Senin, 24 Februari 2025

MENGASIHI MUSUH

 KOTBAH MINGGU SEXAGESIMA

Minggu, 23 Februari 2025

Ev. Matius 5: 38-48




MENGASIHI MUSUH


Selamat Hari Minggu! Semua orang pasti menginginkan hidup damai dan jauh dari permusuhan. Semua orang menghendaki lingkungan dimana di hidup aman tenteram jauh dari kegaduhan dan perseteruan.  Mungkin spontan kita akan menjawab hal itu sangat sulit dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Manusia dalam setiap memenuhi kebutuhannya ada persaingan, kompetisi bahkan harus mengalahkan lawan untuk meraih sesuatu yang diharapkan.  


Coba diperhatikan berita-berita di media sosial tentang "kriminal" rupanya ada banyak fenomena masyarakat terjadinya kekerasan sering sekali bermuara pada sakit hati dan balas dendam yang berujung kepada kematian. Saya pernah membaca satu suku di Indonesia mengenal tradisi "carok". Suatu sikap balas dendam yang terpelihara dan diwariskan kepada anak-anaknya. Seorang ayah yang meninggal di carok oleh lawannya, maka sang ibu menyimpan kain bekas darah. Setelah anaknya bertumbuh dewasa dan dirasa cukup matang sang  ibu mengeluarkan kain bekas darah ayahnya dan menceritakan musuh ayahnya. Jika sakit hati orang tua tidak dibalaskan anak-anak akan dianggap menjadi hutang dan dinilai hina. Apa jadinya jika sakit hati dibalas dengan sakit hati tentu manusia saling bermusuhan dan kalaupun sedikit nyaman hanya tinggal tunggu meledakkan dendam. Demikianlah lingkaran hitam akar kekerasan kejahatan jika dibalaskan dengan kejahatan dan dendam akan dibalaskan kepada dendam. Manusia memiliki musuh sepanjang hidupnya dan dibayangi ketakutan akan balas dendam orang lain.


Syukurlah ajaran Yesus yang Maha Agung tentang pengampunan dan kasih, sehingga orang percaya tidak akan menyimpan dendam, tidak akan membalaskan kejahatan dengan kejahtan, kesalahan dibalas dengan kesalahan, pukulan dibalas dengan pukulan, tamparan dibalas dengan tamparan namun Yesus mengajarkan agar kita mendoakan dan memberkati orang yang telah berbuat jahat kepada kita.  Ajaran kasih Yesus bukanlah sekedar mengasihi dan membalaskan kebaikan dengan kebaikan namun ajaran damai dan kasih terhadap musuh sebagaimana kotbah minggu ini dari Matius 5:38-48. Mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita mungkin semua orang menerapkannya, namun siapakah diantara kita yang mengasihi musuh? Apakah masih ada di antara kita jika disakiti masih memberkati dan mendoakan mereka


Sahabat yang baik hati, marilah kita belajar dari kotbah minggu ini yang dapat kita gali sebagai pedoman hidup untuk tetap tinggal di dalam kasih dan tanpa pembalasan. Dengan kotbah ini kasih Kristus semakin terpancar dan menyebar sebagai nilai-nilai yang dihidupi oleh masyarakat. 


1. Jangan membalaskan  kejahatan dengan kejahatan melainkan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. 


Jika dunia mengajarkan mata ganti mata, kejahatan dibalaskan dengan kejahatan yang lebih besar maka manusia akan terus dalam lingkaran kejahatan dan kekerasan yang tiada tara. Mewariskan kejahatan demi kejahatan  dan akan terus menjadi hukum balas membalas yang saling menggigit dan memusnahkan. Yesus yang penuh kasih dan damai mengajarkan kepada kita rumus menghentikan semua itu dengan tidak membalaskan  kejahatan, tetapi mengampuni dan mengalahkan kejahatan dengan perbuatan  baik.


Matius 5:39 (TB)  Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.


Mungkin bagi sebagian orang termasuk saya, nas ini merupakan perintah tersulit yang dilakukan dalam hidup. Memaafkan dan mengampuni orang maaih bisa kita lakukan, namun memberi diri ditampar sekali lagi itu sesuatu yang berat dan teramat berat. Apa makna di balik pernyataan Yesus ini? Bagi saya, jangan sama sekali ada pembalasan. 


