergerak dari Obot ke Abarim (Timur Moab) ke Lembah Zered, kemudian berkemah ke Arnon namun sumber air belum di temukan. Orang Amori tidak memberikan ijin untuk melewati lintasannya sekalipun Musa berjanji tidak memasuki pertanian dan sumber air mereka. Ini suatu perjalanan yang mematikan, apalagi di padang gurun, setetes air lebih berharga dari segenggam emas. Emas tidak dapat memperpanjang nafas, namun di padang gurung yang sangat haus setetes air sangat berguna untuk memberi dahaga. Disinilah pelajaran dari kotbah Minggu ini dengan topik: Tuhan menyediakan sumber air kehidupan bagi umatNya. Hal inilah yang harus kita percayai bahwa Tuhan menyediakan sumber air kehidupan bagi kita. 


Sebelum perikop kotbah ini, Tuhan murka dengan menghukum orang Israel karena bersungut-sungut kepada Musa. Bahkan disebut mereka sangat menyesali perjalanan ini karena tidak ada yang hendak dimakan dan diminum. Disebutkan dalam Bilangan 21:4 (TB) "...maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan."

Maka Tuhan pun murka dan menghukum mereka dengan ular tudung. Banyak diantara mereka mati oleh bisa ular. Sebsgai oemimlin Musa pun berdoa dan memohon pengampunan. Tuhan pun mengampuni mereka, seseorang yang dipagut ular yang memandang tiang ular tembaga mereka akan hidup. 


Demikianlah perjalan Israel di dalam segala kesulitan, Tuhan beri jalan keluar. Hati yang bersungut-sungut dihadapi dengan jalan keluar yang sungguh-sungguh. Mereka terus berjalan menuju Tanah Perjanjian. 


1. Manusia terus bergerak mencari Oasis. 

Oasis adalah sumber mata air di padang gurun. Bagi orang yang berjalan di padang gurun, oasis adalah kehidupan, dalam kekeringan ada air yang dapat memberikan kelegaan dan melepas dahaga. Oasis adalah sumber kehidupan bagi mahkluk hidup lainnya.


Perjalanan bangsa Israel di padang gurun merupakan gambaran kehidupan umat manusia yang terus bergerak mencari kehidupan. Manusia bergerak dari kampung halamannya menuju perantauan atau ibarat seorang pemuda bergerak dari kampungnya menempuh pendidikan dan selesai kuliah bergerak mencari pekerjaan dan meniti karier untuk meraih masa depan yang lebih baik. Perjalanan bangsa Israel juga demikian, mereka keluar dari perbudakan Mesir hendak menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, memiliki tanah dan bangsa mandiri, mereka berjalan di Padang Gurun menuju cita-cita dan impian mereka yaitu Tanah Perjanjian. Impian mereka adalah tinggal dan berdiam di Negeri Kanaan, Tanah Perjanjian yang telah dijanjikan oleh Allah kepada leluhur meraka Abraham, Ishak dan Yakub - tanah yang subur, penuh susu dan madu. Disana mereka akan hidup makmur sesuai dengan janji Allah. Bagaimana menuju ke negeri impian, tentu mereka harus bergerak terus untuk mewujudkan impian mereka. 


Jarak Mesir ke Israel tidak lebih 800 KM jika ditarik gatis lurus, atau coba buka GPS sekarang berapa jaral Mesir ke Yerusalem? Baiklah selai. Jaman yang berbeda jauh, ada pelajaran berharga yakni Allah gendak membentuk mereka dengan berjalan selama 40 tahun agar sampai di Kanaan. Jika kita baca tafsiran mengenai hal ini, tentu sangat banyak pelajaran. Allah hendak membimbing, membentuk dan menjadikan mereka menjadi bangsa yang besar. Perjalanan di padang gurun adalah pelajaran kehidupan - university of live. Di padang Gurung mereka menerima perintah - DEKALOG agar mereka dilatih menjadi umat yang taat, tangguh menghadapai kesulitan; panas, dingin, tantangan alam dan segala persoalan di dalamnya. Selain tangan alam merrka juga berhadapan dengan suku-suku bangsa yang mereka lalui. Kesulitan demi kesulitan, tantangan dan hambatan yang dilalui membentuk mereka menjadi bangsa yang kuat, tidak mudah putus asa dan terus berjuang berjalan bersama Tuhan ada jalan. 


2. Tuhan menyediakan sumber air kehidupan


 Usai lepas dsri serangan ular, bangsa Israel terus bergerak, dalam perikop ini mereka bergeratk dari Obot terus berkemah di Zered yang masih dalam daerah Moab, kemudian bergerak ke Arnon batas dengan Kerajaan Moab dan Amori. Sebelum melanjutkan perjalanan bangsa Israel berkemah di Arnon, kemusian Musa minta ijin ke Raja Amori melewati negeri itu namun tidak diijinkan dan terjadi peperangan baca 21:21-23). Musa berjanji tudak akan masuk pertanian dan tidak akan mengambil sumver-sumber air namun tidak diijinkan. Dalam kesulitan seperti inilah Allah memberikan jawaban: Tuhan menyediakan sumber air kehidupan.


Bilangan 21:16-17 (TB) Dari sana mereka ke Beer. Inilah sumur di mana TUHAN berfirman kepada Musa: "Kumpulkanlah bangsa itu, maka Aku akan memberikan air kepada mereka." 

