Sabtu, 26 Oktober 2024

TUHAN SANGGUP MELAKUKAN SEGALA SESUATU

 Kotbah Minggu XXII Stlh Trinitatis,

Minggu, 27 Oktober 2024 

Ev. Ayub 42: 1-6




TUHAN SANGGUP MELAKUKAN SEGALA SESUATU


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Kotbah minggu ini meneguhkan kita mengimani bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Penderitaan yang dialami orsng percaya hendaknya tidak mengubah kesetiaan kepada Tuhan. Orang yang setia di dalam penderitaan lebih berharga di mata Tuhan, sekalipun harus kehilangan segala sesuatu dari apa yang dia miliki, percaya Tuhan dapat memulihkan keadaan dan menyediakan yang lebih berharga bagi hidup kita. 


Kitab Ayub sebagai sastra hikmat memberikan pemahaman keagamaan; memiliki iman bukan hanya menerima apa yang baik dari Tuhan tetapi tetap setia dalam penderitaan. Tuhan tidak hanya bekerjaa saat mendatangkan kebahagiaan, dalam segala keadaan Allah menyampaikan maksudnya kepada manusia. Penderitaan bisa juga menguji kesetiaan kita dan cara Allah memberi berkat pada orang yang dikasihinya.  Dibalik semua yang terjadi dalam hidup ini, kita percaya Allah mengetahuinya. Keputusan Tuhan tidak dapat dinilai dari cara berpikir manusia, seolah orang baik dapat kemujuran dan orang yang buruk akan mendapatkan hukuman. Ada kalanya orang fasik meraih keberhntungan namun keberuntungannya tidak menjadi berkat. Ada kalanya orang baik harus mengalami hal buruk namun itu bukan buah dari perbuatannya.  Penderitaan yang dialaminoleh orang baik adalah cara Allah menyampaikan maksudnya bagi manusia. Kitab Ayub hendak berpesan apa yang terjadi dalam hidup ini sepenuhnya di dalam Tuhan. Maka dalam keadaan baik atau buruk orang percaya harus tetap setia dan memuji Tuhan. Kita percaya tidak ada kejadian yang tidak dikeyahuinoleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi adalah atas sepengetahuan Tuhan. Manusia hanya terbatas memahami maksud Allah dari apa yang terjadi. Pelajaran dari kitab Ayub, kita percaya Allah maha kuasa dan sanggup melakukan segala sesuatu menurut kehendakNya. Tugas manusia adalah menjalankan keputusan Allah dengan setia. 


Kitab Ayub menjadi literasi yang mencerahkan, menolak teodisi yang umum diterima orang. Teodisi adalah suatu ajaran yang membenarkan Tuhan atau membela Tuhan atas realitas hidup. Hanya kebaikan bersumber dari Tuhan, segala yang buruk adalah dampak dari dosa, jika ada penderitaan itu adalah akibat dosa dan diyakini sebagai hukuman. Sahabat-sahabat Ayub adal tipe-tipe teodisi yang ada pada masa itu, pemahaman mereka bahwa tidak mungkin hal buruk diberikan Tuhan kepada Ayub, kalau Ayub setia di dalam Tuhan. Mereka mendorong Ayub untuk memeriksa hidupnya bahwa pasti ada kesalahan yang telah terjadi. Ayub menyangkal paham teodisi dari pada sahabatnya sampai Ayub menyebut mereka sebagai penghibur sialan. Yang terjadi pada Ayub tidaklah seperti yang dituduhkan sabat-sahabat Ayub, dia diijinkan Tuhan mengalami penderitaan, semua derita yang dia alami bukanlah karena dosa. Ayub tercatat orang baik, saleh, jujur  dan Takut akan Tuhan (Ayub 1: 1-2). Kalau penderitaan itu semua akibat dosa, Ayub tidak berterima dan itu suatu kekeliruan besar. Namun Ayub percaya keputusan Allah adalah hak dan otoritas Allah, tidak ada yang dapat memberikan pertimbangan kepada keputusan Allah benar atau salah karena Allah adalah maha kuasa. Kisah Ayub memberikan pengajaran mendalam agar tidak seorang pun menghakimi atas penderitaan yang dialami oleh seseorang namun percaya daam segala hal Allah sanggup memelihara dan memulihkan keadaan. 


Berkenaan dengan pandangan teodisi sahabat-sahabat Ayub, yakni: Penderitaan adalah buah dari pelanggaran dan dosa manusia. Allah tidak mungkin mendatangkan hal buruk pada manusia. Jika ada hal buruk itu adalah ulah manusia itu sendiri. Pandangan semacam itu dapat kita temukan dari sudut pandang sahabat-sahabat Ayub yakni: Elifas, Bildad, Zofar dan Elihu. Berikut ini saya kutip argumentasi sahabat-sahabat Ayub:  yaitu: 

- Ayub 4:1, 7-8 (TB) 1 Maka berbicaralah Elifas, orang Téman: 7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?  8 Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.

- Ayub 5:6-7 (TB) 6 Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; 7 melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi.

- Ayub 8:4-7 (TB) 4 Jikalau anak-anakmu telah berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka. 5 Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa, 6 kalau engkau bersih dan jujur, maka tentu Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu. 7 Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia. 