Sikap membalas akan menghasilkan permusuhan terus menerus, namun saat kita memiliki sikap tidak membalas maka permusuhan pun akan berakhir. Sebaliknya akan muncul rasa hormat dan berlomba untuk  hidup didalam kasih dan damai sejahtera. 


2. Melakukan sesuatu lebih dari apa yang diminta. 


Sebagai mahluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat kita memiliki harapan dan tuntutan terhadap orang lain sebagaimana hukum normatif; membantu, menolong dan memberi uluran tangan terhadap sesama.  Yesus mengajarkan jika masih membalaskan kebaikan dengan kebaikan secara normatif maka anak-anak dunia ini juga melakukan  hal yang sama. Bukankah para penjahat mengasihi sesamanya bahkan mungkin kasih mereka sangat besar yang rela berkorban demi kawannya. Kelebihan anak-anak Allah adalah melakukan  lebih dari apa yang dituntut orang lain. 


Matius 5:40-41 (TB)  Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.


Kwalitas kebaikan kita harus lebih baik dari anak-anak dunia ini. Meneladani Allah yang mengasihi tanpa mengharapkan balasan atau agape. Kasih yang tulus untuk menolong, dan bukan hanya sekedar menolong tetapi membantu orang lepas dari pegumulannya dengan tidak mengharapkan imbalan.


Melakukan lebih dari pada yang diminta! Disini kita diminta memiliki keralaan dan kesediaan melakukan lebih dari apa yang diminta. Jika kita memberi apa yang diminta itu adalah hal bisa, namun jika seseorang melakukan lebih dari yang diminta itu adalah perbuatan kasih.


3. Mengalahkan diri sendiri lebih besar dari mengalahkan musuh.


Dunia ini mengajarkan kepada kita bahwa pahlawan itu diberikan kepa orang kuat yang dapat mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya. Seperti pahlawan perang yang dapat mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya.  Itulah jalan dunia ini, Injil Yesus Kristus berbeda dengan jalan dunia: Yesus mengajarkan pahlawan yang sesungguhnya adalah mereka mengasihi musuh, berdoa dan memberkati mereka yang membenci dan menganiaya kita. 


Dari seluruh ajaran injil mungkin hal tersulit dilakukan adalah ajaran ini. Bagaimana kita mengasihi musuh? Kata hati kita dan sesak dihati hendak membalaslan kejahatan dan melampiaskan dendam dan angkara murka. Namun jika kita terima dengan akal sehat tentu ajara ini menyelamatkan kita dari amarah dan angakara murka. Bukankah dendam dan angkara murka hanya membawa kita kepada kebinasaan. Yesus tidak menghendaki kita binasa oleh balas dendam, namun harus selamat, hidup penuh damai sejahtera dan menjadikan dunia ini lebih baik dengan mengasihi musuh, berdia dan memberkati orang yang menyakiti dan menganiaya kita. 


Dalam menutup kotbah ini baiklah kita memohon kekuatan kepada Tuhan. kita berdoa: Ya Tuhan,  firman yang Engkau ajaran minggu ini sangat sulit kami lakukan, namun engkau menghendaki hidup kami penuh damai dengan ajaran kasih.  Berikanlah kekuatan bagi kami agar kami dapat melakukannya dalam hidup kami. Amin


Salam dari kami:

Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 15 Februari 2025

TUHAN PENGHARAPAN KITA

 Kotbah Mingu Septuagesima

Minggu, 16 Februari 2025

Ev. Yeremia 17:12-18




TUHAN PENGHARAPAN KITA


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kita pada minggu ini telah memasuki Minggu Septuagesima. Suatu minggu yang mengarahkan pandangan kita kepada keselamatan di dalam kebangkitan Yesus Kristus. Hidup kita yang dialami kini diarahkan pada tujuh puluh hari ke depan: jika ada beban, pergumulan dan ancaman yang menghimpit kehidupan jangan berputus asa. Sebagai orang percaya Tuhanlah pengharapan kita. Padanya ada pengampunan, kesembuhan, perlindungan dan keselamatan. Hidup orang pecaya tertuju kepada salib dan kebangkitan Kristus