Pada waktu itu orang Israel menyanyikan nyanyian ini: "Berbual-buallah, hai sumur! Mari kita bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan karena sumur yang digali oleh raja-raja, 


Dengan berkemah di Arnon bangsa itu berhadapan dengan dua kesulitan, kerajaan Moab dan Kerajaan Amori. Kesulutan terhadap sumber air dan bagaimana keluar dsri kebuntuan perjalanan mereka. Mundur akan berhadap dengan Moab dan Maju akan berhadapan dengan bangsa Amori. Dalam kesulitan demikianlah Allah hadir dan memberikan sumber kekuatan. Sehingga mereka bisa berkemah dan bertahan di Arnon. Bahkan dalam cerita selanjutnya mereka mengalahkan Amori. Baca Bilangan 21:24-25 (TB) Tetapi orang Israel mengalahkan dia dengan mata pedang dan menduduki negerinya dari sungai Arnon sampai ke sungai Yabok, sampai kepada bani Amon, sebab batas daerah bani Amon itu kuat.

Dan orang Israel merebut segala kota itu, lalu menetaplah mereka di segala kota orang Amori, di Hesybon dan segala anak kotanya.


Peristiwa di Arnon ini menjadi pelajaran dalam iman. Dalam keadaan terhimpit, Tuhan menyediakan jalan keluar. Inilah yang harus kita yakini bahwa Tuhan berkuasa dan pertolongannya akan selalu mengertai orang-orang yang dikasihinya. Jika kota baca selanjutnya, bukan hanya air yang fisedikan Tuhan, tetapi orang Amori ditahklukkan oleh orsng Israel. 


3. Yesus sumber air hidup - dari orang dercaya akan mengalirkan aliran air hidup.


Berkaitan dengan kotbah minggu ini, kita diingatkan tentang kehadiran Yesus dalam hidup kita. Dalam Epistel kita menemukan suatu kebenaran, Yesuslah sumber air kehidupan. Mati baca: Yohanes 4:13-14 (TB) Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."


Kita sering seperti perempuan Samaria mencari air, namun air yang kita dapatkan adalah air biasa saat minum kita dahaga sessat kemudian kita haus. Di dalam Yesus kita menemukan suatu kebenaran, yaitu: kehidupan yang kekal. Selain itu barang siapa yang percaya kepadanya dari padanya akan mengalir aliran-aliran air hidup.

Yohanes 7:38 (TB) Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."


Jadi orang percaya memiliki tugas dan tanggung jawab mengalirkan aliran-aliran air hidup yang disalurkan bagi orang lain. 


Sahabat yang baik hati, dari kotbah Minggu meyakinkan kita pada saat ini. Kita harus percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan keluar dalam setiap pergumulan dan masalah yang kita hadapi. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 22 Maret 2025

BERTOBAT AGAR TIDAK BINASA

 Kotbah Minggu Okuli, 

Minggu, 23 Maret 2025

Nas; Lukas 13:1-5




*BERTOBAT AGAR TIDAK BINASA*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik apakah yang anda pikirkan jika seseorang atau suatu keluarga mati mengenaskan? Mungkin anda merasa takut dan bertanya mengapa bisa terjadi demikian, Apakah ada salah atau dosa mereka sampai harus mengalami kejadian yang mengenaskan? Begitulah pendapat orang pada umumnya sering sekali menghubungkan penderitaan dengan kesalahan. Kita sering tergoda untuk menghubung-hubungkan kesalahannya sehingga tergiring untuk menghakimi bahwa apa yang terjadi adalah hukuman atas perbuatan. 


Di kalangan Yahudi ada sebuah pandangan disebut dengan teodisi bahwa penderitaan yang terjadi pada seseorang adalah hukuman Tuhan. Ajaran seperti itu muncul dari pemahaman bahwa Tuhan itu baik dan akan mendatangkan kebaikan bagi orang saleh dan setia mengikuti perintahNya. Sebaliknya akan mendatangkan hukuman bagi orang yang melanggar perintah Tuhan dan perilaku jahat. Semua yang baik datang dari Tuhan, penderitaan dan hal-hal buruk merupakan buah kejahatan. Dengan pandangan demikian tercipta pemahaman jika terjadi hal buruk kepada seseorang itu dianggap sebagai hukuman Tuhan. Pandangan teodisi ini dapat membuat orang menghakimi orang lain jika ada penderitaan pasti ada kesalahan yang dilakukan sehingga mendatangkan murka Tuhan. 


Alkitab menentang pandangan teodisi yang demikian, penderitaan yang terjadi belum tentu akibat dari kesalahan seseorang. Faktanya ada kalanya orang baik dan tidak melakukan kesalahan apapun tetapi harus menjalani dan mengalami hal buruk sebagaimana dialami Ayub. Kitab Ayub dan kitab sastra hikmat lainnya mengajarkan semua yang terjadi di dunia ini diketahui oleh Tuhan, karena Tuhan pencipta dan mengatur segala ciptannyaNya. Hal buruk yang menimpa seseorang belum tentu akibat kesalahan mereka. Alkitab mengajarkan bahwa jika hal buruk terjadi pada orang baik jangan berputus asa tetapi tetap setia dan mencari hikmat dari apa yang dialami. Bisa saja dengan menjalani penderitaan meruoakan jalan Tuhan memberikan hal baik bagi orang yang dikasihi Tuhan.


Dalam kotbah Minggu ini Yesus menjawab pertanyaan murid-murid tentang suatu peristiwa sekelompok orang Galilea yang mati mengenaskan terjadi. Sekumpulan orang mati mengenaskan dibunuh oleh Pilatus saat mereka menyerahkan korban ke Bait Allah. Darah mereka tercampur dengan darah kurban yang dipersembahkan di Bait Allah. Tidak ada keterangan yang kita temukan mengenai peristiwa tersebut, tetapi dari penjelasan Yesus yang mungkin sudah mengetahui peristiwa itu. 