- Ayub 22:29-30 (TB) 29 Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala! 30 Orang yang tidak bersalah diluputkan-Nya: engkau luput karena kebersihan tanganmu." Argumentasi sahabat-sahabat ayub jika dirangkumkan ada 


Kitab Ayub menolak teodisi bahwa penderitaan yang menimpa seseorang adalah akibat dosa karena apa yang terjadi pada Ayub tidaklah demikian.  Ayub adalah orang saleh, jujur dan takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan (1: 1,8). Ayub menganggap sahabatnya keliru bahkan sangat kesal sampai menyatakan: "Hal seperti itu telah acap kali kudengar, Penghibur sialan kamu semua." ( Ayub 16:2). Kitab Ayub hendak memberikan pencerahan bahwa ada kalanya hal buruk terjadi pada orang baik dan tugas orang percaya adalah setia di dalam penderitaannya. Ayub dalam menjalani penderitaannya tidak menyalahkan Tuhan atau menganggap keputusan Tuhan atas penderitaan yang dijalani Ayub adalah keliru. Bagi Ayub itu adalah kuasa Tuhan, tidak ada hang dapat mempengaruhi keputusan Tuhan. Tugas kita adalah percaya bahwa Allah adalah yang Maha Kuasa yang sanggup melakukan apapun. Apapun yang terjadi dalam hidup manusia saat bahagai dan susah tetap setia berjalan bersama Tuhan. 


Ayub pada akhirnya kembali menghadap Tuhan, berbicara dari hati ke hati. Ayub lelah berdebat dan berargumentasi dengan para sahabatNya. Maka pada bagian akhir kitab Ayub ini menghantarkan kita kepada kesadaran diri, siapa kita di hadapan Allah. Ayub membuka diri tentang siapa dirinya, dan menyerahkan hidupNya kepada Tuhan dan percaya Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu. Enam ayat pertama pada pasal 42 ini sangat menentukan bagaimana anugerah terjadi. Ayub menerima dua kali lipat dari apa yang dimilikinya sebelumnya bukan karena budi baiknya atau tetapi Anugerah Allah yang memulihkan Ayub. 


Baiklah kita menarik pelajaran dari nas kotbah Minggu ini:


1. Ayub membuka diri dihadapan Tuhan:


Ayub 42:2 (TB)  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 


Dialog ayib dan sahabatnya meruoakan perdebatan yang tak kunjung ada titik temunya. Penulis kitab ayub membawa kita kepada kesimoulan diskui, setiao orang haru jujur dihadapan Allah. Mungkin ada orang yang memiliki oaham teodisi seperri sahabat-sahabag Ayub. Sahabatnya membela Tuhan dan menyalahkan aayib. Mereka terus mendorong Ayub mengoreksi diri bahwa dibalik semua derita ini pasti ada kesalahan Ayub dan diajak untuk bertobat. Seolah sahabatnya adalah hakim atas perbuatan manusia dan dilegitimasi dengan atas nama Tuhan (teodisi). Pada pihak Ayub sendiri, dia memberikan penjelasan bahwa dalam semua yang dituduhkan adalah keliru, Ayub tidak berterima dirinya disalahkan dibalik semua penderitaan ini. Jadi mendengarkan apa kata orang kita akan lelah dan teriris perasaaan tidak berterima dipersalahkan dan lelah menyusun argumentasi untuk membenarkan diri. 


Penulis kitab Ayub pada bagian pasal 42 ini mengajak kita:

Pertama, manusia diperhadapkan kembali dihadapan Tuhan, biar kita terbuka dari hati ke hati, berbicara di hadapan yang maha Tahu bahwa apa yang terjadi dalam hidup ini Tuhan mengetahuiNya. Tidak ada perkataan dan tindakan manusia yang tidak diketahui oleh Tuhan.  

Kedua, percaya bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu atas apa yang dikehendakiNya dan tidak ada rencana Tuhan yang gagal. Bagi Ayub kemujuran atau penderitaan yang dialami jangan menjadi tolak ukur untuk setia dan tidak setia kepada Tuhan. Dalam segala keadaan kita setia dan percaya Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu menurut kehendakNya. Amal dan kebaikan, kesalehan dan kejujuran manusia tidak menentukan kemujuran seseorang, namun Tuhan memiliki keputusanNya sendiri menurut kehendakNya.


Allah Maha kuasa tidak ada satupun yang dapat menggagallkan rencana Allah. Sekali Ia berfiman jadilah maka akan jadi. Keputusan Allah absout tidak ada yang dapat membatalkannya. Tugas kita adalah membuka diri dihadapan Allah, untuk dikoreksi dan dipulihkan oleh Allah. Manusia tidak mempunyai wewenang untuk membenarkan atau menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada hidup orang percaya. Tuhan memiliki otoritasnya sendiri tentang apa yang menjadi keputusaannya.


2. Menyadari ketidaktahuan:


Ayub 42:3 (TB)  Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. 


Salah satu sifat manusia adalah  ingin tahu. Jatuhnya manusia ke dalam dosa adalah penasaran akan keingin tahuan. Hawa ingin tahu apa rencana Tuhan dibalik larangan. Saat keingin tahuan itu disiasati Iblis akhir mereka jatuh ke dalam dosa. Kejadian 3:4-5 (TB)  Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."