Jika kita baca keseluruhan Yeremia 17, diawal telah diceritakan begitu nyatanya dosa dan pelanggaran umat Allah. Dosa berbekas dan pelanggaran yang tidak bisa dimaafkan. Yeremia mengungkapkan bahwa dosa bangsa Yehuda telah tertulis dengan pena besi yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mazbah mereka (1). Mereka menjauh dari Allah dan menyembah berhala (2). Mereka mengandalkan manusia dan bukan Allah (5). Mereka meninggalkan Allah, Sang Sumber Air Yang Hidup. Atas perbuatan itu, Allah menghukum mereka. Allah mengizinkan harta benda mereka dirampas dan mereka kehilangan apa yang telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai umat perjanjian (3). Mereka akan menjadi budak musuh (4). Semua itu adalah ganjaran atas dosa yang telah mereka lakukan.


Daftar dosa yag dibeberkan oleh Yeremia pada ayat 1-10 menghantarkan bahwa mereka tinggal menunggu hukuman. Tuhan akan segera mendatangkan mala petaka sebagai ganjaran atas pelanggaran dan dosa mereka. Hukuman segera tiba dan tidak satu pun yang luput dari murka Allah. Dengan demikian apakah yang dapat dilakukan oleh umat Allah? 


Dalam Kotbah Minggu ini kita menemukan ajakan dari Nabi Yeremia, yakni:

 

1. TUHAN Pengharapan kita

Dalam kondisi demikianlah Yeremia mengarahkan umat Allah bahwa di dalam Tuhan ada pengharapan. Mereka tidak dapat melepaskan diri dari hukuman yang segera tiba, tetapi berharap pada Tuhan.


Allah berjanji akan memberkati setiap orang yang mengandalkan Tuhan dan yang berharap hanya kepada-Nya. Mereka akan menikmati berkat dan damai sejahtera dari Allah. Mereka juga akan memperoleh keselamatan dan kehidupan. Tentu, itu semua sesuai janji-janji Allah bahwa Dia akan memberkati umat yang mengasihi-Nya dan melakukan segala ketetapan dan perintah-Nya. Sebaliknya, Dia akan menghukum umat yang tidak setia dan melanggar segala ketetapan yang telah difirmankan-Nya.


Sekalipun hukuman telah diwartakan dan tidak seorang pun yang luput dari murkanya, tetap berharap pada Tuhan. Sekalipun Tuhan murka namun kasih setianya lebi besar dari amarahnya. Hal ini menghantarkan kita kepada suatu pengharapan bahwa di dalam Tuhan ada harapan, ada keselamatan dan kasih sayang.  


Seorang sahabat pelayan yang lama melayani orang yang hidup divonnis mati bercerita bahwa banyak diantara nara pidana yang divonnis mati ingin mengakhiri idupnya sebelum divonnis mati, merasa bersalah dan berteriak histeris. Ada juga yang tidak berterima dan terus melawan di dalam bathin bahwa kebebasan akan datang namun ada juga yang sudah siap mati namun cerita dalam hidupnya harus dicatat dan direkam untuk diberitahukan kepada semua orang. Setiap orang memiliki pergumulan tersendiri dan semakin memahami bahwa hidup ini merupakan misteri yang harus di dalami. Menjelang akhir hidup ini selalu ada suatu harapan.


2. TUHAN sumber kesembuhan

Yeremia 17:14 (TB) Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku! 