Jika kita baca perikop ini keseluruhan, mungkin para murid hendak menanyakan bahwa ada pasti kejahatan mereka, sehingga Allah membiarkan mereka mati dibunuh di Bait Allah. Atau hendak menanyakan apa hukuman Allah kepada Pilatus yang sangat jahat itu. Pertanyaan hendak digiring apakah kematian sekumpulan orang Galilea yang mati mengenaskan itu adalah akibat dosa mereka? Menurut catatan, memang ada sekumpulan pemberontakan orang Galilea terhadap Romawi dengan melakukan teror untuk perlawanan terhadap Romawi. Jika yang dimaksudkan, maka pertanyaan para murid hendak menegaskan bahwa pemberontakan itu merupakan kesalahan, karena Allah membiarkan mereka mati dibunuh oleh Pilatus. 


Dari jawaban Yesus dalam kotbah ini kita dibawa kepada pemahaman baru untuk mengubah pertanyaan di dalam hidup ini. Pemikiran para murid yang memikirkan dosa atau kejahatan orang lain berubah kepada menanyakan dosa sendiri. Berhentilah memikirkan dosa atau kejahatan orang lain, tetapi arahkanlah waktu dan energi untuk memperbaiki diri sendiri. 


Untuk lebih lengkapnya baiklah kita mengambil pelajaran dari kotbah Minggu ini.


*1. Jangan menghakimi, jangan tambahi duka orang yang berduka dengan prasangka yang macam-macam.*


Bagaimana orang memahami penderitaan? Merupakan salah satu hal yang dijawab oleh kotbah ini. Setelah Yesus melakukan pengajaran khusus kepada murid-muridNya (dalam pasal 12), diceritakan ada beberapa orang menyampaikan kabar tentang kematian orang Galilea yang dibunuh oleh Pilatus aaat mereka menyampaikan kurban di Bait Allah. Kematian mereka sangat tersebar bagi masyarakat karena kematian yang sangat menyedihkan. Darah mereka bercampur dengan korban yang mereka berikan. Spintas, bisa menjadi pertanyaan bikankan mereka berbuat baik dan membeeikan kurban? Tetapi apa yang mereka alami cukup naas. 


Yesus menjawab mereka dengan tegas dan seolah sudah tahu apa motivasi mereka menanyakannya. Lukas 13:2-3 (TB) Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?

Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.


Di kalangan Yahudi, orang Galilea kurangbdianggap dibandingkan dengan Yudea. Orang Galilea adalah kaum nelayan, pinggiran sedangkan Yudea adalah lahirnya pemimpin yang bersejarah di Israel. Bahkan jika kita baca pemanggilan murid pertama, bandingkan pertabyaan Natanael dari Yohanes 1:46 (TB) Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" 


Prasangka mereka yang menyampaikan kejadian tersebut tentu sama seperti teodisi Yahudi yang dijelaskan diatas. Mereka berprasangka bahwa kematian naas tersebut karena ada kesalahan atau dosa mereka. Suatu sikap yang menghakimi yang menambah duka bagi keluarga mereka yang kehilangan dan berduka. Prasangka buruk yang menghakimi (judge) merupakan perbuatan yang tidak kristiani. Pesan Yesua yang tegas hendak menyampaikan bahwa jika kita masih menikmati hidup ini belum tentu mereka lebih taat atau setia kepada Tuhan dari mereka yang mengalami penderitaan. Tuhan menunggu pertobatan kita, jika tidak menggunakan waktu untuk bertobat maka akan binasa.


Menampik prasangkan yang menyampaikan kabar kematian naas orang Galilea. Yesus menambahkan cerita yang sudah viral atau umum diketahui kalangan Yahudi saat itu. Dimana pernah terjadi menara dekat Siloam jatuh seketika itu 18 orang meninggal dunia. Apakah ada dosa atau kesalahan mereka? Mereka tak berbuat apa-apa tapi kejadian itu membuat mereka meninggal. Yesus menambahkan cerita ini hendak menyampaikan bahwa kematian naas yang terjadi bukanlah akibat dosa dan bukan pula karena pemberontakan atau kejahatan mereka. 


Mereka telah berduka maka jangan tambahi lagi duka mereka dengan prasangka-prasangka yang meyakitkan hati. Yesus mau memberikan pesan, jika tidak bisa mengurangi beban dan duka mereka dengan berdoa bagi mereka agar kuat dan tabah, maka diam saja.


Jika kita baca Kitab Ayub, sahabat-sahabat Ayub pernah berprasangka buruk pada Ayub atas segala penderitaan yang dialaminya. Sahabatnya berpikir tidak mungkin penderitaan datang begitu saja dan pasti ada kesalahan Ayub. Ayub membela diri dan bersedia dikoreksi dari lubuk hati yang terdalam. Prasangka sahabat-sahabat Ayub membuat Ayub kesal hingga menyebut sahabatnya sebagai "penghibur sialan". (Ayub 16:2 Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!)


*2. Jika tahu Tuhan murka atas dosa dan kejahatan maka bertobatlah agar jangan binasa.*


Tuhan murka atas kejahatan, dan hukuman akan menimpa siapa saja. Maka tugas kita bukan mau menghitung dan membuktikan hukuman Tuhan pada orang berdosa, tetapi lebih utama memoerbaiki diri sebelum hukuman tiba. Jadi jangan pikirkan dosa orang lain, tapi hindarilah hukuman dengn pertobatan. 