Keingin tahuan ini membuat mereka tidak taat pada perintah Allah. Bukankah mereka telah menerima perintah dan larangan? Namun keingin tahun adalah sifat yang melekat pada manusia, karena manusia diberi akal dan pikiran. Seblmakin banyak tahu semakin banyak pula pengetahuannya. Tidak heran orang berlomba-lomba untuk mengurangi ketidak tahuan melalui pencarian informasi, pengetahuan dll.  Namun salah satu bahanya dari sifat keingin tahuan manusia adalah manusia jatuh pada berpura-pura tahu. Akhirnya jatuh pada kekeliruan. Ibarat hakim yang menimbang perkara, namun tidak mengetahui akan apa hang terjadi maka keputusannyapun bisa keliru. Demikian orang yang menghakimi sesamanya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi. Bagi Ayub, pertimbangan Tuhan tidak dapat diselami namun sering manusia juga merasa benar atas apa yang mereka tidak ketahui.


Disinilah Kitab Ayub memberikan pesan pencerahan yang berharga kepada sahabat-sahabat Ayub dan kepada para pembacanya.  Kitab Ayub menggugat barang siapa yang merasa mengetahui dasar dan pertimbangan Tuhan dalam menilai apa yang terjadi pada seseorang itu afalah kekeliruan yang besar. Hanya Allah sendirilah yang mengetahui dasar dan pertimbangan akan apa yang terjadi pada seseorang.  Ayub di akhir cerita ini mebawa kita agar menyadari ketidak tahuan kita. Di hadapan sesama dia membantah namun dihadapan Tuhan dia memohon pengampunan atas ketidak tahuannya. 


*Good or bad who knows?* Dalam baik atau buruk siapa yang tahu? Kisah ini sudah sering kita dengar. 


Seorang tabib dipenjara oleh tuannya, karena tidak sanggup mengobati jarinya yang luka saat berburu akhirnyan harus diamputasi dan kehilangan satu jari. Akitbatnya tuannya pun memenjarkaan dia.  Tuannya seorang raja yang suka berburu, suatu ketika mereka berburu di dalam hutan, namun sang tabib tidak ikut laginkarena sudah dipenjara. Entah kenapa mereka masuk kepada suatu wilayah suku pedalaman yang anti orang asing. Sang raja ditangkap beserta rombongan dan hendak dijadikan sebagai kurban penyembahan kepada dewa yang mereka percayai. Raja pun diikat dan diletakkan diatas mezbah penyembahan. Namun kepala suku membatalkan raja itu dijadikan korban karena jarinya tidak sempurna. Akhirnya raja pun dilepaskan dan dibebaskan karena dianggap tidak sempurna. 

Pulang dari berburu sang raja pun menjumpai sang tabib dan menyamoaikan terima kasih karena telah mengamputasi jarinya karena itulah dia selamat. Sab tabib pun membalasnya, saya bersukur di penjara oleh tuan, karena kalau saya ikut bersama tuan mungkin saja saya yang akan menjadi kurban. Mereka pun saling merangkul dan memulihkan hubungan diantara mereka. 


Good or bad who knows? Baik bukuk, siapa yang tahu? Tidak ada seorang pun manusia yang dapat memastikannya, hanya Tuhan yang mengatur rencanaNya dalam hidup ini. Ayub di akhir carita ini membuka kesadaran baru bagi kita, mari sadari ketidak tahuan kita tentang Allah, tentang apa yang terjadi dan tentang apa yang akan terjadi. Tugas kita adalah menjalani hidup ini dalam baik atau buruk, dalam bahagia atau susah tetap setia dan memuji Tuhan yang maha tahu dan maha kuasa.


3. Aku percaya bukan karena apa kata orang tetapi karena pengalaman pribadi bersama Tuhan. 


Penulis kitab Ayub memberikan pengajaran, beriman bukan berarti apa kata orang, tetapi apa yang kita imani dan percayai. Itulah sebabnya Ayub berkata: Ayub 42:5 (TB)  Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 


Gereja lama berdebat dan terpecah karena doktrin yang dirumuskan dalam konfessi. Dokumen-dokumen Konfessional menjadi pemisah di antara aliran gereja-gereja yang ada. Syukurlah ada gerakan oikumene yang mempersatukan seluruh umat Kristen sehingga semakin menyadari kesatuan di dalam Yesus Kristus. Sekalipun keunikan masing-masingnharus di hargai.


Apa yang menarik dari pengakuan Ayub ini, yaitu: kektistenan kita bukan apa yang diajarkan orang, atau bukan apa dirumuskan dalam konfessi, atau doktrin-doktrin yang kaki, namun bagaimana iman seseorang itu bertumbuh karena pengalaman rohani dan perjumpaan dengan Tuhan.  


Saya mencek Ensiklopedia Britannica tentang arti pengalaman religius, yakni demikian: pengalaman religius , pengalaman khusus seperti rasa takjub akan ketidakterbatasan kosmos, rasa kagum dan misteri di hadapan sesuatu yang sakral atau suci, rasa ketergantungan pada kekuatan ilahi atau tatanan yang tak terlihat, rasa bersalah dan cemas yang menyertai kepercayaan pada penghakiman ilahi, atau perasaan damai yang mengikuti iman pada pengampunan ilahi. Beberapa pemikir juga menunjuk pada aspek religius pada tujuan hidup dan takdir individu.  Singkatnya, pengalaman keagamaan berarti pengalaman khusus tentang yang ilahi atau yang hakiki dan pandangan tentang setiap pengalaman sebagai penunjuk kepada yang ilahi atau yang hakiki.