Keterpurukan umat Allah di dalam pembuangan digambarkan sebagai orang yang sakit. Mereka terluka dan terpukul akibat pembuangan yang menyakitkan. Yeremia berdoa memohon kesembuhan dari Tuhan meminta belas kasihan yang menyembuhkan dan menyelamatkan bagi dirinya. “Jika keadaan orang-orang yang menyimpang dari Allah begitu sengsara, biarlah aku selalu mendekat kepada-Nya (Mzm. 73:27-28), dan karena itu, Tuhan, sembuhkanlah aku dan selamatkanlah aku (ay. 14). Sembuhkanlah aku dari kemurtadanku, dari kecenderungan untuk murtad, dan selamatkanlah aku supaya tidak terseret oleh kuatnya arus untuk meninggalkan Engkau.” Ia terluka di dalam roh oleh kesedihan akan banyak hal. “Tuhan, sembuhkanlah aku dengan penghiburan-penghiburan-Mu, dan buatlah aku tenang.” Ia terus-menerus hendak dijahati oleh orang-orang yang tak waras. “Tuhan, selamatkanlah aku dari mereka, dan jangan biarkan aku jatuh ke dalam tangan mereka yang fasik. Sembuhkanlah aku, yaitu sucikanlah aku dengan anugerah-Mu. Selamatkanlah aku, yaitu bawalah aku pada kemuliaan-Mu.” Semua orang yang akan diselamatkan di kehidupan nanti disucikan pada saat ini. Kecuali penyakit dosa dibersihkan, jiwa tidak bisa hidup. Untuk menegaskan permohonan ini, ia menyerukan di dalam Tuhan kesembuhan dan keselamatan.


Bagaimana dengan kita sekarang ini? Coba kita review jika seseorang jatih sakit apa yang dilakukan? Dokter yang terbaik, referensi rumah sakit yang terbaik dan berbagai nasihat yang pernah sembuh dari sakit. Keluarga seorang yang sakit akan jeli mendengar obat dan tindakan medis. Pada kotbah ini, jika kita sakit atau bergumul dengan kondisi kesehatan dan mental kepada siapa kita berharap? Yeremia menghantarkan kepada kita di dalam Tuhan ada kesembuhan dan keselamatan.  


3. Tuhan perlindunganku, aku tidak mendapat malu

 

Pergumulan umat Allah di Babel bukanlah soal kekalahan dan ditahlukkan oleh bangsa lain. Persoalan yang lebih mendalam dari itu adalah ada pemahaman bahwa kekalahan Yehuda adalah kekalahan Allah yang mereka sembah. Jadi mereka yang membanggakan Tuhan dianggap juga tahluk dan kalah kepada ilah yang disembah dan dipuja oleh Babelonia. Inilah sebabnya Yeremia menyampaikan dalam ayat Yeremia 17:18 (TB) Biarlah orang-orang yang mengejar aku menjadi malu, tetapi janganlah aku ini menjadi malu; biarlah mereka terkejut, tetapi janganlah aku ini terkejut! Buatlah hari malapetaka menimpa mereka, dan hancurkanlah mereka dengan kehancuran berganda. 


Jangan aku ini menjadi malu! Israel adalah umat Allah yang dipilih bukan karena mereka lebih besar atau lebih kuat, lebih bijak atau lebih pintar. Mereka dipilih oleh Allah menjadi umat pilihan karena janji Allah Abraham, Ishak dan Yakub sehingga mereka dijadikan Allah umat Perjanjian. Allah telah berjanji keturunan Abraham menjadi umatNya dan umat menjadikan Allah menjadi Allah mereka. Umat Allah memahami bahwa Allah itu dahsyat Allah dari segalah Allah dan Tuhan dari segala Tuhan, Mazmur 96:4

Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah. 


Kedahsyatan Allah Israel telah terbukti di dalam sejarah: Allah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, berbagai mujizat dan kedahsyatan telah nyata di dalam perjalanan mereka bangkan saat mereka berjalan menuju Kanaan bangsa-bangsa Kanaani ketakutan atas kedatangan Israel. Cerita kebanggaan atas Allah Israel telah turun temurun, namun dalam peristiwa jatuhnya mereka di tangan Babel membuat mereka terpuruk dan malu! Apakah semua akan menanggung malu!


Yeremia menganggat kembali kekuatan Allah Israel, Allah diatas segala Allah, Raja diatas segala raja dan Tuhan diatas segala Tuhan. Yeremia mengangkat tema ini untuk mengembalikan keyakinan umat Allah atas kemehakuaasaan Allah. Mereka tidak akan dibiarkan malu. Mereka akan berlindung di dalam nama Tuhan.