Dari apa yang disampaikan oleh Yesus, pelajaran kedua yang kita petik dari kotbah ini adalah jika tahi Tuhan murka atas kejahatan dan pelanggaran maka bertobatlah agar tidak binasa. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa mereka yang mengalami kejadian naas bukan lebih buruk dari mereka yang hidupnya amam-aman saja. Justru menjadi kayros untuk merenungkan secara dalam bahwa Tuhan masih memberi waktu untuk memperbaiki diri. 


Saya mengajak kita merekonstruksi kejadian menara Siloam, bagaimana duka yang dialami oleh keluarga dari 18 orang? Di luar 18 orang itu pasti ada yang selamat. Mereka yang selamat itu lasti tidak lebih baik, lebih soleh dan lebih taat dari mereka yang meninggal. Maka dapat kita tarik suatu pelajaran jika diberi kesempatan untuk hidup itu bukan karena kebaikan mereka namun Tuhan beri kesempatan untuk berubah dan menghasilkan perbuatan baik. Atau noleh kita bahasakan begi: jika Tuhan masih belum murka atas dosa dan perbuatan kita, itu bukan berarti kita tidak salah dan tidak berdosa, tetapi karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. 


Dalam kejadi kebakaran di Los Angeles? Tidak sedikit para pengkotbah dan netizen yang menghubungkan kebakaran terhebat itu dengan dosa-dosa kota itu. Banyak sekalim yang membeberkan perilaku kesalahan dosa-dosa mereka sebagai kota yang dikecam kareka kebebasannya. Saya sangat salut bagi para aktifis yang berjuang mengumpulkan apa saja yang membantu warga Los Angeles. Bantuan ibarat setetes air sejuk saat haus di musim kering. 


Menurut catatan, kebakaran hutan yang melanda Los Angeles, Amerika Serikat, meninggalkan luka mendalam bagi para warga di wilayah tersebut. Selain menghadapi trauma fisik, banyak dari mereka kehilangan tempat tinggal yang hangus dilalap api. Bencana ini tidak hanya menghancurkan rumah-rumah penduduk, tetapi juga meluluhlantakkan berbagai fasilitas umum seperti sekolah, toko, restoran, hingga pusat bisnis. Menurut Alice C. Hill, seorang peneliti dari Council on Foreign Relations, dalam tulisannya berjudul After the Fires: How to Rebuild Los Angeles, potensi kerugian akibat kebakaran tersebut diperkirakan mencapai US$ 150 miliar atau sekitar Rp 2.459 triliun (kurs Rp 16.398). (Dikutip deri detik.com, 17.01)


Dapat kita bayangkan musibah yang begitu hebat, rumah2 mewah habis seketika dan berubah menjadi debu. Bahkan trauma masa kebakaran hebat itu orang yang kaya raya sekalipun harus hidup dari pertolongan orang lain. Segelas air mineral berguna bagi LA. 


Merespon kecaman orang kepada peristiwa LA itu, sangat menarik memperhatikan respon dari Tuhan Yesus atas laporan para murid dalam kotbah ini. Yesus tidak mengabaikan dosa yang mungkin hendak disebutkan oleh muridnya, namun Yesus mengarahkan langkah yang lebih baik yang seharusnya dilakukan yaitu berhentilah membicarakan dosa orang lain, marilah kita mengarahkan diri kita kepada pertobatan. Dosa orang lain yang mengalami penderitaan mungkin tidak seberapa dibanding dengan kesalahan kita sendiri.

Itulah sebabnya Yesus sangat keras mengecam: "jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."


*3. Hiduplah dalam kemurahan Tuhan dan menghasilkan buah*


Ada juga hal yang harus kita syukur dalam kotbah ini. Jika kita sampai saat ini tidak binasa itu semata karena kemurahan Tuhan. Jika setiap orang yang melakukan kesalahan langsung mendapatl hujuman, siapakah yang hidup kini? Tentu tak seoranngpun yang tak luput dari dosa dan salah, namun kita masih hidup di dalam kemurahan Tuhan. Namun bukan berarti kalau Tuhan bermurah hati, jangan menjadi kesempatan di dalam dosa. Hidup dalam.kemurahan Tuhan justru kesempatan untuk menghasilkan buah. 


Dalam ayat berikutnya, kita membaca kisah tentang perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah tidak dikutuki. Sudah mau ditebang namun hamba itu memohon biarlah diberi kesempatan untuk mengolahnya dan berharap akan berbuah ke tahun depan. Perumpamaan pohon ara ini sangat penting diperhatikan agar jangan cepat membuat keputusan terhadap orang yang tidak menghasilkan seperti yang diharapkan, namun cerita pohon ara ini hendak mengajak kita mengasah lebih tajam apa yang dapat kita perbuat agar berbuah? Sudah tiga tahun membiarkannya bertumbuh namun tak menghasilkan apa-apa, ada baiknya ditebang saja diganti dengan tanaman lain. 


Namun hamba pekerja di kebun itu memohon: 

Lukas 13:8-9 (TB) Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,

mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"


Permohonan hamba itu merupakan permohonan kita bersama dihadapan Tuhan. Mungkin banyak hal yang diharapkan Tuhan dari kkta, namun kita belum menghasilkan apa-apa bagi Tuhan. Tidak ada alasan lagi untuk memberi waktu bagi kita. Namun Tuhan baik permohonan kita masi terus didengarkan dan diberi kesempatan.