Selanjutnya disebutkan: “Pengalaman keagamaan” tidak banyak digunakan sebagai istilah teknis sebelum terbitnya: Ragam Pengalaman Keagamaan (1902) oleh William James , seorang psikolog dan filsuf Amerika terkemuka, tetapi penafsiran konsep dan doktrin keagamaan dalam konteks pengalaman individu sudah ada sejak mistikus Spanyol abad ke-16 dan zaman reformis Protestan . Penekanan khusus pada pentingnya pengalaman dalam agama ditemukan dalam karya-karya pemikir sepertiJonathan Edwards , seorang profesor di Universitas Harvard, Friedrich Schleiermacher , dan Rudolf Otto . Dasar dari pendekatan eksperiensial adalah keyakinan bahwa pendekatan ini memungkinkan pemahaman langsung tentang agama sebagai kekuatan nyata dalam kehidupan manusia, berbeda dengan agama yang dipahami baik sebagai keanggotaan gereja atau sebagai keyakinan pada doktrin yang berwenang .


Bagaimana kotbah Ayub mendorong setiap orang agar mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Jika Ayub dulu percaya hanya dari apa kata orang, namun dalam kotbah ini setelah Ayub mengalami sendiri bagaimana diuji dia mengalami perubahan. Pengalaman hidup yang terjadi menjadi perjumpaan dengan Tuhan.  Bagaimana setiap orang mengalami pengalaman rohani dan perjumpaan dengan Tuhan.


Pengalaman religius ini juga menekankan bahwa keimanan kita bukan dasar pengetahuan, rumusan konfessional atau apa kata orang, tetapi pengalamn pribadi berjumpa dengan Tuhan melalui apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Memgetahui konsep keagamaan adalah baik, namun bagaimana kita mengalami apa yang kita imani. Sama seperti kotbah, bukan aoa yang kita katakan tetapi bagaimana setiap pengkotbah mengalami dan menghidupi kotbahnya. 


Perjumpaan dengan Tuhan bukan hanya hal suka atau duka, tetapi kesadaran akan apa yang terjadi kini. Tuhan itu hidup dan bekerja serta campur tangan dalam hidup kita. 


Sahabatkut! Ada banyak implikasi kotbah yang dapat kita petik dari kisah Ayub. Pada hari ini kita diteguhkan Allah sanggup melakukan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh - Praeses HKBP D.28 Deboskab


Sabtu, 12 Oktober 2024

ORSNG BENAR HIDUP OLEH IMAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis

Minggu, 13 Oktober 2024

Ev: Habakuk 2:1-4




ORANG BENAR HIDUP OLEH IMAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Kotbah minggu ini mengajak kita untuk mendalami bagaimana orang benar hidup oleh iman di tengah-tengah kemerosotan moral. Apakah orang percaya tetap berdiri teguh di dalam prinsip iman sekalipun dunia ini telah mengalami pergeseran nilai-nilai?


Saya mencoba mendalami kotbah minggu dengan merenungkan pertanyan: bagaimana konsistensi hidup orang percaya dalam mengahadapi godaan dan tantangan kehidupan ini. Apakah orang percaya tegap setia di dalam iman saat ada godaan dan tawaran yang menggiurkan? Atau Apakah orang percaya tetap setia di dalam pergumulan, ancaman dan tekanan? Bisa saja orang jatuh karena godaan, saat lapar ditawarkan mankanan, saat haus ditawarkan air minum, saat menganggur ditawarkan pekerjaan dan saat bekerja ditawarkan jabatan. Dalam menjalani kehidupan ini apakah tetap konsisten di dalam iman menjani kehidupan dalam berbagai rayuan dan godaan? Sebaliknya dalam perjalanan orang percaya, kita hidup dan berjuang untuk meraihnya kita diperhadapkan dengan kesulitan: diancam, ditekan dan ditindas. Saat terjadi demikian apakah kita akan terus hidup berjuang di dalam iman? Apakah tetap mencerminkan nilai-nilai kristiani dan tetap memiliki integritas yang kokoh diantara godaan dan ancaman? 

Kitab Habakuk menyampaikan pertanyaan yang sama kepada kita di Minggu XX setelah Trinitas ini. Tokoh-tokoh Alkitab telah menunjukkan imannya bahwa orang benar akan hidup oleh iman di dalam dunia yang sedah bergumul seperti: Nuh, Abraham, Ayub. Mereka telah menjadi telah dalam menjalani kehidupan ini dan dituliskan dalam Kitab Ibrani 11:1 dan seterusnya. 


1. Dunia ini dalam rangkulan Allah:


Kita harus percaya bahwa hidup ini ada pada rangkulan Allah. Arti nama "habakuk" dalam bahasa Ibrani berarti "merangkul". Kata ini mengingatkan kasih Allah yang merangkul dan memeluk umatNya. Dalam keadaan yang menimpa hidup ini: Tuhan tetap merangkul umatNya dalam kasih setia. Dalam suka dan duka, dalam gembira dan sedih dan didalam air mata kesusahan atau kegembiraan yang meluapluap, Allah sendiri mendekap dan merangkul kita. Tidak ada yang tersingkirkan dan diasingkan, tidak ada pemisahan yang satu dirangkul yang lain dibuang. Semuanya ada dalam rangkulan Allah yang rahamani dan murah hati. Sehebat apapun kuasa fasik menekan dan menenggelamkan orang benar, Tuhan sendiri memeliki cara unik menyelamatkan orang yang dikasihinya. 