 

Sahabat yang baik hati, tema minggu Septuagesima ini mengarahkan hidup kita kepada Kristus! Kristus pengharapan, Kristus kesembuhan dan keselamatan dan di dalam Kristus kita beroleh kemenangan dan tidak akan mendapat malu. Mari jalani kehidupan ini dengan berharap kepada Tuhan. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 01 Februari 2025

GUNUNG BATU DAN BENTENG PERTAHANAN

 Kotbah Minggu IV Stlh Ephipanias, 

Minggu, 2 Februari 2025

Ev. Mazmur 71:1-6




TUHAN GUNUNG BATU DAN BENTENG PERTAHANAN


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Setiap orang pasti memiliki rasa kuatir dan rasa kuatir itulah membutuhkan rasa aman di dalam menjalani kehidupan ini; rasa aman dari ancaman kelaparan, ancaman kesehatan, ancaman keamanan dan ancaman kepastian masa depan. Tidak sedikit orang mengalami kekuatiran berlebih hingga memiliki gangguan psikologis karena kuatir dan takut akan ancaman kehidupan in. Itu adalah manusia, membutyhkan perlindungan dan rasa aman. 


Dalam kotbah minggu ini kita dapat mempelajari bagaimana pemazmur menjawab kekuatirannya, yaitu berdoa dan percaya kepada Tuhan. Tuhan adalah perlindungan baginya dalam menghadapi hidup ini dan tentang apa yang akan terjadi esok di hari tua. 


ÀPemazmur memberikan pelajaran berharga bagi kita, bagaimana menjalani kehidupan ini dan mendapatkan rasa aman. Ada kekuatiran dalam menjalaninya dan takut di masa tua muncul berbagai persoalan yang akan menimpanya, namun pemazmur menemukan jawaban, yaitu menempatkan Tuhan sebagai gunung batu, benteng pertahanan dan bukit batu. Tuhanlah pelindung dan jaminan yang paling aman dalam menjalani kehidupan ini. Doa pemazmur ini memberikan pelajaran berharga menyerahkan jaminan kehidupan ini henya kepada Tuhan. Tuhanlah satu-satunya perlindungan yang pasti. Sehebat apapun ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan yang mengancam kehidupna kita, di dalam Tuhan kita terlindungi. 


Baiklah kita mengambil beberapa pelajaran berharga dari kotbah minggu ini, yakni:


1. Tuhanlah Perlindungan: gunung batu, tempat berteduh dan benteng pertahanan

Mazmur 71:3 (TB)  Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.


Untuk menggambarkan perlindungan ini, pemazmur menggunakan tiga istilah "gunung batu". "tempat berteduh" dan "kubu pertahanan". Gunung Batu (Tzur) → Kekuatan yang kokoh dan tak tergoyahkan. Tempat Berteduh (Ma'on) → Rumah yang penuh kehangatan dan keamanan.

Benteng Pertahanan (Metzudah) → Perlindungan dari serangan dan ancaman.



- Tentang ALLAH adalah gunung batu, suatu istilah yang sering disebutkan dalam Alkitab yang memiliki  kekuatan yang kokoh danntak tergoyahkan. Di padang gurun, badai pasir bisa sangat berbahaya. Dalam kondisi seperti itu, gunung batu adalah satu-satunya tempat perlindungan karena dapat memberikan naungan dari angin kencang dan pasir yang beterbangan. Bayangkan seseorang di tengah gurun tanpa perlindungan, maka satu-satunya harapan adalah mencari batu besar atau tebing untuk berlindung. Ini menjadi gambaran bagaimana Tuhan adalah satu-satunya tempat perlindungan dalam badai kehidupan.


Dalam peperangan zaman dahulu, gunung batu sering digunakan sebagai benteng alami. Musuh yang datang dari dataran rendah akan sulit menyerang mereka yang bersembunyi di dalam gua-gua di gunung. Contoh dalam Alkitab: Daud sering bersembunyi di gunung batu saat dikejar Saul (1 Samuel 23:25-28). Ini menunjukkan bahwa gunung batu memang menjadi tempat aman secara harfiah bagi orang Israel.