*Sekarang marilah kita buat perencanaan seperti hamba tersebut, dia akan mencangkul dan memupuknya. Artinya dia bekerja keras lagi dan berupaya melakukan usaha extra agar dapat berbuah. Kita adalah pekerja itu dan sekaligus pohon ara. Sebagai pekerja kita berusaha agar pohon ara berbuah dengan usaha pengolahan tanah dan pemupukan. Kita jugalah pohon ara yang ditunggu-tunggu oleh Tuhan untuk menghasilkan buah. 

Mari kumpulkan tenaga dan kekuatan untuk memperbaiki diri, jangan habiskan waktu hanya untuk membicarakan dosa dan kesalahan orang lain.*


Sahabatku, Tuhan memberkati kita semua. Kiranya kotbah minggu ini memberikan semangat bagi kita untuk hidup lebih baik, sikap korektif pada diri sendiri dan memperbaiki kelakuan (bertobat) dan berusaha untuk menghasilkan buah-buah yang manis bagi Tuhan. 


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 08 Maret 2025

IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN FIRMAN

Kotbah Minggu Invocavit

Minggu, 9 Maret 2025

Ev. Roma 10:16-21




IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN FIRMAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini merupakan penjelasan Paukua tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus yang kita terima di dalam iman. Keselamatan itu adaalah anugerah Allah bukan karena pekerjaan hukum Taurat. Keselamatan ada di dalam iman kepada Yesus Kristus. 

Iman itu harus dipelihara agar bertumbuh dan berbuah. Paulus menjelaskan di dalam kotbah ini iman timbul dari pendengaran akan Firman dan orang yang telah hidup di dalam Firman tampak pada ketaatan.


Penjelasan keselamatan hanya kita terima di dalam iman ini sangat penting ditekankan oleh Paulus karena ada pemahaman teologis di kalangan Yahudi bahwa mereka adalah umat Allah, umat pilihan dan keturunan Abraham. Dengan identitas ini seolah-olah keselamatan itu adalah hak yang harus diterima atau sesuatu yang harus mereka terima sebagai ahli waris, yang mewarisi janji Abraham. Paulus menjelaskan bahwa keselamatan adalah anugerah yang diterima di dalam iman kepada Yesus Kristus. Bukan karena mereka umat Allah, keturunan Abraham dan kepada merwka diberi hukum Taurat. Keselamatan itu hanya kita terima di dalam percaya kepada Yesus Kristus. 

Bagaimanakah iman itu ada, yaitu iman timbul di dalam pendengaran akan Firman. Firman Tuhan di dalam diri manusia membuka pemahaman bagi seseorang kepada kehendak Allah, iman itu bertumbuh disertai dengan ketaatan untuk melakukannya. 


Dalam kita mengambil pelaharan oenting dalam hidup.


1. Mempertajam pendengaran!

Salah satu kelebihan kita saat ini adalah kemamouan berbicara, mungkin karwna sudahh banyak.menerima Pbullblic Speaking, berbicara di depan publik. Orang hanya ingin berbicara, dikasi microphone maka jangan harap microphone dapat diberikan, tetaoi akan terus memegangnya dan berbicara. Padahal seorang pemimojn yang baik harus lebih banyak mendengar dsri berbicara seperti pesan Yakobus 1:19 (TB) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;


Berkaitan kesrimbangan mendengar dan berbicara ini saya jadi ingan ujian TOEFL. Dalam ujian TOEFL ada tiga hal yang diuji selain strukture, yaitu: "reading", "listening" dan "speaking". Dalam reading seseorang diasah untuk memahami apa yang dibaca. Listening menekankan apakah seseorsng memahami apa yang didengarkan dan speaking untuk menguji apakah seseorang itu bisa mengucapkannya dengan tepat. Teori menguji kemampuan seperti ini juga ada dalam orang percaya:

Reading: ajakan untuk membaca Alkitab karena di dalam membaca alkita kita memahami maksud Allah.

Listening: ajakan untuk mendengar Firman Tuhan melalaui renungan, kotbah dan meditasi tang dapat memperjatam pendengaran kita tentang kehendak Allah dan

Speaking: ajakan untuk membeeitakan dan menyampaikan maksud Tuhan dalam.hisup orang percaya. 



Roma 10:17 (TB) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 


Gereja membuat Almanak didalamnya ada pembacaan ayat harian, bacaan pagi dam sore denfan tujuan agar jemaat membaca Firman Tuhan setiap hari. Pertanyaan untuk apa orang percaya melakukan aktifitas pembacaan rutin seperti itu? Salah satu rahasia manfaat mendengarkan Firman Tuhan adalah iman. Iman itu timbul dari pendengaran akan Firman.


Kita bersyukur, sejak reformasi Marthin Luther setiap warga jemaat didorong untuk memiliki dan membaca Alkitab. Sebelumnya hanya imamlah yang memiliki dan mengetahui isi Alkitab. Umat hanya mendengar Firman dari imam. Alkitab harus dibaca oleh setiap orang percaya agar imannya bertamba dan bertumbuh. Tak heran berbagai lembaga Alkitab di dunia ini selalu menyediakan pendistribusian Alkitab ada yang subsidi dan ada yang gratis agar setiap orang dapat membaca dan mengetahui kebenaran Firman Tuhan. Bagaimana iman orang percaya timbul dan bertumbuh kalau dia tidak mendengarkan Firman? Ayat renungan hari menegaskan bahwa manfaat dari membaca dan mendengarkan Firman adalah pertumbuhan iman kepada Yesus Kristus. 