Kitab Habakuk berisi peneguhan umat Israel dalam keadaan yang tersesak. Ada perasaan yang tidak bisa diterima atas perlakuan Kasdim yang tidak Adil (1:5-11), namun Habakuk teguh berpendirian: orang benar akan hidup oleh iman (2:4). Karena itu orang percaya harus hidup setia di dalam Tuhan. Habakuk menyanyikan kuasa Tuhan dan kesetiaan orang beriman. Dalam deru perang yang mematikan, situasi dan kondisi yang memusingkan dan terjadinya musim kelaparan orang yang percaya akan tetap takut akan Tuhan dan setia kepadaNya.  

a) Sekalipun bangsa-bangsa datang menyerang dan mengamuk serta berkuasa meremukkan 3:16. Lebih takutlah kepada kuasa Tuhan karena kuasa Tuhan itu melebihi dari apapun, Dia sungguh mulia dan agung. Dengan tenang orang percaya akan menjalani segala kesusahan yang menimpa.

b) Sekalipun petani gagal panen (3:17): apa yang dikerjakan mengecewakan, ladang tak menghasilkan, pohon ara tak berbuah, hasil anggur mengecewakan, tiada gandum untuk dipanen. Demikian dengan ternak menghasilkan apa-apa. Orang percaya tidak akan meninggalkan Tuhan. Tetaplah percaya, ingatlah waktunya akan bersorak-sorai bersama Tuhan. Tuhan itu akan menolong Dan menyelamatkan. 

c) Tuhan adalah kekuatan kita. Dia tidak akan membiarkan orang yang dikasihiNya larut dalam duka dan ratapan. Tuhan itu akan meneguhkan kaki kita seperti rusa (ay. 3:19) itu berarti Tuhan akan memampukan kita melakukan sesuatu agar dapat keluar dari situasi sulit yang kita hadapi. Tuhan akan membuat orang percaya melangkah seperti kaki rusa meninggalkan pemangsanya. Amin

Ketiga hal diatas merupakan tujuan kitab Habakuk, agar kita percaya bahwa Tuhan merangkul kehidupan kita dan Dialah pertolongan kita. 


2. Mengasah tugas nabiah: mempertajam penglihatan dan menawarkan solusi


Habakuk hadir dengan tetap cermat melihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah sosial masyarakat. Nabi Habakuk tidak hanya mengeluh dan meratapi bahkan mengutuki kemerosotan moral tetapi tampil memberikan teladanan. Ini kritik kepad akita masa kinia, memang ada ada orang yang sangat tajam melihat kemerostan moral, mengeluh dan mengutukinya keadaan yang rusak namun alpa akan solusi dan keteladanan. Benar apa kata orang bijak: satu teladan lebih berharga dari seribu nasihat. Baiklah kita mencontoh nabi Habakuk, yang tetap terjaga mengamati fenomena yang terjadi di tengah masyarakat.


Habakuk 2:3 (TB) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. 


Salah satu tugas nabiah di dalam kotbah minggu ini adalah mempertajam penglihatan. Ibarat penjaga menara (watch), dia akan menyorot dan meneropong tentang apa tindakan Tuhan terhadap realitas dunia.

Apakah Tuhan berdiam saja di dalam kemerosotan moral, keangkuhan manusia dan makin meningkatnya kejahatan? Sang pelihat, yaitu nabi tidak akan berhenti menyuarakan kebenaran seperti yang dilakukan oleh nabi Habakuk. Nabi Habakuk hadir memberitahulan tentang penglihatan akan ancaman dan bahaya. Orang Kasdim bangsa sa yang garang dan bengis akan datang menghancurkan umat Allah. Ancaman orang Kasdim ini sebagai bentuk penghukuman. Nabi Habakuk hadir meneguhkan umat Allah. Bagi Habakuk dalam menghadapi ancaman ini tidak dapat mengandalkan kekuatan perang. Habakuk mendeklarasikan bahwa Tuhanlah kekuatan orang percaya dalam menjalani hidup ini. Dalam segala keadaan orang percaya tidak boleh meninggalkan Tuhan. Ketika beban hidup kita berat dan kaki kita seolah tak sanggup untuk berjalan lihatlah pengakuan Habakuk dalam ayat berikut: "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Ay 19) Arti nama "habakuk" dalam bahasa Ibrani berarti "merangkul". Kata ini mengingatkan kasih Allah yang merangkul dan memeluk umatNya. Dalam keadaan yang menimpa hidup ini: Tuhan tetap merangkul umatNya dalam kasih setia. Kitab Habakuk berisi peneguh umat Israel dalam keadaan yang tersesak. Ada perasaan yang tidak bisa diterima atas perlakuan Kasdim yang tidak Adil (1:5-11), namun Habakuk teguh berpendirian: orang benar akan hidup oleh iman (2:4).