- Tentang ALLAH tempat berteduh adalah menjelaskan dimana seseorang mendapatkan kelegaan dan keteduhan. Untuk lebih mudah baiklah kita berikan contoh Ibarat orang dalam perjalanan di panas terik. Di pinggir ajalan ada pohon dan pohon tersebut adalah tempat perteduhan. Di masyarakat kota saya sering perhatikan para pengguna sepeda motor, tiba-tiba hujan maka jembatan layang merupakan tempat berteduh. Kedua contoh diatas menjelaskan adanya suatu titik aman dan keteduhan.


Untuk lebih jauh dan mendalam tempat berteduh bagi setiap orang adalah rumah, di rumah setiap orang merasa nyaman. Rumah menjadi tempat berteduh untuk istirahat, rumah tempat orang berteduh dari panas, dari hujan dan berbagai hal lainnya. Pemazmur dalam Mazmur 71 ini hendak menekankan bahwa Tuhan adalah temoat berteduh bagi setiap orang. Naungan sanyap Tuhan akan melindungi kita


- Sedangkan ALLAH  benteng pertahanan berkaitan dengan peradaban jaman PL. Dimana Kota-kota dalam Perjanjian Lama biasanya di kelilingi oleh tembok. Bangsa-bangsa berlomba jaya dengan merebut dan menahlukkan kota lainnya, jaman yang penuh peperangan. Maka kota yang dibangun tembok yang disebut juga kubu pertahanan. Kuatnya kota  sering diukur dari bagaimana kekuatan tembok dan benteng pertahanan yang dibangun untuk melindungi kota dari musuh. Gerbang pintu masuk kota dijaga ketat dan tembok yang kokoh yang terbuat dari bahan-bahan batu padas. Dibalik tembok mereka aman berlindung dan posisi aman untuk menyerang musuh yang datang. Dengan gambaran konstruksi kota di jaman itu kita semakin memahami arti makna Allah benteng pertahanan Selain menggambarkan kekokohan juga sebagai perlindungan paling aman karena sulit ditembus oleh musuh. 


Inilah nyanyian pemazmur, baginya tidak ada benteng pertahanan dan tempat perlindungan yang paling aman di dunia ini. Bagi pemazmur hanya Tuhan Allah sebagai gunung batu, temoat berteduh dan benteng pertahanan bagiNya. Pengakuan pemazmur ini menyadarkan kita sehebat apapun tembok kota yang dibangun terbatas  kekuatannya. Sehebat apapun penjaga mengawal kota, mereka memiliki keterbatasan. Bagi pemazmur Tuhan adalah pelindung dari segala ancaman dalam hidup.


Sahabat yang baik hati, jika saat ini ditanyakan dimana kah tempat anda merasa palung nyaman dan tenang? Mungkin sebagian menjawab rumah adalah tempat paling nyaman, ada mungkin tempat kerja, ada mungkin tempat usaha atau ada mungkin tempat wisata yang paling indah yang oernah anda kunjungi. Ketenangan, rasa aman dan perlundungan sejayi tidak ditentukan oleh tempat, namun penyertaan Tuhan di setiap tempat yang kita tempati. Seperti pengakuan pemazmur demikian kita percaya bahwa Tuhan adalah gunung batu, tempat perlindungan dan kubu pertahanan bagi kita.  Kita semakin menyadari bahwa  tidak bisa melindungi diri kita dengan kekuatan diri sendiri. Security sistem yang dibangun oleh IT harus kita akui sangat terbatas. Namun di dalam Tuhan ada perlindungan dan keamanan yang tanpa batas


2. Engkaulah Harapanku

Mazmur 71:5 (TB)  Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.


PHP satu istilah yang sangat dekat di telinga kita di jaman ini. Istilah ini bahasa gaul singkatan dari Pemberi Harapan Palsu: coba ingat jangan-jangan kita adalah pelaku PHP, mengumbar janji, namun tak dapat menepatinya; baik di rumah, teman-teman atau di pekerjaan. Jika kita korban PHP ngak enak bukan?