2. Keselamatan di dalam Yesus Kristus!

Semua orang percaya mengenal keselamatan yang ditentukan Allah melalui Yesus Kristus. Kita percaya tidak ada nama lain yang diberikan Allah dibawah kolong langit ini selain dari pada Yesus Kristus. Kisah Para Rasul 4:12 (TB) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Keyakinan itu harus terpatri di dalam diri setiap orang yang mengakui orang beriman.


Beriman kepada Yesus Kristus bertumbuh karena pendengaran akan Firman. Rom 10:17 meyebutkan didasarkan pada pendengaran akan Firman. Firman Tuhann harus dibaca, digali dan diterapkan dalam kehidupan pribadi. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dikandung dalam Alkitab harus menjadi gaya hidup kita. Jika boleh saya analogikan seperti seorang petani dengan benih yang dimiliki. Petani yang memiliki bibit jika hanya di simpan di dalam lumbung maka bibit itu tidak akan tumbuh akan tetap sebagai bibit. Petani harus bekerja, bibit itu ditaburkan dalam persemaian dan di lahan yang dipersiapkan maka bibit itu akan bertumbuh dan menghasilkan buah. Maka demikianlah juga dengan Firman bagi orang percaya. Firman Tuhan yang dituliskan dalam Alkitab, hanya disimpan dalam lemari, hanya disimpan dalam logika berpikir maka firman itu tidak akan menimbulkan pengaruh apa-apa dalam pertumbuhan iman kita. Namun jika Firman itu kita dengarkan, direnungkan dan diterapkan dalam kehidupan kita, maka Firman itu bermanfaat menumbuhkan iman sampai menghasilkan buah terbaik dalam kehidupan orang percaya. 


Selanjutnya Paulus menjelaskan akan manfaat Firman Tuhan dalam hidup orang percaya. Sebagaimana tertulis dalam 2 Tim 3:16 Firman itu bermanfaat untuk menasihati, menegor kesalahan, memperbaiki kesalahan dan memperlengkapi orang percaya sempurna dalam segala perbuatan baik. Keberimanan kita bukan hanya pada pengakuan terhadap Yesus Kristus sebagai Yuruselamat, tetapi kuasa Firman yang telah mempengaruhi hidup orang percaya memiliki buah-buah terbaik dalam hidupnya. Sahabatku yang baik hati! Saya sangat senang jika anda terus mengikut pembacaan firman dan renungan setiap hari. Aktifitas itu harus menjadi kebutuhan kita setiap hari. Yakinlah disadari atau tidak firman yang kita baca dan kita renungan itu akan meneguhkan iman kita dan membentuk pribadi kita yang dikehendaki Tuhan. Sahabatku! Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. 


3. Konsekwensi iman adalah ketaatan


Paulus dalam ayat 21 ini mengangkat tentang sikap imang Isrsel kepada Tuhan - mereka tidak setia dan tegar tengkuk. Sekalipun bangsa Israel disebut dengan bangsa yang "tegar tengkuk" tetapi Tuhan tetap memberkati umatNya. Itulah satu kalimat penting memahami renungan hari ini.


Dalam PL kata ini muncul sebanyak 10 kali semuanya menunjukkan kepada karakter bangsa Israel yang tegar tengkuk. Sebutan itu diawali dari Musa dapat kita baca dalam Keluaran 32:9 (TB) Lagi firman TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.


Hal ini cukup beralasan sekalipun mereka telah menyaksikan perbuatan Allah yang besar, 10 tulah di Mesir, Kuasa Tuhan uang dahsyat menyeberangkan Israel di Laut Merah dan berbagai tanda ajaib lainnya di padang gurun. Namun jika ada kesulitan sedikit mereka bersungut-sungut dan tak segan mengatakan kepada Musa agar mereka kembali ke Mesir. 


Raja Hizkia menegor bangsa Israel agar umat Allah jangan tegar tengkuk seperti leluhur mereka (2 Taw 20:8) dan Selain tegar tengkuk nabi Yesaya menyebutkan mereka kwras kepala dn kepala batu. Yesaya 48:4 (TB) Oleh karena Aku tahu, bahwa engkau tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu. 


Tegar tengkuk berarti keras kepala, tidak mau menurut. Dengan kata lain, tidak taat, tidak setia dan tidak patuh. Sikap tegar tengkuk ini terjadi dalam sejarah perjalanan bangsa Israel. Mereka sering kali menolak hamba-hamba Tuhan yang menyampaikan maksud Allah namun tidak percaya. Menurut nabi Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel bahwa dampak penolakan dan ketidak setiaan bangsa Israel membuat Tuhan murka dan menjadikan Israel terbuang ke Babel. 

Pertama: ketidak percayaan Israel tidak membuat Tuhan membatalkan kasihNya kepada Israel. Tuhan tetap sayang dan memberkati umatNya. Dalam renungan ini disebut: "Aku telah mengulurkan tanganku seoanjng hari". Allah itu senantiasa memberkati umatNya. Allah murka terhadap pelanggaran dan ketidak percayaan umatNya. Sekalipun Tuhan murka kepad umatnya namun kaaih Tuhan lebih besar dari amarahNya. Tuhan tetap mengangkat tangannya memberkati Israel.


Kebaikan Tuhan kepada umatnya bukan tergantung kepada respon atau balasan umat kepada Tuhan. Tuhan mengasiho dan membeekati umatNya karena Tuhan itu Maha Baik, penyanyang dan setia pada janjiNya yang telah menetapkan bangsa Israel menjadi umat pilihan dan kepunyaan Allah. 