Hal yang hendak dijelaskan oleh Habakuk adalah bahwa penghukuman akan datang, dan tidak ada yang dapat menunda atau menangguhkannya. Penghukuman akan datang dan tidak ada dapat yang menghindar dari keputusan Allah. Apakah penghukuman itu akan menjadi pembinasaan? Disinilah nabi Habakuk tampil meyakinkan umatNya bahwa orang benar akan hidup oleh iman. 


Apa yang harus dilakukan menghadapi penghukuman Tuhan? Habakuk memberikan pesan yang berharga, menghadapi penghukuman Tuhan tidak dapat dihindarkan, atau melarikan diri dari penghukuman ini. Satu-satunya yang harus dilakukan afalah mengandalkan Tuhan, percaya dan setia kepadaNya. Orang benar akan hidup oleh percayanya. 


3. Orang benar akan hidup oleh iman dan orang yang membusungkan dada akan lenyap seketika.


Tuhan tidak pernah meninggalkan umatnya, tetap seperti penjaga yang senantiasa terjaga, atau seperti CCTV yang terus mengamati, merekam setiap detik kehidupan kita. Tidak ada yang terluput dan terlupakan sedikit pun karena itu orang benar akan hidup oleh iman.


Di atas sudah disampaikan bagaimana orang benar menjalani kehidupan ini di antara godaan atau ancaman, diantara rayuan ataupun tekanan tetap di dalam iman. Orang percaya tetap berintegritas, percaya Tuhan penentu dalam kehidupan ini. Dia tidak korban rayuan atau godaan, dia pun tidak surut oleh ancaman dan intimidasi tetapi tetap tegar di dalam iman. 


Orang benar hidup oleh iman, dia akan menjalni kehidupannya dengan mengandalkan Tuhan. Dia tidak mengandalakan dirinya sendiri atau kekuatannya sendiri. Seperti ada tertulis: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)


Orang benar hidup oleh iman dan percaya Tuhan adalah hakim yang adil. Hal ini mengingatkan kita bahwa tugas orang beriman bukanlah menghakimi atau mengutuki kejahatan. Tugas orang benar adalah memberi keteladanan. ada orang yang lantang mengutuki kemerosotan moral di tengah masyarakat namun tidak memberikan keteladanan. Memperbaiki kerusakan moral bukan hanya mengutuki keadaan, tetapi memberikan contoh keteladanan. 


Orang benar akan percaya pada keadilan Allah, Tuhan adalah hakim yang benar dan adil. Orang benar percaya akan hukuman Allah atas kesombongan dan keangkuhan (Baca 2:5-9). Nabi Habakuk menjelaskan bagaimana cara Allah memberikan hukuman kepada pelaku penindasan.

Habakuk 2:6-7 (TB) Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya — berapa lama lagi? — dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian.

Bukankah akan bangkit dengan sekonyong-konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka?


Jika kejahatan merajalela, bukan berarti Tuhan tidur, jika orang fasik merajai dan menentukan bukan berarti kuasa Tuhan tak berdaya atas kejahatan. Namun ada kalanya kejahatan nyata agar kita semakin takut pada jalan fasik. Apa yang kita pelajari dari Firaun, Nebukadnezar dan Raja lalim lainnya yang dituliskan dalam Alkitab Kitab? Kita hendak belajar sejarah bahwa kekuasaan jahat akan menghantarkan hidup manusia kepada kesusahan dan kebinasaan. Bangsa Israel sendiri mencatatkan dalam Kitab Tawarikh dan kitab Raja-raja bahwa pemimpin yang takut akan Tuhan mendatanglan sejahtera, kemakmuran dan bahagia. Sebaliknya raja yang jahat yang tidak melakukan oerintah Allah akan membawa kwlesengsaraan. 


Dalam konteks Pilkada serentak, kotbah ini mengundang kita untuk memilih orang benar. Orang benar akan memimpin dengan bijaksana, menghadirkan damai sejahtera dan kebahagiaan bagi banyak orang. 


Dalam kemerosotan moral kadang kita memberontak dalam hati, ini semua tidak benar dan semuanya salah. Dalam keadaan demikian kotbah minggu ini mengajak kita orang benar akan hidup oleh iman dengan meneunjukkan keteladanan iman, seperti tokoh-tokoh Alkitab yang hidup benar di dalam dunia yang tidak benar. Orang benar hidup dalam iman dan percaya bahwa Tuhan maha adil, hukuman akan tiba bahwa orang fasik dan orang yang membusungkan dada akan hilang seketika. 


Kita harus percaya apa yang disampaikan dalam Mazmur 1:4-6 ini:

"Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan." Amin


Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh - Praeses D.28 Deboskab 


Sabtu, 05 Oktober 2024

SIAP SEDIA MEMBERITAKAN FIRMAN

 *Kotbah Minggu XIX Setelah Trinitatis*

Minggu, 6 Oktober 2024

Ev. 2 Timotius 4:1-5



*SIAP SEDIA MEMBERITAKAN FIRMAN*


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, jika ingin hasil lebih baik, bekerjalah lebih sungguh. Apapun pekerjaan yang kita geluti marilah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Itulah ajakan dari kotbah minggu ini, yaitu melakukan tugas pemberitaan dengan "siap sedia". Kata siap sedia ini saya terjemahkan dengan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.