Bagaimana agar kita jangan menjadi korban PHP? Kotbah minggu ini menyapa kita dengan pengalaman Pemazmur.  Suatu pengakuan iman bahwa harapannya hanya kepada Tuhan. Berharap pada Tuhan bukan hanya karena keadaan tersesak atau memasuki pergumulan berat, tetap berharap akan Tuhan telah dimulai sejak kecil dan sejak masa muda. Masa muda adalah masa yang penuh energi, kuat dan masih antusias serta bangga akan kemampuan diri tetapi pemazmur berbeda sejak masa muda tidak mengandalkan potensi diri tetapi berharap hanya pada Tuhan.  Berharap kepada Tuhan sejak masa muda berarti menunjukkan kualitas spiritualitasnya yang baik. Pemazmur telah hidup bergaul akrab dengan Tuhan, beribadah dan percaya kepada Tuhan.


LAI membuat judul dari Mazmur 71 ini dengan "Doa Minta Perlindungan Di Masa Tua". Menjadi tua adalah proses alamiah pada setiap orang, namun tidak setiap orang memiliki kematangan menghadapi masa tua. Masa dua adalah harapan setiap orang namun di mana dua banyak juga pergumulan tenaga semakin surut, semakin rentan penyakit dan memasuki zona yang mungkin semakin banyak lupa. Jangan kuatir atas semua risiko-rosiko yang akan dimasuki oleh masa tua.  Mazmur di pagi ini memberikan harapan pasti. Tuhan akan menolong, melindungi dan memelihara hidup orang yang percaya kepadaNya. Jangan merasa terbeban, jangan merasa terabaikan dan tidak berguna. Masa tua bukanlah sesuatu yang harus disesali tetapi sesuatu  yang mesti disyukur karena dapat memasuki umur yang panjang, dapat menikmati kasih karunia Tuhan sampai tua. Itu semua harus kita terima dengan sukacita. Sukacita orang tua adalah kepastian akan keselamatan yang Tuhan berikan.


Sahabat yang baik hati! Tuhan pemberi harapan pasti. Jika kita tidak suka diPHP (pemberi harapan palsu) baiklah itu masa lalu. Kini melalui renungan ini, kita menerima PHP yang baru, yaitu: Tuhan Pemberi Harapan Pasti. Tuhan melindungi, memelihara dan memberikan apa yang kita butuhkan melebihi dari apa yang kita pikirkan. Syaratnya hanya satu: percaya kepada Tuhan yang telah menebus dan menyelamatkan kita di dalam diri Yesus Kristus.


3. Tuhan kekuatanku!


Dalam menghadapi kekuatiran, pemazmur mengajak kita kepada suatu kesadaran bahwa manusia memiliki keterbatasan untuk melindungi dirinya sendiri. Sehebat apapun seorang pahlawan menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan akan selalu memiliki kelemahan. Manusia memiliki keterbatasan dalam membentengi diri. Maka dalam menghadapi semua itu, kita harus menyerahkan hidup ini kepada Tuhan, dan Tuhanlah menjadi kekuatan kita dalam menjalaninya. 


Ada hal unik yang disampaikan oleh Pemazmur yakni: pemeliharaan Tuhan itu bukan saat ada masa kesesakan, tetapi telah dipelihara sejak dari kandungan ibu. Kita terlindung dari berbagai ancaman dan bahaya tidaklah secara kebetulan, tetapi telah dirancang Tuhan sejak dari kandungan hingga kita lahir, bertumbuh hingga apa adanay sekarang semuanya karena pemeliharaan Tuhan. 


Kesadaran seperti itulah pemazmur mengajak kita dibagian akhir kotbah ini agar menyampaikan pujian dan syukur kepada Tuhan. 


Mazmur 71:6 (TB)  Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji. 


Sahabat yang baik hati! Dari kotbah minggu ini kiranya kita semua semakin bersyukur. Dalam menjalani hidup ini ada saja yang membuat kita kuatir: Tuhanlah perlindungan kita. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

DOSAMU TELAH DIAMPUNI

 KOTBAH MINGGU JUDIKA Minggu, 6 April 2025 Ev. Lukas 7:41-50 DOSAMU TELAH DIAMPUNI Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah Mingg...