Kedua, penolakan Israel menjadi kesempatan bagi bangsa-bangsa menerima kasih karunia Allah. Memang berkat itu dijanjikan kepada Israel agar mereka menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun karwna pwnolakan banhsa Israel keselamatan itu disampaikan kepada bangsa-bangsa di luar Yahudi. Bagi mereka yang menyambut dan menerimanya mereka memperoleh keselamatan. Dijelaskan dalam Roma 11:6, 10-11 (TB) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk." Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu.


Keselamatan bagi bangsa-bangsa tidak menjadikan bangsa Israel tersandung, namun telah membuat mereka cemburu, yang seharusnya mereka menikmati kasih karunia Allah, namun berkati itu menjadi milik semua banhsa. Pada akhirnya mereka akan cemburu dan kembali kepada Allah. 


Sahabat yang baik hati, marilah kita mempertajam pendengaran akan Firman. Firman itu menimbulkan dan memelihara iman, memperlengkapi orang percaya serta menyempurnakan orang percaya melakukan perbuatan baik. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak



Sabtu, 01 Maret 2025

NYATAKAN CAHAYA KEMULIAAN

 Kotbah Minggu Estomihi (Engkalah Bukit Batu dan Pertahananku Mazmur 31:3b)

Minggu, 2 Maret 2025

Ev. Keluaran 34:29-35




NYATAKAN CAHAYA KEMULIAAN TUHAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah Minggu ini diambil dari kisah Musa menerima Hukum Taurat di Gunung Sinai. Tuhan memanggil Musa untuk naik ke Sinai untuk menerima perintah Tuhan yang hendak disampaikan dan dilakukan oleh umat Israel. 

Pada pasal 24 diceritakan Musa naik ke gunung Tuhan dan berpuasa selama 40 Hari: Musa menerima perintah Tuhan dan saat Musa turun, ia sangat murka karena bangsa itu telah membuat patung lembu emas untuk disembah. Musa menghancurkan patung lembu emas dengan melemparkan dua loh batu yang dibawa dari gunung Tuhan (Kel 32:19). 


Allah adalah Tuhan yang murka terhadap pelanggaran namun penuh dengan kasih sayang dan kasih setia. Pada pasal 33 Musa pun dipanggil Tuhan untuk naik ke gunung Tuhan memohon penyertaan dalam perjalanan pada gurun dan diberi perintah untuk disampaikan ke pada umat Allah. Berikutnya Musa memohon: Keluaran 34:9 (TB) serta berkata: "Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu." Sebelum berjalan, Tuhan sendiri menuliskan perintah kepada umat Israel untuk ditaati dan dilaksanakan. Allah sendiri menuliskannya, perinta itu tertulis agar mereka mengingat dan membacanya berulang-ulang dan diwariskan kepada anak cucu mereka.


Dalam kotbah ini, ada perubahan yang dicatatkan dalam nas kotbah ini, yaitu cahaya kemuliaan yang melingkupi Musa saat menerima perintah Tuhan. Musa itu bercahaya sehingga umat Israel ketakutan, ketakutan bukan karena takut atas kemarahan seperti sebelumnya, namun dalam nas ini disebutkan karena kulit Musa memancarkan cahaya kemuliaan. 


Inilah yang harus kita gali dan kembangkan dalam kehidupan kita, bahwa Allah membentuk umatNya menjadi umat yang memancarkan sinar kemuliaan. Seperti Musa saat menerima dua log batu dari Tuhan, Musa memancarkan sinar kemuliaan. Tentu inilah pesan yang sangat berharga bagi kita. Kita dipanggil Tuhan untuk memancarkan cahaya kemuliaan dalam hidup ini. 


Bagaimana kita menyatakan dan memancarkan cahaya kemuliaan dalam kehidupan ini, dari kotbah ini kita menemukan!


1. Hidup di dalam Perintah Tuhan.

Pembebasan Israel dari Mesir merupakan rencana Allah yang besar. Allah akan membuat mereka bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Janji Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub adalah janji yang dipelihara dengan setia. Allah tidak membiarkan umatnya menjadi budak di Mesir, Allah membebaskan mereka dengan tangan yang kuat agar merwka menjadi bangsa merdeka dan berdaulat dan menuntun mereka ke Tanah Perjanjian. 


Pemberian Perintah Tuhan di Sinai bertujuan untuk membentuk umat Israel sebagai umat Allah yang kudus yang berbeda dengan bangsa lainnya. Allah membentuk mereka dengan menata hubungan yang baik dengan Thhan dan kwpada sesama. Mereka dibentuk menjadi umat yang taat dan setia kepada Tuhan. Karena Allah setia kepada janjinya. 


Pemberian Hukum itu lebih dijelaskan dalam kita Ulangan, mereka mereview kembali apa tujuan Tuhan membentuk umat Allah sebagai umat yang kudus, dengan memelihara pentintah dan setia kepada Tuhan. 

Ulangan 7:6-8 (TB) Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.  

Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu — bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? — 

tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.


Dengan demikian, sesungguhnya umat Allah yang setia dan taat melakukan perintah Tuhan akan memancarkan cahaya kemuliaan karena hidup di dalam perintah Tuhan menghidupi nilai-nilai yang memuliakan harkat dan hidup manusia.  


2. Musa memancarkan cahaya kemuliaan. 

Setelah peristiwa pertama Musa Murkan dan melemparkan dua log batu, pada padal 34 ini ada seuasana yang berbeda di kalangan umat Israel. Musa turun membawa kedua log batu berisi perintah Allah kulit mukanya memancarkan bercahaya. 

Keluaran 34:29 (TB) Ketika Musa turun dari gunung Sinai — kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu — tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN. 