Etos kerja demikian juga dituntut dalam pelayanan sebagaimana ditekankan dalam kotbah Minggu ini. Paulus menasihati Timotius untuk sungguh-sungguh dan siap sedia melakukan tugas pemberitaan dalam keadaan apapun. Melayani lebih sunggu, mendengar dan melakukan pastoral kepada semua orang.  


Timotius merupakan anak rohani Paulus yang selalu dituntun untuk memberitakan Firman Tuhan. Ketika Timotius dalam kesusahan dan kesulitan Paulus selalu meneguhkannya agar tidak pernah menyerah dalam keadaan untuk memberitatakan Firman Tuhan. Paulus juga memberikan contoh yang sangat patut dipuji ketika dia di dalam penjara tetapi tetap memberitakan Firman Tuhan.


*1. Terus memberitakan Firman baik atau tidak baik waktunya:*


Tugas pemberitaan diamanatkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya. Sebelum Yesus nai ke Sorga, Yesus mengutus murid-muridnya untuk memberitakan Injil (Baca Matius 28:18-20; Markus 16:15, Kisa Rasul1:8) dan tugas pastoral dalam Yohanes 21. Tugas i merupakan tugas rasuli sekaligus tugas am semua orang percaya. Kita dengan semua pemberian Tuhan kita persembahkan untuk tugas pemberitaan Injil atau menopang pemberitaan Injil


Spesifik dalam kotbah ini Paulus menasihati Timotius untuk siap sedia memberitakan Firman. Disatu sisi Timotius masih muda, mungkin ada semacam tantangan bagaimana para orang tua, para ahli atau para Filsuf yang ada disitu mendengarkan pemberitaan Timotius yang muda? Disinilah Paulus terus memotivasi dan membangun kepercayaan diri Timotius untuk tampil memberikan tugas pengajaran dan pemberitaan. 1 Timotius 4:12 (TB) Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.


Dari ayat diatas Paukus memberitakan kuncinya yakni bukan pada kepandaian atau kepintaran namun keteladanan. Apalah artinya banyak pengetahuan namun tidak ada perilaku yang dapat diteladani? Tugas memberitakan Injil memang didukung dengan kesediaan belajat agar keterampilan atau memiliki kepandaian mempengaruhi orang. Tapi apalah artinya memiliki skill komunikasi atau public speangking yang hebat atau kata-kata mempesona orang lain namun hanya kata-kata? Bagi Paulus kekuatan pemberitaan Firman ada pada keteladanan. Menyatunya kata dan perbuatan dalam praktek kehidupan sehari-hari. 

Benar kata orang bijak: satu teladan lebih berguna dari seribu nasihat. 


Kunci kedua disampaikan Paulus dalam ayat ini 2 Timotius 4:2 (TB) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.


Siap sedia artinya senantiasa berkenan, tidak memilih-milih waktu atau memilih-milih event. Kapan pun dan dalam keadaan apapun siap sedia memberitakan Injil. Dalam pelayanan harus rajin, bisa mengelola waktu dan mengelola pelayanan dengan baik jangan sampai terkesan memilih-milih. 


Dalam buku Parrohaon dohot Pangalaho Sipujion di Tonga ni Halak Batak, salah satu pangalaho sipujion di dalam melakukan pekerjaan dalam.orang Batak adalah: "RINGGAS" atau "RAJIN." bagi orang Batak kerajinan melebihi kepandaian, disebut dalam dalam ungkapan: "nunut si raja ni ompuna." Kerajinan seseorang akan menentukan keberhasilan. Orang yang bekerja dengan tekun akan mengalahkan orang pandai. Ada orang pandai namun malas, ada orang pintar namun sering melipat tangannya akhir tak menghasilkan apa-apa. Orang rajin akan bekerja dengan ulet dan mengerjakan tugasnya tanpa mengenal lelah sampai berhasil. Seorang yang memiliki etos kerja RINGGAS atau rajin akan senantiasa siap sedia melakukan tugasnya kapan pun dan dimanapun. 


*2. Bukan soal apa yang enak di telinga atau disukai orang tetapi tentang kebenaran*


Firman Tuhan dalam kotbah Minggu ini pagi ini merupakan nasehat yang disampaikan paulus kepada Timotius anak rohaninya bahwa akan datang waktunya kemerosotan rohani terjadi. Akan banyak orang yang tidak menerima dan menyukai ajaran sehat tetapi lebih menginginkan ajaran yang dapat menyenangkan dan memuaskan telinga mereka saja seperti dongeng. Untuk itu Paulus menginginkan supaya Timotius tetap berjaga-jaga dan waspada. Timotius harus tetap menyampaikan kebenaran Firman yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata, tetap melakukan pemberitaan injil apapun yang terjadi.


Saya perhatikan akhir-akhir ini sudah semakin banyak kritik kotbah yang bertujuan hanya untuk membuat tertawa. Tertawa memang kebutuhan manusiawi bahkan sesuatu yang kita cari, dengan tertawa kita terhibur dan syaraf kita terbuka akan aura bahagia. Kotbah sering menjadi sarana bagi orang untuk terhibur, namun kotbah bukanlah hiburan apalagi kebenaran Firman tidak ada kaitannya dengan lelucon atau kata-kata lucu yang disampaikan. Dalam.kotbah memang kita terhibur karwna Berita Sukacita, namun Kotbah bukanlah stand up komedi - kata yangbhanya membuat tertawa namun kosong makna.


Pergumulan para pengkotbah rupanya sudah klasik sejak jaman Perjanjian Baru. Paulus menasihatkan, bahwa akan ada waktunya orang mendengarkan cerita lucu, dongeng atau berita lainnya yang asyik untuk di dengar. Asyik di dengar bukan berarti benar. Dalam kotbah kebenaran Firman adalah utama, bukan bagaimana supanya enak di dengar. 


Hal yang harus kita sadari adalah bahwa tidak semua orang bertalenta untuk membuat orang tertawa, tetapi kita juga menuntut para pemberita bisa menyampaikan kotbah dengan menarik. Tidak bisa berhenti saya tidak bisa begini atau begitu, semuanya bisa belajar bagaimana kita sungguh-sungguh mempersiapkan diri dalam setiap tugas pemberitaan. 


Tugas pemberitaan bukanlah hanya di mimbar, tugas pemberitaan itu ada pada aktifitas sehari-hari. Hidup kita adalah pemberitaan kita. Pilihan gaya hidup kita adalah bagian dari pemberitaan kita.  


*3. Sikap seorang pelayan dalam memberitakan Firman.*


Hal yang paling berharga adalah pembentukan pribadi seorang pemberita itu sendiri. dalam kotbah ini ada beberapa hal yang dinasehatkan oleh Paulus kepada Timotius dalam pelayanannya: 


a. Menguasai diri dalam segala hal : Paulus memerintahkan agar Timotius bahwa dia harus menjalani kehidupan didalam kebenaran Kristus yaitu dapat mengendalikan diri apapun keadaannya. Orang yang dapat mengendalikan diri adalah orang yang berkarakter yang meliputi tingkahlaku, perkataan, perbuatan, kasih, kesucian hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan. Maka dia akan menjadi panutan dan teladan bagi orang yang diajar atau digembalakannya.


b. Sabar dalam penderitaan: Rasul Paulus merupakan seorang yang sabar dalam penderitaan yang dialaminya, sekalipun dicaci karena kebenaran, mengalami kekurangan karena melayani dan kesesakan dalam hidupnya, alkitab mencatat bahwa Paulus tidak mengeluh dan mundur dari imannya. Penderitaan yang dialami oleh Paulus berupa tekanan-tekanan secara jasmani, tekanan mental dan rohani. Paulus menjadikan dirinya contoh untuk diteladani oleh Timotius. Maka Paulus menasehatkan supaya Timotius sabar dalam penderitaan, karena Paulus tahu ketika dia melibatkan diri dalam pelayanan Tuhan maka penderitaan akan datang. Tetapi Paulus juga mengingatkan bahwa walaupun penderitaan datang Tuhan juga akan menolong.


c. Jangan pernah berhenti; lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil : Orang yang memberitakan injil adalah orang yang telah mempersiapkan diri. JKika pun ada tantangan atau hambatan, disambut atau ditolah, dicela atau dicerca, teruslah melakukan pemberitaan. Begitulah nasihat Paulus kepada Timotius agar terus menempa diri dan mempersiapkan diri untuk memberitakan Injil. Pengalaman bersama Paulus dalam pemberitaan injil merupakan pelajaran yang terus ditekuni. Paulus pernah ditolak, dikecam dan dicerca, namun pernah juga disambut seperti dewa. Dalam semua itu Tuhan bekerja. BDiterima atau tidak, berakar, bertumbuh atau berbuah Firman yang ditabur dalam hidup seseorang alah pekerjaan Roh Kudus. Tugas kita terus menyampaikan Firman Tuhan bagi semua orang dan dalam semua kesempatan. 


Setiap pemberita Injil harus menyadari bahwa Yesus menyertai kita sampai akhir zaman. Matius 28:20b "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


d.Menunaikan Tugas Pelayanan: Paulus menginginkan Timotius melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan sampai ketujuan. Tentu banyak tantangan yang akan dihadapinya, tapi sedashyat apapun itu, iman harus dijaga supaya dapat tampil sebagai pemenang, itulah yang dikatakan oleh Paulus “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku teah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”. 


Sahabat yang baik hati sebagai orang yang percaya kita semua juga memiliki tugas untuk memberitakan injil melalui perbuatan, perkataan bahkan respon kita ketika menghadapi persoalan dan tantangan kehidupan. Maka marilah kita membekali diri dengan Firman Tuhan dan juga senantiasa memberikan tempat Roh Kudus untuk berdiam didalam hati kita, sehingga roh kudus lah yang menguasai diri kita untuk membantu kita sabar dalam penderitaan dan dapat melaksanakan tugas pelayanan sampai akhir.


Sahabat yang baik hati! kotbah Minggu ini mengajak kita semua untuk melaksanakan tugas panggilan Allah (vocatio Dei) kepada setiap.orsng percaya. Kita semua dipanggil menjadi murid Kristus yang memberitakan Firman melalui hidup kita masing-masing. Tuhan telah menganugerahkan talenta, skill dan berbagai karunia kepada kita. Mari kita persembahakan kemuliaan Allah. Selamat menunaikan tugas bagi kita semua. Amin


Salam:

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh 

Praeses Distrik 28 Deboskab

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...