Sebelumnya di dalam Keluaran 3:2 Allah menampakkan diri kepada Musa dalam bentuk api yang menyala. Maka Musa pun menutup wajaahnya karena tidak sanggup berjumpa dengan Allah. Dalam perikop kotbah ini, perjumpaan Musa dengan Allah membuat perubahan dalam diri Musa. Wajah Musa memancarkan cahaya kemuliaan. Peristiwa ini bisa saya terjadi secara kasat mata dampat perjumpaan Musa dengan Allah dalam bentuk Api membuat wajah Musa berbeda. Namun hal yang paling kita tekankan adalah orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan akan berdampak pada diri seseorang yang memancarkan cahaya kemuliaan. Musa yang memegang dua log batu berisi perintah Tuhan. Perjumpaan Musa dengan Tuhan mengubah pandangan umat Israel terhadap Musa. Musa bercaha dan memancarkan kemuliaan. Bukan hanya perubahan dalam Musa yang bercahaya membuat itu mereka takut mendekat kepada Musa.


Keluaran 34:30 (TB) Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.


"Takut mendekat kepada Musa', kata takut disini bukan dipahami sebagai ketakutan kepada seseorang yang kejam atau bengis tetapi takut karena Musa memiliki wibawa dan karisma di hadapan umat Israel. Musa itu adalah pemimpin besar, membawa umat Allah keluar dari Mesir dengan 10 tulah dan menyeberangkan mereka di laut Merah. Semua itu adalah mujizat yang besar. Musa dalam peristiwa-peristiwa besar itu digambarkan sebagai Musa sang pemimpin yang gagah dan perkasa mengalahkan musuh dan tatangan. Dalam kotbah ini Musa tampil bercahaya menggambarkan pemimpin yang ditakuti karena rasa hormat, takut karena wibawa dan disegani karena kemashurannya di mata umat Allah. 


Jadi umat Allah takut mendekati Musa karena wajahnya bercahaya, ini hendak melengkapi kharisma Musa


3. Selubung wajah

Keluaran 34:33-34 (TB) Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya. 

Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.


Wajah yang bercahaya membuat mata bangsa Israel silau dan tak sanggup melihat Musa. Wajah yang memancarkan cahaya kemuliaan kita temukan juga dalam Perjanjian Baru. Saat Yesus dimuliaakan di Buit, Yesus berjcakap-cakap dengan Musa dan Elia. Sampai Petrus meminta kepada Tuhan Yesus agar mendirikan kemabh diatas bukit itu. Sinar kemuliaan yang dipancarkan Yesus, Musa dan Elia membuat murid-murid betah dan hendak membangun tenda. Di dalam pemberian Perintah Tuhan kepada umat Allah, wajah Musa memancarkan cahaya kemuliaan dan umat itu ketakutan dan takut berjumpa dengan Musa. Ini sautu pelajaran penting bahwa dalam menyampaikan perintah Tuhan Musa menyelubungi wajahnya. Artinya Musa memahami bagaimana kondisi umat Allah melihat dan memandang Musa. Karena cahaya kemuliaan yang dipancarkan Musa, maka Musa memahami apa yang dirasakan oleh umat Allah, sehingga dalam menyampaikan perintah Tuhan Musa menyelubungi wajahnya. 


Kejadian ini merupakan contoh bagi para hamba Tuhan dalam menyampaikan Firman. Seseorang menyampaikan firman harus memahami siapa pendengar dan bagaimana sikap mereka. Selubuh wajah Musa menjadi solusi bagaimana Musa hadari menyampaikan perintah Tuhan kepada umatNya yang dibanyangi rasa takut dan gentar ditambah wajah Musa yang memancarkan cahaya. 

 

Sebaliknya saat menghadap Tuhan, Musa membuka selubung wajahnya. Menghadap Tuhan kita harus terbuka dan tidak ada yang membatasi kita berjumpa dengan Tuhan. Mungkin saat ini masih terpelihara bagi orang Kristen, saat berdoa spontan membuka topi, suatu pemahaman bahwa kita harus membuka diri dihadapan Tuhan. Berjumpa dengan Tuhan tidak ada selubung wajah, atau tidak ada sesuatu yang boleh ditutup-tutupi saat menghadap Tuhan. 


4. Menjadi orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan


Kualitas iman seseorang terlihat dari apakah seseorang memiliki relasi yang baik dengan Tuhan. Inilah yang juga kita temukan dalam hidup Musa. Sepanjang missi Musa membawa umat Allah dari perbudakan Mesir hingga perjalanan di padang gurun, satu hal yang kita temukan adalah bahwa Musa selalu berjumpa, berdialog dan memohon petunjuk kepada Tuhan dalam segala keadaaan. Apa artinya ini? Musa memiliki Spiritualitas dan hubungan yang dekat dengan Tuhan. 


Marilah menjadi pribadi yang senantiasa memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. hubungan personal dengan Tuhan akan membuat kita memancarkan cahaya kemuliaan. Cahaya kemuliaan itu ada pada diri kita yang menghormati dan menghargai orang lain yang segambar denganr upa Allah. Artinya sinar kemuliaan dari seseorang terpancar dari sikap dan cara bagaimana dia menghormati dan memuliakan orang lain. Amin


Selamat hari Minggu bagi kita semua, salam dari kami: Pdt Nekson M Simanjuntak  


MENYANYIKAN ALLAH ITU RAJA

 Kotbah Minggu PALMARUM Minggu, 13 April 2025 Ev. Mazmur 68:25-36 MENYANYIKAN ALLAH ITU RAJA Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, ...